Senin, 8 September 2025

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Di Tengah Panasnya Pilpres, AS Secara Resmi Keluar dari Perjanjian Iklim Global

Di tengah sengitnya perhitungan suara Pilpres AS, Washington, secara resmi keluar dari pakta/perjanjian iklim global Paris pada Rabu (4/11/2020).

Freepik
ilustrasi bumi/iklim global 

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah sengitnya perhitungan suara Pilpres Amerika Serikat, Washington secara resmi keluar dari pakta/perjanjian iklim global Paris pada Rabu (4/11/2020).

Untuk diketahui, perjanjian iklim tersebut merupakan agenda lima tahunan untuk mencegah ancaman bencana perubahan iklim.

Langkah tersebut semakin mengisolasi Amerika Serikat di mata dunia.

Meski tidak berdampak langsung pada upaya internasional untuk mengekang pemanasan global.

Baca juga: Perubahan Iklim Menghidupkan Kembali Tanaman Purba Sejak 60 Juta Tahun Lalu

Baca juga: PM Jepang Targetkan Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Hingga Hampir Nol Tahun 2050

Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi (Nasa.gov)

Mengutip Independent, ada 189 negara yang tetap berkomitmen pada Kesepakatan Iklim Global Paris 2015.

Perjanjian iklim global tersebut juga bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia “jauh di bawah” 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit).

Idealnya tidak lebih dari 1,5C (2,7 F), dibandingkan dengan level pra-industri.

Enam negara lainnya telah menandatangani, tetapi belum meratifikasi pakta/perjanjian tersebut.

Para ilmuwan mengatakan, bahwa kenaikan apa pun di atas 2 derajat Celcius dapat berdampak buruk di sebagian besar dunia, menaikkan permukaan laut, memicu badai tropis, memperburuk kekeringan dan banjir.

Kesepakatan Iklim Global Paris mengharuskan negara-negara untuk menetapkan target sukarela mereka sendiri untuk mengurangi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida.

Satu-satunya persyaratan mengikat adalah negara harus melaporkan upaya mereka secara akurat.

Baca juga: Penggunaan BBM Oktan Tinggi Dinilai Bisa Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Baca juga: Indonesia Terima RBP USD 103,78 Juta dari Global Climate Fund Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

ILUSTRASI - Warga yang tergabung dalam aksi jeda untuk iklim melakukan aksi saat Car Free Day di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (23/2/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk imbauan terhadap terjadinya perubahan iklim yang saat ini sudah darurat dan global. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
ILUSTRASI - Warga yang tergabung dalam aksi jeda untuk iklim melakukan aksi saat Car Free Day di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (23/2/2020). Aksi tersebut sebagai bentuk imbauan terhadap terjadinya perubahan iklim yang saat ini sudah darurat dan global. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Penghasil Emisi Terbesar

Amerika Serikat tercatat sebagai penghasil emisi terbesar kedua di dunia setelah China dari gas-gas yang memerangkap panas seperti karbon dioksida dan kontribusinya untuk mengurangi emisi dipandang penting.

Dalam beberapa pekan terakhir, China, Jepang dan Korea Selatan telah bergabung dengan Uni Eropa dan beberapa negara lain dalam menetapkan tenggat waktu nasional untuk menghentikan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer.

Sementara, pemerintahan Trump telah menghindari langkah federal untuk mengurangi emisi, negara bagian, kota dan bisnis di Amerika Serikat terus maju dengan upaya mereka sendiri.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan dia lebih suka AS menandatangani kembali ke kesepakatan Paris.

Dengan Amerika Serikat berada di luar pakta, akan lebih sulit bagi seluruh dunia untuk mencapai tujuan yang disepakati.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan