Viral Wanita Hamil Digelandang Polisi Gegara Posting Anti-Lockdown di Australia, Diborgol Depan Anak
Viral video seorang wanita yang digelandang polisi karena melanggar aturan lockdown di Australia.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Viral video seorang wanita yang digelandang polisi karena melanggar aturan lockdown di Australia.
Dikutip dari BBC, polisi menangkap Zoe-Lee Buhler di kediamannya lantaran memposting protes anti-lockdown di media sosial.
Penangkapan itu pun mendapat banyak sorotan dari warga Australia.
Namun kebanyakan mengritik dan tidak setuju dengan tindakan polisi.
Rekaman yang viral menunjukkan polisi memborgol Zoe (28) yang sedang hamil di rumahnya di Victoria pada Rabu lalu.
Polisi melakukan tindakan tersebut tepat di hadapan suami dan anak Zoe.
Baca: Masuk Jurang Resesi, PM Australia: Rekor Pertumbuhan Ekonomi Kami Hari Ini Berakhir
Baca: Australia Alami Resesi Akibat Pandemi, PM Scott Morrison Sebut Resesi Hancurkan Negaranya

Zoe menangis selama pemborgolan dan mengaku tidak tahu kalau dia bersalah.
"Saya tidak menyadari, saya melakukan kesalahan," ujar Zoe.
Dihujani kritik, kepolisian menilai, tindakan mereka sudah tepat.
Diketahui Victoria di-lockdown sejak Juli lalu untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.
Penguncian ini sebenarnya lebih untuk menangani gelombang kedua wabah di sana.
Pemerintah lokal memberlakukan aturan tinggal di rumah dan jam malam di Ibukota Melbourne.
Banyak pertokoan ditutup dan tidak ada acara maupun pertemuan massal di seluruh Victoria.
Banyak orang mendukung aturan tersebut, tapi banyak juga yang menentangnya.
Para oposisi kebijakan inilah yang menjadi sasaran gerakan anti-lockdown.
Minggu lalu, Polisi Victoria memperingatkan akan menangkap orang-orang yang mengorganisir protes yang melanggar larangan pertemuan.
Kronologi Penangkapan
Video penangkapan Zoe disiarkan langsung di Facebook dan sudah ditonton lebih dari dua juta kali.
Di sana terlihat Zoe dan pasangannya berbicara dengan polisi di rumah mereka di Kota Ballarat.
Para polisi Victoria itu tampak membawa surat perintah penangkapan.
"Ini terkait dengan posting Facebook, terkait dengan protes penguncian yang Anda lakukan pada hari itu," jawab seorang polisi saat ditanya alasan penangkapan.
Zoe yang saat itu masih mengenakan piyama kemudian mengatakan akan menghapus postingannya tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa anaknya masih kecil dan dia akan melakukan USG.
"Kedua anak saya di sini saya akan menjalani USG dalam satu jam," katanya.
"Ini konyol, aku tidak menyadari aku melakukan kesalahan," tambah Zoe.
Namun polisi tidak bergeming dan mengatakan, dia didakwa atas penghasutan soal protes anti-lockdown yang rencananya digelar pada Sabtu di Ballarat.
Acara ini merupakan bagian dari unjuk rasa anti-lockdown yang lebih besar.
Penangkapan ini turut didukung Perdana Menteri Negara Bagian Daniel Andrews.
"Sekarang bukan waktunya memprotes. Karena tidak aman," ujarnya, Kamis lalu.

Baca: Hubungan China-Australia Memanas, Beijing Tahan Jurnalis Penyiar Televisi
Baca: Meat and Livestock Australia Luncurkan Kampanye #BeefUp, Kenalkan Manfaat Daging Sapi Australia
"(Saya) sangat marah mengatakan masih ada orang di komunitas kami yang berpikir adalah ide yang baik pada saat pandemi mematikan ini meninggalkan rumah dan memprotes," ujar Asisten Komisaris Polisi Luke Cornelius.
Namun insiden itu dikritik oleh aktivis hak asasi manusia dan anggota parlemen oposisi politik.
"Menangkap orang lebih dulu karena tindakan mengorganisir protes damai atau untuk posting media sosial adalah sesuatu yang terlalu sering terjadi di bawah rezim otoriter, dan itu seharusnya tidak terjadi di negara demokrasi seperti Australia," kata Elaine Pearson dari Human Rights Watch.
Pihak lain juga menilai, tindakan polisi bisa memicu sentimen anti-lockdown yang lebih luas.
Mengingat video itu sudah tersebar di antara berbagai komunitas di Australia dan AS.
Di Victoria, melanggar atura lockdown terancam denda sebesar Rp 17,9 juta.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)