Kamis, 21 Agustus 2025

Virus Corona

Pakar Kesehatan AS: Virus Corona Tidak Akan Pernah Bisa Lenyap

Alasan virus itu tidak akan pernah lenyap adalah karena sifatnya yang “sangat mudah menular.”

Editor: Hasanudin Aco
MARK FELIX / AFP
Para tenaga medis sedang memindahkan seorang pasien ke unit berbeda dari Covid-19 Unit di United Memorial Medical Center di Houston, Texas, (2/7/2020). Meski menjadi pusat kedokteran dengan banyak rumah sakit dan laboratorium penelitian, Houston terancam dibanjiri pasien Covid-19 di Texas yang melonjak. Amerika Serikat pada Kamis (2/7/2020) melaporkan ada lebih dari 55 ribu kasus baru Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM, AS - Pakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat (AS) menyatakan dunia tidak akan pernah dapat memberantas virus corona atau covid-19 yang telah menjangkiti 18,8 juta orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 700 ribu kematian.

Dalam wawancara eksklusif dengan Reuters hari Rabu (5/8/2020), Dr. Anthony Fauci, Kepala Institut Nasional bagi Alergi dan Penyakit Menular (NIAI), mengatakan, alasan virus itu tidak akan pernah lenyap adalah karena sifatnya yang “sangat mudah menular.”

Tetapi Dr. Fauci mengatakan bahwa dengan “kombinasi vaksin yang baik dan perhatian terhadap langkah-langkah kesehatan masyarakat, saya pikir kita akan dapat mengatasi ini.”

Baca: Ekonomi Dunia Susah Gara-gara Covid-19, Mark Zuckerberg Tambah Kaya, Harta Tembus Rp 1.466 Triliun

Fauci memprediksi dunia akan dapat mengendalikan virus itu setelah tahun mendatang.

Dia optimistis dan menyatakan "berhati-hati” bahwa ketika itu akan ada vaksin efektif yang disetujui.

“Kita kemungkinan besar akan memiliki mungkin puluhan juta dosis pada awal tahun depan,” kata Fauci.

“Tetapi sementara kita memasuki tahun 2021, para pembuat vaksin memberitahu bahwa mereka akan memiliki ratusan juta dan kemungkinan besar satu miliar dosis pada akhir 2021. Jadi menurut saya prosesnya bergerak dengan cukup cepat.”

Pandangan Fauci mengenai vaksin baru Covid-19 bersamaan dengan pengumuman perusahaan farmasi raksasa AS Johnson and Johnson bahwa perusahaan itu mencapai kesepakatan dengan pemerintah AS untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin virus corona dalam kesepakatan bernilai lebih dari 1 miliar dolar.

Perusahaan itu diperkirakan akan memulai uji coba tahap akhir pada manusia terhadap vaksin eksperimentalnya pada bulan September.

Johnson and Johnson akan bergabung dengan tiga perusahaan bioteknologi berbasis di AS lainnya yang juga sedang dalam pengujian Tahap 3.

Ketiganya adalah Novavax, prakarsa gabungan antara Pfizer dan perusahaan Jerman BioNTech, serta upaya gabungan antara Moderna dan NIAI. [uh/ab].

Sumber: VOA Indonesia

Sumber: VOA
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan