Jumat, 12 September 2025

Virus Corona

Perdana di Eropa, Vaksin Virus Corona Disuntikkan kepada Manusia di Inggris

Vaksin itu disuntikkan kepada dua sukarelawan, yang pertama dari lebih dari 800 orang yang direkrut untuk studi ini.

Editor: Johnson Simanjuntak
Youtube tvOneNews
Relawan di Amerika Serikat menerima suntikan calon Vaksin Virus Corona dari Perusahaan Farmasi Inovio yang telah memasuki tahap awal ujicoba pada manusia. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON -- Untuk pertama kali, percobaan vaksin virus corona (Covid-19) kepada manusia di Eropa telah dimulai di Oxford, Inggris.

Inggris adalah yang pertama melakukan uji coba vaksin Covid-19 ke manusia.

Vaksin itu disuntikkan kepada dua sukarelawan, yang pertama dari lebih dari 800 orang yang direkrut untuk studi ini.

Dalam rencana, setengahnya akan menerima vaksin Covid-19, dan sebagian lagi hanya akan diberikan vaksin kontrol yang melindungi dari penyakit meningitis ,tetapi bukan virus corona.

Baca: Obat Remdesivir Gagal Diuji Coba pada Manusia, Salah Satu Obat Eksperimental untuk Corona

Para sukarelawan tidak akan tahu vaksin apa yang akan mereka dapatkan, hanya dokter yang mengetahuinya.

Elisa Granato, salah satu dari dua orang yang menerima suntikan vaksin mengatakan kepada BBC, "Saya seorang ilmuwan, jadi ingin mencoba untuk mendukung proses ilmiah apa pun yang saya bisa bantu."

Vaksin ini dikembangkan dalam tiga bulan oleh tim di Universitas Oxford. Sarah Gilbert, Profesor Vaccinology di Jenner Institute, memimpin penelitian pra-klinisnya.

"Secara pribadi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada vaksin ini, " katanya.

Baca: Permintaan Bansos Yuli yang Viral karena Kelaparan Sempat Ditolak, Wali Kota Serang Beri Klarifikasi

"Tentu saja, kita harus mengujinya dan mendapatkan data dari manusia. Kita harus menunjukkan itu benar-benar mujarab dan mampu mencegah orang terinfeksi virus corona, sebelum vaksin ini akan dipakai secara global," jelasnya.

Prof Gilbert sebelumnya bilang "yakin 80 persen" vaksin ini manjur, tapi sekarang memilih tidak menyebut angka di atasnya.

Baca: Viral Video Bapak Tutup Pintu karena Takut Virus Corona Saat Anaknya Mudik, Ini Fakta Sebenarnya

Dia hanya mengatakan, "sangat optimis."

Jadi bagaimana vaksin bekerja?

Vaksin ini dibuat dari versi lemah dari virus flu yang biasa (dikenal sebagai adenovirus) dari simpanse yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat tumbuh atau berkembang biak dalam tubuh manusia.

Sebelum ini, Tim Oxford telah mengembangkan vaksin anti-Mers, jenis lain dari virus corona, menggunakan pendekatan yang sama dan hasilnya menjanjikan dalam uji klinis.

Bagaimana mereka akan tahu jika Vaksin itu manjur?

Satu-satunya cara tim mengetahui, jika vaksin Covid-19 mujarab adalah dengan membandingkan jumlah orang yang terinfeksi virus corona dari dua cluster kelompok dalam uji coba ini, pada bulan-bulan depan.

Baca: Jadwal Buka Puasa 1 Ramadhan 1441 H/Jumat 24 April 2020 di Kota Besar & Seluruh Wilayah Indonesia

Itu bisa menjadi masalah, jika kasus turun drastis di Inggris, karena tidak akan ada cukup data.

Prof Andrew Pollard, Direktur Oxford Vaccine Group, yang memimpin penelitian ini, berkata: "Kami sedang mengejar akhir gelombang epidemi saat ini. Jika kita tidak mengejarnya, kita tidak akan dapat memberitahu apakah vaksin ini mujarab dalam beberapa bulan ke depan."

Baca: Belum Ditahan, KPK Periksa Mantan Kalapas Sukamiskin Deddy Handoko

Para peneliti vaksin memprioritaskan perekrutan pekerja kesehatan setempat dalam uji coba ini, karena mereka lebih mungkin terpapar virus daripada yang lain.

Percobaan yang lebih besar, sekitar 5.000 sukarelawan, akan mulai dalam beberapa bulan mendatang dan tanpa adanya batas usia.

Orang tua cenderung memiliki respon imun yang lebih lemah atau rendah terhadap vaksin. Para peneliti sedang mengevaluasi, apakah mereka mungkin perlu dua dosis vaksin.

Tim Oxford juga mempertimbangkan percobaan vaksin di Afrika, mungkin di Kenya, di mana tingkat transmisi tumbuh dari basis yang lebih rendah.

Jika angka bisa menjadi masalah, mengapa tidak sengaja menginfeksi relawan dengan virus corona?

Itu akan menjadi cara cepat dan tertentu untuk mengetahui apakah vaksin itu efektif. Tapi itu akan dipertanyakan secara etis karena tidak ada perawatan yang terbukti mujarab atasi Covid-19.

Tapi itu mungkin terjadi di masa depan. Prof Pollard berkata, "Jika kita mencapai titik saat kita memiliki beberapa perawatan untuk penyakit ini dan kita dapat menjamin keselamatan sukarelawan, ini akan menjadi cara yang sangat baik untuk menguji vaksin."

Apakah aman?

Para sukarelawan akan dipantau dengan cermat dalam beberapa bulan mendatang.

Baca: Lusinan Peti Mati Tiba di Pemakaman Umum Brasil

Mereka telah diberitahu, beberapa orang mungkin akan merasakan sakit lengan, sakit kepala atau demam dalam beberapa hari pertama setelah vaksinasi.

Mereka juga diberitahu ada risiko teoritis bahwa virus yang telah dilemahkan dapat memunculkan reaksi tubuh atas virus corona, yang muncul dalam beberapa studi awal vaksin SARS pada hewan.

Baca: PSIS Semarang Pastikan Tidak Mengubah Program Latihan Mandiri Selama Bulan Ramadhan

Tapi tim Oxford mengatakan data menunjukkan sangat kecil kemungkinan, risiko timbulnya penyakit parah karena vaksin ini.

Para ilmuwan di sana berharap satu juta dosis bisa siap pada September mendatang, dan secara dramatis terus meningkat setelah itu, jika vaksin terbukti efektif.

Jadi siapa yang akan mendapatkan vaksin ini untuk pertama kali?

Menurut Prof Gilbert, hal itu masih belum diputuskan.

"Itu bukan tugas kita untuk menentukan apa yang akan terjadi, kita hanya perlu mencoba untuk mendapatkan vaksin yang mujarab dan memiliki cukup banyak dan kemudian orang lain yang akan memutuskan," ujarnya.

Prof Pollard menambahkan, "Kita harus memastikan memiliki cukup dosis untuk menyediakan bagi mereka yang sangat membutuhkan, tidak hanya di Inggris, tetapi juga di negara-negara berkembang. "

Tim lain di Imperial College London berharap akan memulai uji coba vaksin virus corona pada manusia pada Juni mendatang.

Baca: 3 Perusahaan Stafsus Milenial Jokowi Ini Tuai Kontroversi, Pendiri Tuai Kritik hingga Didesak Mundur

Tim Oxford dan Imperial telah menerima dana pemerintah lebih dari 40 juta Pound sterling.

Sekretaris kesehatan Matt Hancock memuji dua tim yang melakukan uji coba.

Ia mengatakan Inggris akan "mengerahkan segala sesuatu yang kita punya" untuk mendukung pengembangan vaksin.

Kepala penasihat medis Inggris Prof Chris Whitty mengatakan vaksin, atau obat untuk mengobati Covid-19, kemungkinan tidak akan tersedia pada tahun depan.(BBC)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan