Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Inggris Resmi Cabut Pembatasan Covid-19, Andalkan Tingkat Vaksinasi yang Tinggi

Pemerintah Inggris pada Senin (19/7/2021) resmi mencabut pembatasan Covid-19 dan jarak sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Hollie Adams / AFP
Foto diambil di luar stasiun kereta Victoria di pusat kota London pada 25 Januari 2021 - Pemerintah Inggris pada Senin (19/7/2021) resmi mencabut pembatasan Covid-19 dan jarak sosial dalam kehidupan sehari-hari. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Inggris pada Senin (19/7/2021) resmi mencabut pembatasan Covid-19 dan jarak sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Dilansir CNA, Perdana Menteri Boris Johnson memutuskan pencabutan pembatasan demi memulai perekonomian Inggris yang sempat lesu sejak lockdown di awal pandemi pada Maret 2020. 

Semua batasan selama Covid-19 ditiadakan mulai Minggu tengah malam waktu Inggris atau Senin pagi waktu Indonesia, bersamaan dengan pencabutan aturan wajib masker dan WFH.

Kini klub malam dapat beroperasi kembali tanpa ada batasan jumlah pengunjung.

Tempat-tempat dalam ruangan lainnya seperti teater dan bioskop juga akan dapat beroperasi dengan kapasitas penuh.

Baca juga: Kaum Muda Inggris Berpesta Sambut “Hari Kebebasan” Kebijakan Covid-19

Baca juga: 89 Mahasiswa Jabar Raih Beasiswa Bahasa Inggris, Siap Songsong Era Industri 4.0

Pangeran William (kanan), Duke of Cambridge, mendengarkan Catherine, Duchess of Cambridge, menjelang pertandingan final sepak bola UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di Stadion Wembley di London pada 11 Juli 2021.
Pangeran William (kanan), Duke of Cambridge, mendengarkan Catherine, Duchess of Cambridge, menjelang pertandingan final sepak bola UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di Stadion Wembley di London pada 11 Juli 2021. (JOHN SIBLEY / POOL / AFP)

Kendati demikian, Johnson mengimbau warga Inggris agar tetap waspada dan mendorong untuk segera melakukan vaksinasi.

Saat ini, sekitar dua pertiga orang dewasa di Inggris telah divaksinasi penuh.

Media Inggris menggambarkan pencabutan pembatasan ini sebagai "Freedom Day".

Namun kebijakan ini menuai kritik dari para ilmuwan, yang khawatir setelah angka infeksi harian di Inggris mendekati angka 50.000 kasus, di bawah Indonesia dan Brasil.

Pemerintah Inggris berharap vaksinasi akan membantu melindungi negara, bahkan ketika infeksi melonjak ke tingkat tinggi seperti pada Januari lalu.

"Jika kita tidak melakukannya sekarang, maka kita akan membuka diri di musim gugur, bulan-bulan musim dingin, ketika virus memiliki keuntungan dari cuaca dingin," kata PM Johson dalam sebuah video.

"Jika kita tidak melakukannya sekarang, kita harus bertanya pada diri sendiri, kapan kita akan melakukannya?" tambahnya.

Keputusan Johnson berpegang pada tingkat vaksinasi.

Jika vaksin Covid-19 terbukti mampu mengurangi sakit parah dan rawat inap bahkan ketika terjadi lonjakan, maka kebijakan Inggris bisa menjadi pandangan untuk negara lain.

Masjid di London sediakan makanan berbuka puasa.
Masjid di London sediakan makanan berbuka puasa. (Foto @ImamAFaruqS and @elondonmosque via Arab News)

Namun strategi ini memiliki risiko di antaranya, jika muncul varian baru Covid-19 yang kebal oleh vaksin saat ini dan terjadi kenaikan kasus yang tinggi hingga perekonomian terhenti.

Mengingat itu, Johnson mendesak publik untuk tetap berhati-hati terhadap pembukaan kembali.

"Ini adalah saat yang tepat tetapi kita harus melakukannya dengan hati-hati. Kita harus ingat bahwa virus ini sayangnya masih ada di luar sana," ujarnya.

Inggris memiliki angka kematian tertinggi ketujuh di dunia dengan jumlah 128.708 korban.

Pada Minggu (18/7/2021) saja, tercatat ada 48.161 kasus baru dan 25 kematian.

Namun dibandingkan negara Eropa lain, Inggris memiliki tingkat vaksinasi yang cukup tinggi.

Sebanyak 87% dari populasi orang dewasa di Inggris telah disuntik minimal satu dosis vaksin.

Sementara lebih dari 68% telah mendapat dua dosis vaksin.

Kematian harian saat ini sekitar 40an per-hari.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual di dalam 10 Downing Street di pusat kota London pada 16 Oktober 2020
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama konferensi pers virtual di dalam 10 Downing Street di pusat kota London pada 16 Oktober 2020 (Eddie MULHOLLAND / POOL / AFP)

Baca juga: Bursa Transfer Liga Inggris, Pemain Incaran Arsenal Jadi Rebutan Liverpool dan Manchester United

Baca juga: Malaysia Izinkan Penggunaan Darurat Vaksin Sinopharm dan Johnson & Johnson

PM Johnson menetapkan pencabutan pembatasan hanya untuk Inggris. Sementara Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara dapat memutuskan kebijakannya sendiri.

Di tengah pencabutan pembatasan, PM Johnson harus melakukan isolasi mandiri (isoman) setelah Menteri Kesehatan Sajid Javid dinyatakan positif Covid-19 pada Sabtu lalu.

Rencana Johnson dan Menkeu Rishi Sunak untuk tidak melakukan karantina selama 10 hari dibatalkan karena mendapat protes dari masyarakat.

Meski insiden ini sempat merusak kepercayaan publik, keberhasilan vaksinasi membantu menjaga posisi PM Johnson bertahan secara politik.

Berita terkait Virus Corona

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved