Jurnalis di Belarusia Ditangkap setelah Pesawat yang Dinaikinya Diminta Mendarat di Bandara Lain
Seorang jurnalis Belarusia ditangkap setelah pesawat yang dinaikinya dialihkan, dengan alasan ada ancaman keamanan
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis Belarusia ditangkap setelah pesawat yang dinaikinya dialihkan pendaratannya, dengan alasan ada ancaman keamanan.
Otoritas Belarusia mengirim jet tempur untuk mengalihkan pesawat Ryanair pada hari Minggu (23/5/2021) untuk mendarat di Minsk, ibu kota Belarusia.
Pesawat Ryanair FR4978 itu seharusnya mendarat di Lithuania dari Athena.
Tetapi ketika pesawat penumpang itu mendarat di Minsk, petugas polisi menaiki pesawat tersebut dan menangkap Roman Protasevich (26), seorang jurnalis yang dikenal vokal menentang aturan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Menurut pernyataan yang diperoleh The New York Times, Ryanair mengatakan pilot penerbangan diberitahu oleh operator lalu lintas udara Belarusia bahwa ada "potensi ancaman keamanan di pesawat."
Baca juga: Minsk dan Moskow Gagalkan Plot Kudeta di Belarusia
Baca juga: Presiden Perancis: Presiden Belarusia Harus Mundur dari Jabatannya
Pilot kemudian diperintahkan untuk melakukan pendaratan ke bandara terdekat, yang berada di Minsk.
Media pemerintah Belarusia Belta mengatakan Presiden-lah yang memberikan "perintah tegas" agar pesawat Ryanair mendarat di Minsk, mengutip potensi ancaman bom.
Tetapi menurut data di Flightradar.com, pesawat itu lebih dekat ke tujuan sebenarnya di Vilnius, Lithuania, daripada ke Minsk.
Pesawat justru harus melakukan belokan tajam untuk mendarat di Minsk.
BBC menulis bahwa otoritas Belarusia mengirim jet tempur MiG-29 untuk mengawal pesawat itu, yang membawa 171 penumpang, ke bandara Minsk.
Pihak berwenang tidak menemukan ancaman keamanan yang disebutkan sebelumnya, tetapi polisi Belarusia malah menyeret Protasevich keluar dari pesawat.
BBC melaporkan bahwa pesawat akhirnya sampai di Lituania tujuh jam setelah waktu kedatangan yang dijadwalkan.
Menurut situs berita Lithuania Delfi News, ketika diumumkan bahwa pesawat akan mendarat di Minsk, Protasevich tampak ketakutan.
Ia mengatakan kepada penumpang di pesawat bahwa ia akan mati di sana.
"Dia tidak berteriak, tapi yang jelas dia sangat ketakutan. Sepertinya jika jendela dibuka, dia akan melompat keluar," kata penumpang Edvinas Dimsa kepada AFP.
Reuters berbicara dengan seorang penumpang Lithuania bernama Mantas, yang mengatakan dia melihat Protasevich membuka loker di atas kepala.
Baca juga: Militer Belarusia Gelar Latihan Perang Besar Dekat Perbatasan Polandia
Baca juga: Oposisi Tuduh Otoritas Keamanan Belarusia Paksa Svetlana Tikhanovskaya Pergi ke Lithuania
Mantas menambahkan bahwa Protasevich kemudian memberikan laptop dan telepon kepada seorang penumpang wanita yang terbang bersamanya.
Tetapi Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda mengatakan pada hari Minggu dalam konferensi pers yang dihadiri oleh Reuters bahwa wanita yang bepergian dengan Protasevich tidak kembali ke pesawat ketika berangkat dari Minsk.
Roman Protasevich adalah salah satu pendiri dan pemimpin redaksi NEXTA.
NEXTA merupakan saluran berita yang berbasis di Polandia yang menyebarkan klip protes massal terhadap Presiden Lukashenko melalui aplikasi pesan Telegram.
Menyebaran berita melalui Telegram yang terenkripsi adalah satu-satunya cara agar informasi semacam itu dapat disebarkan setelah tindakan keras pemerintah terhadap media massa.
The Guardian menulis bahwa sebelum penangkapannya pada hari Minggu, Protasevich dicap sebagai ekstremis oleh pemerintah Belarusia.
Ia dicari atas beberapa tuduhan, termasuk terorisme dan pengorganisasian kerusuhan.
Protasevich membantah semua tuduhan itu.
Baca juga: Presiden Belarusia Lukashenko Tantang Warganya: Tak Ada Pemilihan Ulang Sampai Kalian Membunuh Saya!
Baca juga: Belarusia Cegah Usaha Pembunuhan Capres, Svetlana Tikhanovskaya Lari ke Lithuania
Sebelumnya, ribuan warga Belarusia melakukan protes selama beberapa minggu pada Agustus lalu setelah Lukashenko mengklaim dia memenangkan pemilihan presiden dengan 80% suara.
Itu adalah masa jabatan keenamnya.
Lukashenko telah memerintah Belarusia sejak 1994 dan didukung oleh pemerintah Rusia.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)