Grace Gundrum, Gadis China-Amerika Jadi Peraih Sabuk Hitam Jiu Jitsu Termuda di Amerika
Grace Gundrum dijuluki The Silent Assassin, berkat kemampuannya bertarung secara menakjubkan.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, HONGKONG – Remaja China-Amerika, Grace Gundrum, menjadi gadis termuda di AS yang meraih sabuk hitam jiu jitsu.
Ia mengalahkan juara dunia di usia 18 tahun. Grace Gundrum dijuluki The Silent Assassin, berkat kemampuannya bertarung secara menakjubkan.
“Saya tidak pernah berpikir saya akan sampai sejauh ini, tetapi saya tidak dapat menariknya kembali,” kata Grace yang diadopsi dan dibesarkan di AS dikutip South China Morning Post (SCMP), Senin (25/1/2021).
Di pentas jiu jitsu internasional, ia menjadi yang termuda kedua yang mendapatkan sabuk hitam Juli 2020.
Dia hanya kalah satu pertandingan kompetitif sejak usia 12 tahun, yaitu melawan sesama pemain ajaib dan juara dunia 2019, Mayssa Bastos, bulan lalu.
Gundrum digembleng maestro jiu jitsu Amerika, Eddie Bravo, di gym afiliasinya, Planet Bethlehem ke-10, di Pennsylvania.
“Tekanannya sangat kuat, tetapi Anda tidak akan pernah tahu sikap tabah Gundrum di dalam dan di luar matras,” kata Eddie Bravo memuji anak didiknya.
“Saya biasanya relatif gugup, tetapi cara saya menghadapinya adalah dengan tetap diam dan fokus pada apa yang saya lakukan,” aku Grace Gundrum.
“Bahkan seperti wawancara ini, saya sangat takut karena saya tidak terlalu pandai berbicara," imbuhnya kepada SCMP.
Gundrum berbicara bersama pelatih Zach Maslany, yang bersama JM Holland telah membantu mengasah kemampuannya di sejak masa kanak-kanak.
“Ada banyak orang yang datang dengan bakat fisik atau kemampuan untuk mengambil permainan dengan cepat, tetapi tidak banyak yang akan melatih selama dia dengan konsistensi itu,” kata Maslany.
“Jenis pikiran dan kecerdasan yang dia miliki, mengembangkan fisik sepanjang jalan, itu adalah hal yang sempurna,” lanjut Maslany, seorang pesaing Gundrum yang menjadi instruktur.
“Banyak anak tidak mematuhinya atau memiliki kemampuan untuk tetap konsisten seperti dia. Itu terus bertambah, lebih banyak pelatihan dan persaingan, dan sekarang kita di sini. Ini sangat luar biasa,” imbuhnya.
"Pria atau wanita mana pun yang keluar untuk berkompetisi di sekolah sangat berarti bagi saya, tetapi dia terutama mampu membawa kami ke level permainan tertentu yang saya sendiri tidak akan pernah bisa melakukannya, kami sangat berterima kasih," puji Maslany
Level yang dia bicarakan mengacu pada tingkatan Gundrum yang dihadapi lawan. Pada 2019, ia bermain imbang melawan empat kali juara dunia sabuk hitam IBJJF, Rikako Yuasa di Jepang.
Penampilan Gundrum membuat para komentator lokal kagum. Oktober 2020, Gundrum mengalahkan juara dunia tiga kali, Pati Fontes, untuk menjadi juara kelas jerami Fight2Win.
"Saya terkadang berpikir kembali seperti, 'Oh, itu keren' (menghadapi lawan tingkat tinggi), tetapi saya mencoba untuk tidak terus-menerus memikirkannya,” kata Gundrum.
“Saat saya bertanding melawan mereka, saya mencoba untuk fokus pada aksi,” imbuh Gundrum, yang pindah dari karate ke jiu-jitsu saat ia berusia 10 tahun, dan juga ikut kompetisi gulat.
Diadopsi dan dibawa ke AS pada usia yang sangat muda, dia menganggap dirinya "benar-benar sepenuhnya Amerika". Ia baru sekali pulang ke China.
“Saya tidak begitu tahu banyak karena saya tidak berada di China selama itu. Mereka tidak tahu persis di mana saya dilahirkan, tetapi mereka mengurus dokumen dan mengadopsi saya dari Beijing dan kami kembali ke AS dari sana,” kenangnya.
“Saya tidak pernah belajar bahasa Mandarin atau bersama keluarga Tionghoa atau apa pun. Sebagian besar keluarga saya berasal dari Amerika,” bebernya.
“Adik perempuan saya juga diadopsi dari China, jadi saya kembali ketika saya berusia empat atau lima tahun untuk mengadopsinya," kata Gundrum.
Sabuk hitam bagi dirinya mungkin masih belum ada apa-apanya, tetapi punya prospek bagus bagi masa depannya.
“Ya, pasti ada banyak tekanan saat mendapatkan sabuk hitam,-itu menambah banyak hal. Saya tidak pernah berpikir saya akan sejauh ini, tetapi saya tidak dapat menariknya kembali. Saya hanya harus terus maju dan mewakilinya dengan baik,” katanya.
Gundrum mengatakan dia akan memprioritaskan pendidikannya setelah diterima di Universitas Lehigh di jurusan ilmu komputer dan teknik.
“Saya ingin mencoba melakukan keduanya. Jika saya berkompetisi lagi, saya akan kuliah di waktu yang sama," janji Grace Gundrum.(Tribunnews.com/SCMP/xna)