Senin, 8 September 2025

Dokter Peringatkan Adanya Kemungkinan Munculnya Penyakit Baru dari Afrika, Lebih Ganas dari Covid-19

Dokter yang dulu pernah membantu menemukan Ebola memperingatkan adanya kemunculan penyakitan baru yang mematikan.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
mirror.co.uk
Dokter yang dulu pernah membantu menemukan Ebola memperingatkan adanya kemunculan penyakitan baru yang mematikan. Disebut lebih ganas dari Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Dokter yang dulu pernah membantu menemukan Ebola pada 1967 lalu, memperingatkan adanya kemunculan penyakitan baru yang mematikan.

Ia menyebut penyakit itu bisa menyebar cepat seperti Covid-19, tapi bisa sama mematikannya dengan virus Ebola.

Seperti yang dilansir Mirror, Professor Jean-Jacques Muyembe Tamfum berkata umat manusia menghadapi sejumlah tantangan yang bisa mengancam populasi.

Ia menyebut ada virus baru yang muncul dari hutan tropis Afrika yang dapat menyebar dengan cepat.

"Kita sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar," kata profesor itu kepada CNN.

"Dan itulah yang merupakan ancaman bagi kemanusiaan."

Ditanya apakah ada penyakit baru itu yang bisa lebih apokaliptik daripada Covid-19, dia berkata: "Ya, ya, saya kira begitu."

Baca juga: Setelah Virus Corona, Muncul Virus Ebola di Kongo, Berikut Ciri-ciri dan Gejalanya

Baca juga: Setelah Inggris dan Afrika Selatan, Varian Strain Virus Corona Ketiga Ditemukan di Nigeria

Jean-Jacques Muyembe-Tamfum dari Kongo (Kiri) berpose dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (Kanan) setelah menerima Penghargaan Ketiga Hideyo Noguchi Afrika dalam kategori penelitian medis pada upacara penghargaan di Tokyo pada 30 Agustus 2019 di sela-sela acara Konferensi Internasional Tokyo tentang Pembangunan Afrika (TICAD).
Jean-Jacques Muyembe-Tamfum dari Kongo (Kiri) berpose dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (Kanan) setelah menerima Penghargaan Ketiga Hideyo Noguchi Afrika dalam kategori penelitian medis pada upacara penghargaan di Tokyo pada 30 Agustus 2019 di sela-sela acara Konferensi Internasional Tokyo tentang Pembangunan Afrika (TICAD). (Kazuhiro NOGI / AFP)

Komentarnya itu ia ucapkan saat seorang wanita yang menunjukkan gejala demam berdarah di Ingende, sebuah kota terpencil di Republik Demokratik Kongo (RDK).

Wanita itu dites untuk beberapa penyakit, termasuk Ebola, tetapi semuanya negatif.

Karenanya, hal itu memicu kekhawatiran bahwa penyakitnya mungkin disebabkan oleh apa yang disebut 'Penyakit X'.

Patogen "tak terduga" baru itu dapat menyebar secepat Covid-19 tetapi memiliki tingkat kematian seperti Ebola 50 hingga 90 persen.

"Kita semua pasti takut," kata dokter dari pasien tersebut, Dr. Dadin Bonkole, kepada saluran berita AS.

"Ebola bukan. Covid juga bukan. Kami takut itu penyakit baru."

'Penyakit X' masih bersifat hipotetis.

Tetapi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para ilmuwan dan pakar kesehatan masyarakat khawatir wabah dapat menyebabkan penyakit serius jika itu terjadi.

Profesor Muyembe memperingatkan masih banyak lagi penyakit zoonosis, penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia, bisa muncul.

Covid-19 adalah salah satu penyakit zoonosis.

Contoh lainnya yaitu demam kuning dan rabies, yang diperkirakan muncul dari reservoir yang tidak diketahui - istilah yang digunakan untuk menunjukkan inang alami virus di kerajaan hewan.

Gambar yang disediakan oleh laboratorium penelitian Center for Emerging and Zoonotic Diseases di Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan diambil pada 21 November 2011, menunjukkan teknisi laboratorium dan dokter mengerjakan sampel selama penelitian tentang penyakit Ebola yang berkembang pada kelelawar, di Center for Emerging and Zoonotic Diseases research Laboratory of the National Institute for Communicable Diseases di Pretoria.
Gambar yang disediakan oleh laboratorium penelitian Center for Emerging and Zoonotic Diseases di Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan diambil pada 21 November 2011, menunjukkan teknisi laboratorium dan dokter mengerjakan sampel selama penelitian tentang penyakit Ebola yang berkembang pada kelelawar, di Center for Emerging and Zoonotic Diseases research Laboratory of the National Institute for Communicable Diseases di Pretoria. (AFP PHOTO/HO / COURTESY OF CENTER FOR EMERGING AND ZOONOTIC DISEASES RESEARCH LAB AT THE NATIONAL INSTITUTE FOR COMMUNICABLE DISEASES)

Virus Covid-19 SARS-CoV-2 diduga berasal dari China dan kemungkinan berasal dari kelelawar.

Sejak demam kuning diidentifikasi sebagai penyakit zoonosis pertama pada tahun 1901, dilaporkan ada 200 penyakit lain yang diidentifikasi.

Wabah penyakit zoonosis sebagian besar dikaitkan dengan penggundulan hutan yang menyebabkan hilangnya habitat alami hewan.

Hal itu berakibat berkurangnya ruang bagi kelelawar, tikus, dan serangga lain yang bertindak sebagai vektor penyakit untuk bersirkulasi.

Hal itu berujung meningkatnya kemungkinan kontak lebih besar dengan manusia.

Menurut penelitian oleh Mark Woolhouse, profesor epidemiologi penyakit menular di Universitas Edinburgh, tiga hingga empat virus diidentifikasi setiap tahun.

Sebagian besar dari virus itu memiliki penularan dari hewan ke manusia.

Ilmuwan juga percaya 'Penyakit X' dapat berkembang biak pada hewan hidup di tempat yang disebut 'pasar basah', di mana melihat satwa liar dari hutan hujan dijual di daerah perkotaan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan