Sabtu, 6 September 2025

Berharganya Nilai Prangko di Jepang, Bisa Hasilkan Pendapatan Penjualan Hingga 7 Triliun Yen

Kini dengan adanya pandemi corona, penerbitan prangko sempat tertunda, karena takut kantor pos menjadi sumber penularan corona apabila terjadi antrean

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Prangko Jepang tema Olimpiade Tokyo 1964. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Penjualan prangko di Jepang bisa mencapai 7 triliun yen dan penghasilan penjualan asuransi dan tabungan pos mencapai sekitar 13 triliun yen.

Mengapa Pos Jepang bisa menjual prangko dan menghasilkan uang banyak per tahunnya?

Pengalaman Tribunnews.com sebagai pengurus Asosiasi Pengumpul Prangko Jepang (JPS = Japan Philatelic Society) awal tahun 2000-an selama beberapa tahun, memperlihatkan antusiasme yang sangat besar warga Jepang kepada prangko.

Mengapa? Pertama, Karena prangko Jepang dapat dipakai kapan pun juga.

Yang terbit sudah lama misalnya tahun 1945, asalkan masih baru belum terpakai, bisa dipakai saat ini (2021) dengan nominal sesuai yang tercantum.

Misalnya prangko terbitan tahun 1945 tercetak dengan nominal 10 yen.

Saat ini (2021) waktu ditempel ke amplop surat untuk pengiriman surat pos, berlaku 10 yen pula.

Tinggal kekurangan biaya pos dibeli prangko yang ada saat ini. Jumlahnya sudah mencukupi, masukkan ke kotak surat dan surat akan sampai ke tujuan.

Kedua, penghargaan prangko dianggap sebagai salah satu etika yang ada di Jepang.

Baca juga: Prangko Pos Militer Surakarta Tahun 1949 Bernilai Fantastis, Waspada Kini Beredar Versi Palsu

Mengapa? Dengan prangko, kirim surat, akan jauh lebih sopan dibandingkan pengiriman lewat whatsapp, LINE atau aplikasi ponsel lainnya di saat perayaan sesuatu (misalnya saat mengucapkan selamat tahun baru).

Prangko adalah salah satu budaya penghormatan di Jepang.

Itulah sebabnya, (hal ketiga), kalau terbit prangko banyak sekali orang antre di kantor pos untuk membeli prangko baru.

Selain tertarik ingin melihat prangko baru, juga bagian dari penghormatan kepada kantor pos yang telah bersusah payah menerbitkan dan mengabadikan sejarah Jepang dalam bentuk prangko.

Hal keempat adalah tabungan. Sejak awal pengumpulan prangko oleh para hobbyist (kolektor) adalah tabungan.

Namun ada pula yang menyatakan investasi. Hal ini tergantung kepada orang yang mengumpulkannya.

Apabila koleksi murni maka dia akan menabung. Apabila dia untuk memperdagangkan maka melihat dari segi investasi.

Lalu mengapa menabung? ya karena prangko Jepang bisa dipakai kapan saja.

Jika sedang tak punya uang misalnya, bisa menggunakan prangko yang ada kapan saja untuk komunikasi dengan orang lain, karena prangko Jepang dapat dipakai kapan saja, tak ada batasan waktu.

Prangko Pos Militer Surakarta.
Prangko Pos Militer Surakarta. (Foto Twitter)

Tapi kalau ada uang, prangko kuno kini bisa terjual dengan harga yang lebih mahal, artinya "tabungan" kita berbunga, barang jadi lebih mahal saat dijual.

Dengan syarat prangko disimpan dengan baik, saat dijual tetap dalam kondisi baru seperti saat kita membelinya.

Antrean pembeli prangko baru pun sangat panjang.

Budaya antre di Jepang telah mendarah daging sejak kecil. Orang akan malu sendiri kalau tidak antre dan budaya malu itu sangat tinggi. Karena malu seseorang bisa bunuh diri dan kasus ini banyak terjadi di Jepang.

Kelima adalah peran kepercayaan masyarakat kepada Pos Jepang yang sangat tinggi khususnya di bidang filateli.

Rencana penerbitan prangko yang ada dipegang kuat hingga sebelum adanya pandemi corona.

Kini dengan adanya pandemi corona, penerbitan prangko sempat tertunda, karena takut kantor pos menjadi sumber penularan corona apabila terjadi antrean panjang.

Sehingga sempat penerbitan prangko tertunda karena corona. Penundaan itu pun dengan pemberitaan luas ke berbagai kalangan masyarakat.

Kepercayaan yang tinggi itulah membuat masyarakat dunia juga percaya kepada prangko Jepang dan nilai prangko Jepang sangat tinggi dinilai para filatelis dunia.

Baca juga: Dunia Berlomba Terbitkan Prangko Covid-19, Indonesia Masih Menunggu Persetujuan Menteri

Tidak akan pernah ada penerbitan prangko mendadak di Jepang dan tidak mungkin hal itu terjadi di Jepang yang penuh dengan perencanaan.

Bagi orang negara maju mungkin tak ada masalah membeli prangko Jepang. Namun bagi kalangan negara berkembang agak sulit mengumpulkan koleksi Jepang karena harganya sangat mahal. Kecuali para orang kaya yang ada di negara berkembang.

Itulah sebabnya perhatian dan kepercayaan yang besar kepada prangko Jepang membuat prangko Jepang memiliki nilai jual yang sangat baik dan bernilai tinggi untuk dikumpulkan hingga saat ini.

Demikian pula prangko pendudukan Jepang di berbagai negara termasuk di Indonesia, juga bernilai tinggi di Jepang dan negara lain.

Namun hal itu tercoreng dengan mulai banyaknya prangko pendudukan Jepang di Indonesia yang dipalsukan, khususnya menggunakan cap palsu dan cara-cara lain yang bertujuan mendapatkan uang banyak dari prangko pendudukan Jepang di Indonesia.

Prangko Covid-19 dari Perancis
Prangko Covid-19 dari Perancis (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

"Banyak sekali yang palsu prangko pendudukan Jepang di Indonesia. Pusing saya kalau melihatnya dan harus ekstra hati-hati kalau mau membelinya," papar Saburo Masuyama, filatelis senior Jepang yang koleksi khusus benda filateli pendudukan Jepang di Indonesia.

Sementara itu upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif dengan melalui zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang nantinya. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan