Israel Serang Jalur Gaza
POPULER Internasional: Israel Serang Lab Covid di Gaza | Legislator AS Pertanyakan Penjualan Senjata
Jet Israel membom bangunan pemukiman hingga menyebabkan kerusakan pada puluhan gedung di sekitarnya, termasuk laboratorium Covid-19 di Gaza.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Jet Israel membom bangunan pemukiman hingga menyebabkan kerusakan pada puluhan gedung di sekitarnya, termasuk laboratorium Covid-19 di Gaza.
Serangan Israel ke jalur Gaza sejak Ramadan lalu telah menimbulkan banyak korban.
Namun, sampai saat ini negara-negara Arab belum melakukan langkah pasti dalam meredamkan konflik Israel-Palestina. Apa Alasannya?
Di sisi lain, pembangunan Masjid Syaikh Ajlin, yang dirancang khusus Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bagi warga Gaza, terpaksa dihentikan sementara menyusul serangan Israel.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Saatnya Jokowi Undang Presiden Palestina-PM Israel Duduk Bersama
Sementara itu, legislator Amerika Serikat (AS) mempertanyakan soal penjualan senjata senilai 735 juta dolar Amerika atau setara dengan Rp 10,5 triliun ke Israel.
1. Israel Hancurkan Lab Utama Covid-19 di Gaza, Saksi Mata: Tak Ada Tempat Aman di Sini
Jet Israel membom bangunan pemukiman hingga menyebabkan kerusakan pada puluhan gedung di sekitarnya, termasuk laboratorium Covid-19 di Gaza, Senin (17/5/2021).
Dilansir Middle East Eye, selain lab utama itu, panti asuhan, sekolah khusus perempuan, dan kantor Kementerian Kesehatan Palestina juga mengalami kerusakan.
Gedung Ghazi al-Shwwa yang memiliki enam lantai itu dihujani tiga rudal hingga lantai atas hancur, ujar saksi mata.
"Jika Kementerian Kesehatan tidak aman, maka tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza."
"Ini adalah kejahatan perang dan dunia tidak bisa tinggal diam," kata Abu Hamed Abufoul, seorang saksi mata.
Baca juga: Imbas Serangan Israel, Pembangunan Masjid Rancangan Ridwan Kamil di Jalur Gaza Dihentikan
Baca juga: 1.141 Personel Gabungan Disiapkan dalam Aksi Solidaritas untuk Palestina, Berikut Titik-titiknya

"Saya datang dengan anak saya untuk menarik sejumlah uang tunai dari ATM, tetapi tidak berfungsi karena (serangan), jadi kami berhenti sejenak untuk memikirkan ATM mana yang harus kami tuju, dan tiba-tiba sebuah rudal F16 menghantam tempat itu," lanjutnya.
Abu Hamed berlari menuju gedung Kemenkes, namun kondisinya mengenaskan dan ada dua staf di kantor itu yang terluka.
Wakil Menteri Kesehatan di Gaza, Dr. Yousef Abu al-Rish mengatakan layanan telemedicine yang disediakan kemenkes selama pandemi Covid-19 dihentikan setelah sejumlah dokter terluka.
"Menargetkan gedung Kementerian Kesehatan, Klinik al-Remal, dan staf medis adalah kejahatan keji yang bertujuan mencegah Kementerian melanjutkan pekerjaan kemanusiaannya dalam menyelamatkan nyawa yang terluka dan memberikan perawatan kesehatan kepada warga," katanya.
"Komunitas internasional harus meminta pertanggungjawaban pendudukan atas kejahatan keji dan berkelanjutan terhadap personel medis dan institusi kesehatan," lanjut Abu al-Rish.
2. Mengapa Negara-negara Arab Diam Saja saat Israel Bombardir Palestina?
Peperangan di Jalur Gaza antara tentara Israel dengan pasukan sayap Hamas Brigade Al Qassam masih terus berlangsung.
Serangan Israel ke jalur Gaza sejak Ramadan lalu telah menimbulkan banyak korban.
Ratusan warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Namun, sampai saat ini negara-negara Arab belum melakukan langkah pasti dalam meredamkan konflik Israel-Palestina. Mengapa?
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide mengatakan, diamnya negara-negara Arab karena memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap Amerika Serikat.
Padahal, AS memiliki lobi kuat Yahudi untuk menjaga politik luar negerinya, terutama dalam konflik Israel-Palestina.
Dengan kondisi itu, Palestina pun tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat seperti Israel.
Baca juga: Oki Setiana Dewi Ajak Artis-artis Datangi Kedutaan Besar Palestina, Ini Tujuannya
"Palestina tidak mempunyai strategi perjuangan seperti Yahudi dulu sewaktu awal menggagas untuk mendirikan negara Yahudi (Israel)," kata Suhedi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (16/5/2021).
"Orang-orang Yahudi saat itu melakukan penggalangan dana, mendekati negara-negara yang berpengaruh di kancah dunia," sambung dia.

"Selagi AS menjadi negara superpower dan negara-negara Islam mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap Amerika, maka Israel akan terus-terusan melakukan aksi brutalnya terhadap warga Palestina," jelasnya.
3. Imbas Serangan Israel, Pembangunan Masjid Rancangan Ridwan Kamil di Jalur Gaza Dihentikan

Pembangunan Masjid Syaikh Ajlin, yang dirancang khusus Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bagi warga Gaza, terpaksa dihentikan sementara menyusul serangan Israel.
"Sampai kapan pun, khususnya saya pribadi, mendoakan dan membela Palestina."
"Bahkan saya mendesain masjid yang saya doakan mudah-mudahan segera selesai, sementara berhenti dulu karena situasinya, dan mudah-mudahan bisa dilanjutkan," kata Emil di Gedung Sate, Senin (17/5/2021).
Emil pun mendoakan penyerangan Israel di Palestina tersebut segera berhenti seiring dengan desakan negara-negara dan dukungan masif bagi kemerdekaan Palestina.
"Kita minimal mendoakan, dan kalau ada keluangan kita bisa melakukan donasi lewat pintu-pintu online."
"Walaupun bukan kapasitasnya, kami berharap negara-negara di PBB itu melakukan tindakan yang nyata karena korban terus berjatuhan dan agresi ini segera dihentikan melalui tekanan dari negara maju," kata Emil.
Baca juga: Ini Pengaturan Kriteria Zona Hijau hingga Zona Merah PPKM Mikro Usai Lebaran
Jika PBB kurang melakukan tekanan kepada Israel, katanya, bisa saja penyerangan ini akan berjilid-jilid.
Sesuai dengan ungkapan Presiden Soekarno, katanya, Indonesia akan selalu bersama Palestina.
"Jadi, saya kira sikap kita jelas."
4. Legislator AS Pertanyakan Penjualan Senjata Senilai Rp 10,5 Triliun ke Israel
Legislator Amerika Serikat (AS) mempertanyakan soal penjualan senjata senilai 735 juta dolar Amerika atau setara dengan Rp 10,5 triliun ke Israel.
Washington Post melaporkan, penjualan senjata diumumkan Kongres AS pada 5 Mei 2021 lalu atau sepekan sebelum eskalasi Israel-Palestina dimulai.
Senjata-senjata tersebut termasuk Joint Direct Attack Munitions (JDAMs), yang digunakan untuk mengubah bom menjadi peluru kendali presisi, menurut surat kabar itu.
Dilansir Al Jazeera, beberapa legislator dan staf lainnya mengatakan penjualan itu dapat memicu gelombang oposisi di Kongres, di mana kritik terhadap dukungan pemerintah Biden terhadap Israel saat ini tengah meningkat.
"Membiarkan penjualan bom pintar yang diusulkan ini dilakukan tanpa memberikan tekanan pada Israel untuk menyetujui gencatan senjata hanya akan memungkinkan pembantaian lebih lanjut," kata seorang legislator di Komite Urusan Luar Negeri DPR kepada surat kabar tersebut.
Baca juga: Bella Hadid Bereaksi Saat Dapat Kecamanan Israel, Sebut Tentang Kebebasan Bukan Pemusnahan
Baca juga: Bamsoet dan Ketua Parlemen Turki Minta PBB Keluarkan Resolusi Hentikan Agresi Israel ke Palestina

Di bawah hukum AS, administrasi diharuskan memberi tahu Kongres tentang penjualan semacam itu.
Legislator kemudian memiliki waktu 20 hari untuk mengesahkan resolusi yang menentang penjualan.
Hingga saat ini, 198 warga Palestina di Gaza, termasuk 58 anak-anak, telah terbunuh oleh serangan Israel sejak awal eskalasi pada 10 Mei 2021.
Israel melaporkan 10 orang, termasuk dua anak, tewas dalam serangan roket dari Gaza.
Hamas dan kelompok bersenjata lainnya mulai menembakkan roket ke Israel pada Senin pekan lalu.
(Tribunnews.com)