Pria Kulit Hitam di Brasil Dipukuli Sampai Meninggal di Sebuah Supermarket, Picu Aksi Protes
Pria kulit hitam tewas di tangan petugas keamanan supermarket. Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa turun kejalan pada Jumat (20/11/2020).
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa menyerbu sebuah supermarket di kota selatan Brasil, Poto Alegre, Jumat (20/11/2020).
Dilaporkan, penajga keamanan supermarket tersebut memukuli pria kulit hitam hingga tewas.
Aksi brutal tersebut memicu protes di seluruh Brasil dari Kamis malam (19/11/2020).
Saluran berita GloboNews yang mengutip keterangan dari polisi militer negara bagian Rio Grande do Sul mewartakan, karyawan toko memanggil petugas keamanan setelah pria itu mengancam akan menyerangnya.
Baca juga: Solidaritas untuk George Floyd, PM Kanada Berlutut saat Demo Black Live Matter di Paliament Hill
Baca juga: Studi Terbaru Sebut Warga Kulit Hitam dan Asia Lebih Berisiko Terkena Covid-19 daripada Kulit Putih
Mengutip Reuters, rekaman amatir dari pemukulan yang berakibat kematian hingga penghormatan untuk korban kulit hitam tersebar di media sosial.
Berdasarkan penuturan sang ayah dari korban kulit hitam, media lokal mengidentifikasinya sebagai Joao Alberto Silveira Freitas berusia 40 tahun.

Kemungkinan Meninggal karena Sesak Napas
Situs berita G1 melaporkan, hasil analisa awal yang dilakukan oleh lembaga forensik negara menunjukkan penyebab kematian pria kulit hitam itu karena sesak napas.
Dalam pernyataan yang dibagikan pada Jumat (20/11/2020), supermarket tempat kejadian mengatakan, sangat menyesal atas apa kematian brutal ini.
Pihak supermarket menuturkan, segera mengambil langkah-langkah untuk memastikan mereka yang bertanggung jawab dihukum setimpal.
Pernyataan dari pihak supermarket juga menerangkan, mereka akan memutus kontrak dengan perusahaan keamanan serta memecat karyawan yagn bertanggung jawab atas toko pada saat kejadian.
Supermarket tersebut juga menutup bisnis sebagai tanda penghormatan untuk korban pria kulit hitam.
Baca juga: Catat Rekor Wapres Kulit Hitam di AS, Kamala Harris: Saya Wanita Pertama, tapi Bukan yang Terakhir
Baca juga: Kamala Harris jadi Wanita Kulit Hitam dan Keturunan Asia Pertama yang Menjabat Wakil Presiden AS
Pengunjuk Rasa Bagikan Stiker Logo Supermarket
Secara terpisah, di Porto Alegre, para pengunjuk rasa membagikan stiker berlogo supermarket berlumuran darah dan menyerukan boikot terhadap toko ritel tersebut pada Jumat sore (20/11/2020).
Mereka mengacungkan spanduk berbahasa Portugis bertuliskan "BLACK LIVES MATTER" serta tanda-tanda menyerukan keadilan untuk Beto, nama panggilan korban pria kulit hitam itu.
Menjelang malam hari, protes berubah menjadi kekerasan ketika para demonstran menghancurkan jendela dan kendaraan pengiriman di area parkir supermarket.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters, dia melihat polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa.
Di tempat lain, lusinan pengunjuk rasa di Sao Paulo memecahkan jendela depan toko supermarket dengan batu dan menarik pintu depan lalu menyerbu gedung.
Mereka menumpahkan produk-produk yang ditata di etalase ke lorong sebelum membubarkan diri.
Lalu di Rio de Janeiro, sekira 200 pengunjuk rasa berkumpul dan berteriak di luar lokasi toko supermarket lainnya.
Baca juga: Hasil Autopsi: Penembakan Brooks Pria Kulit Hitam Oleh Polisi di Atlanta Adalah Pembunuhan
Baca juga: Fox News Minta Maaf karena Tayangkan Grafis Reaksi Positif Pasar Saham Pada Kekerasan Kulit Hitam
Black Awareness Day
Untuk diketahui, 20 November merupakan tanggal yang dihormati di banyak bagian Brasil sebagai Black Awareness Day (Hari Kesadaran Kulit Hitam).
Orang Brasil menganggap negara mereka sebagai negara ‘demokrasi rasial’ yang harmonis.
Bahkan, Presiden Jair Bolsonaro menyangkal ada rasisme di Brasil.
Namun, pengaruh perbudakan pada 1899 masih terlihat sampai saat ini.
Menurut data pemerintah pada 2019, orang kulit hitam Brasil hampir tiga kali lebih mungkin menjadi korban pembunuhan.
"Budaya kebencian dan rasisme perlu diperangi dari sumbernya dan seluruh hukum harus digunakan untuk menghukum mereka yang menyebarluaskan kebencian dan rasisme," tulis Rodrigo Maia, Ketua Majelis Rendah di Kongres Brasil dalam cuitan Twitter.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)