Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Di Tengah Panasnya Pilpres, AS Secara Resmi Keluar dari Perjanjian Iklim Global
Di tengah sengitnya perhitungan suara Pilpres AS, Washington, secara resmi keluar dari pakta/perjanjian iklim global Paris pada Rabu (4/11/2020).
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah sengitnya perhitungan suara Pilpres Amerika Serikat, Washington secara resmi keluar dari pakta/perjanjian iklim global Paris pada Rabu (4/11/2020).
Untuk diketahui, perjanjian iklim tersebut merupakan agenda lima tahunan untuk mencegah ancaman bencana perubahan iklim.
Langkah tersebut semakin mengisolasi Amerika Serikat di mata dunia.
Meski tidak berdampak langsung pada upaya internasional untuk mengekang pemanasan global.
Baca juga: Perubahan Iklim Menghidupkan Kembali Tanaman Purba Sejak 60 Juta Tahun Lalu
Baca juga: PM Jepang Targetkan Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Hingga Hampir Nol Tahun 2050

Mengutip Independent, ada 189 negara yang tetap berkomitmen pada Kesepakatan Iklim Global Paris 2015.
Perjanjian iklim global tersebut juga bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia “jauh di bawah” 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit).
Idealnya tidak lebih dari 1,5C (2,7 F), dibandingkan dengan level pra-industri.
Enam negara lainnya telah menandatangani, tetapi belum meratifikasi pakta/perjanjian tersebut.
Para ilmuwan mengatakan, bahwa kenaikan apa pun di atas 2 derajat Celcius dapat berdampak buruk di sebagian besar dunia, menaikkan permukaan laut, memicu badai tropis, memperburuk kekeringan dan banjir.
Kesepakatan Iklim Global Paris mengharuskan negara-negara untuk menetapkan target sukarela mereka sendiri untuk mengurangi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida.
Satu-satunya persyaratan mengikat adalah negara harus melaporkan upaya mereka secara akurat.
Baca juga: Penggunaan BBM Oktan Tinggi Dinilai Bisa Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Baca juga: Indonesia Terima RBP USD 103,78 Juta dari Global Climate Fund Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Penghasil Emisi Terbesar
Amerika Serikat tercatat sebagai penghasil emisi terbesar kedua di dunia setelah China dari gas-gas yang memerangkap panas seperti karbon dioksida dan kontribusinya untuk mengurangi emisi dipandang penting.
Dalam beberapa pekan terakhir, China, Jepang dan Korea Selatan telah bergabung dengan Uni Eropa dan beberapa negara lain dalam menetapkan tenggat waktu nasional untuk menghentikan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Sementara, pemerintahan Trump telah menghindari langkah federal untuk mengurangi emisi, negara bagian, kota dan bisnis di Amerika Serikat terus maju dengan upaya mereka sendiri.
Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan dia lebih suka AS menandatangani kembali ke kesepakatan Paris.
Dengan Amerika Serikat berada di luar pakta, akan lebih sulit bagi seluruh dunia untuk mencapai tujuan yang disepakati.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)