Virus Corona
Pejabat Kesehatan Swiss Sebut Face Shield Tak Bisa Lindungi Seseorang dari Covid-19 tapi Masker Bisa
Departemen kesehatan lokal di Swiss memperingatkan untuk tidak menggunakan face shield saja tanpa masker.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Departemen kesehatan lokal di Swiss memperingatkan untuk tidak menggunakan face shield saja tanpa masker.
Peringatan itu dikeluarkan setelah adanya klaster penyebaran di mana orang yang memakai face shield saja terinfeksi virus corona sedangkan yang memakai masker baik-baik saja.
Infeksi tersebut dilaporkan terjadi di sebuah hotel di wilayah Graübunden.
Beberapa karyawan hotel dan setidaknya satu tamu hotel dinyatakan positif Covid-19.
Pejabat kesehatan setempat menyebut semua yang terinfeksi hanya mengenakan face shield sebagai perlindungan.
Sedangkan tidak ada orang yang memakai masker yang terinfeksi, menurut pejabat tersebut.
Baca: Cegah Penyebaran Covid-19, KAI Sediakan Face Shield Gratis untuk Penumpang KA Jarak Jauh
Baca: Meski Tak Perlu Lagi Bawa SIKM DKI Jakarta, Penumpang Kereta Api Wajib Gunakan Face Shield

Kepada outlet berita 20 Minutes, pejabat tersebut mengungkapkan, face shield dapat menciptakan rasa keamanan palsu.
Hal itu membuat pemakainya merasa aman dan bertindak tidak hati-hati.
"Visor tidak berfungsi sebagai alternatif masker. Visor dapat dikenakan bersamaan dengan masker untuk lebih meningkatkan perlindungan Anda sendiri," ujar Yann Hulmann, juru bicara Kantor Kesehatan Masyarakat Federal, kepada 20 Minutes.
Sebelumnya, WHO memang menyatakan, pelindung wajah dapat membantu mencegah penularan virus.
Namun face shield itu hanya dapat melindungi jika dikombinasikan dengan langkah-langkah keamanan lainnya seperti mengenakan masker, jarak sosial, dan sering mencuci tangan.
Baca: Dirjen Kesehatan Malaysia: Jika Pakai Masker Wajib, Pelanggar Akan Didenda Rp3,5 Juta atau Dipenjara
Baca: Masker Aman Dipakai Saat Berolahraga, Yang Meninggal Kemungkinan Punya Penyakit Penyerta
Tidak ada langkah pencegahan "tunggal" yang cukup untuk sepenuhnya melindungi penggunanya dari virus.
Beberapa orang berpendapat, pelindung wajah dapat memberikan keuntungan, seperti lebih mudah dibersihkan daripada masker.
Face shield juga menutupi seluruh wajah dan mampu mengekspresikan diri.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan efektivitas face shield terhadap virus, termasuk bila dibandingkan dengan masker dan bentuk perlindungan lainnya.
Senada dengan Yann Hulmann, mantan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto juga mengatakan, penggunaan face shield tidak akan maksimal jika tanpa masker.

Untuk itu, Yurianto mengingatkan, penggunaan masker menjadi satu hal yang wajib untuk dilakukan.
Ia juga menekankan, penggunaan pelindung wajah atau face shield tanpa menggunakan masker tidak akan efektif untuk mencegah penularan Covid-19.
"Kita bisa menyederhanakan dengan mengambil contoh misalnya asap rokok."
"Dalam satu ruangan tertutup yang sirkulasi udara tidak bagus maka asap rokok ini akan tertahan lama dan bagi siapapun yang hanya menggunakan face shield tanpa menggunakan masker pasti akan bisa mencium bau ini."
"Kurang lebih demikianlah droplet dari Covid-19 ini, oleh karena itu penggunaan masker mutlak harus dilakukan, harus dikerjakan, bukan face shield," ungkap Yurianto.
Menurut Yurianto, pada dasarnya face shield bisa digunakan untuk melindungi mata dan wajah, tapi hanya berguna untuk melindungi dari percikan droplet yang berukuran besar.
"Oleh karena itu, tetap kami menyarankan kepada saudara-saudara gunakan masker, lebih baik kalau bisa ditambah dengan face shield."
"Tetapi menggunakan face shield saja tanpa masker tidak akan memberikan perlindungan yang maksimal," jelas Yurianto.
Selain itu, Yurianto mengimbau agar mengupayakan semua ruang kerja dijamin sirkulasi udaranya berlangsung dengan baik.
"Sehingga setiap saat udara bisa kita gantikan dengan udara baru yang lebih segar."
"Upayakan ini bisa kita lakukan dengan baik, paksakan udara bergerak, apakah dengan menggunakan kipas angin atau penghisap udara agar semuanya selalu bergerak," ujarnya.
Jika memungkinkan, kata Yurianto, jendela dibuka pada pagi hari, agar udara segar dari luar bisa masuk.
"Ini adalah upaya-upaya kita agar udara yang terjebak di ruang kerja tidak tertahan sampai berhari-hari tanpa ada sirkulasi yang memadai," jelasnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Nanda Lusiana)