Rabu, 27 Agustus 2025

Virus Corona

Menlu AS: China Sudah Tahu Virus Corona pada November 2019

Menurut Pompeo, China sebenarnya sudah mengetahui adaya virus corona (Covid-19) pada November 2019 lalu.

AFP/HECTOR RETAMAL
ILUSTRASI - Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo kembali menuding China tidak transparan terkait kasus virus corona (Covid-19) sejak awal.

Menurut Pompeo, China sebenarnya sudah mengetahui adaya virus corona (Covid-19) pada November 2019 lalu.

"Anda akan ingat, kasus pertama ini diketahui oleh pemerintah China mungkin paling cepat pada November lalu, tapi yang jelas pada pertengahan Desember," Pompeo mengatakan dalam sebuah wawancara.

"Mereka lambat untuk mengidentifikasi ini kepada siapa pun di dunia, termasuk organisasi kesehatan dunia (WHO), " katanya kepada penyiar radio Larry O'Connor.

Pompeo mengatakan Amerika Serikat masih ingin informasi lebih banyak dari China termasuk sampel asli dari virus SARS-CoV-2 yang terdeteksi di kota Wuhan, tempat pertama kali virus ini ditemukan.

"Masalah transparansi ini penting tidak hanya sebagai masalah sejarah untuk memahami apa yang terjadi pada November dan Desember dan Januari, tapi juga itu penting bahkan hingga saat ini," kata Pompeo.

"Ini masih berdampak banyak pada kehidupan di sini di Amerika Serikat dan, terus terang, di seluruh dunia," tegas Pompeo.

Pemerintah China pada awalnya benar-benar menjaga ketat informasi mengenai virus ini, bahkan menahan 'Whistleblower' pengungkap pertama.

Pengakuan resmi pertama terjadi pada 31 Desember, ketika pihak berwenang di Wuhan melaporkan kasus pneumonia misterius.

Menurut Michael Ryan, Direktur darurat di organisasi kesehatan dunia (WHO), badan PBB pertama kali berbicara tentang peristiwa di Wuhan pada 4 Januari melalui Twitter dan memberikan "informasi rinci " pada keesokan harinya untuk semua negara anggota.

Pemerintahan Presiden Donald Trump dengan keras mengkritik China dan WHO.

AS menyalahkan China dan WHO karena tidak menghentikan penyabaran penyakit yang sudah menewaskan lebih dari 180 ribu orang di seluruh dunia.

Virus China

Beberapa waktu lalu AS tuduh China berada di balik merebaknya virus corona.

Bahkan Presiden Donald Trum menyebutnya 'Virus China'.

China pada Selasa (17/3/2020) menyatakan penolakan keras terhadap penggunaan istilah “virus China” oleh Presiden Trump, untuk mengacu pada virus corona yang telah menyebar ke lebih dari 150 negara di seluruh dunia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan bahasa yang digunakan Trump itu menstigmatisasi China.

Dalam cuitannya di Twitter hari Senin (16/3/2020), Trump menulis, “Amerika Serikat akan dengan kuat mendukung industri-industri, seperti maskapai penerbangan dan lain-lainnya, yang terutama terdampak oleh Virus China.”

Pekan lalu, Trump membagikan cuitan orang lain yang menyebut virus corona itu sebagai “Virus China.”

Baca: Positif Corona, Satu Keluarga di Magetan Kabur ke Kalimantan

Baca: Ini yang akan Dilakukan Pemerintah Jika Rumah Sakit Tak Cukup Lagi Menampung Pasien Corona

Sewaktu ditanya pada dengar keterangan di Kongres apakah “benar-benar keliru dan tidak patut” bagi presiden menggunakan kata-kata itu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) Roberet Redfield mengatakan, “Ya.”

“China adalah fase pertama. Korea dan Iran fase kedua, dengan Italia, kini di seluruh Eropa,” kata Redfield.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus corona baru itu sebagai virus COVID-19.

Dalam mengumumkan nama itu, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan menetapkan nama virus itu “penting untuk mencegah penggunaan nama-nama yang tidak tepat atau menstigmatisasi.” [uh/ab] 

Sumber: AFP/Channel News Asia/VOA

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan