Konflik di Afghanistan
Ashraf Ghani Diduga Kabur ke Amerika, Rusia: Dia Bawa 4 Mobil dan Helikopter Penuh Uang Tunai
Eks Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, disebut-sebut membawa empat mobil dan helikopter penuh uang saat kabur di tengah kekacauan karena Taliban.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, diduga akan kabur ke Amerika Serikat (AS) setelah Taliban menguasai negaranya.
Ia saat ini dikabarkan berada di Oman, setelah Tajikistan membantah Ghani mendarat pada Minggu (15/8/2021).
Dikutip dari India Today, Ghani bersama Penasihat Keamanan Nasional, Hamdullah Mohib, di Oman.
Sementara itu, Kedutaan Rusia di Kabul mengatakan Ghani telah meninggalkan Afghanistan dengan empat mobil dan sebuah helikopter penuh uang tunai, di mana ia harus meninggalkan sejumlah uang karena tidak muat, kantor berita RIA melaporkan.
Mengutip Reuters, Ghani meninggalkan Afghanistan pada Minggu setelah Taliban memasuki ibu kota Kabul tanpa perlawanan.

Baca juga: Jubir Taliban Zabihullah Mujahid Akhirnya Muncul, Bertahun-tahun Jadi Sosok Misterius
Baca juga: Peraih Nobel Malala Yousafzai Khawatirkan Nasib Perempuan Afghanistan
Juru bicara Kedutaan Rusia di Kabul, Nikita Ishchenko, mengatakan keruntuhan rezim Afghanistan ditandai dengan kaburnya Ghani.
"Adapun keruntuhan rezim itu paling jelas ditandai dengan cara Ghani melarikan diri dari Afghanistan," ujarnya, Senin (16/8/2021).
"Empat mobil penuh uang, mereka mencoba memasukkan sebagian uang itu ke dalam helikopter."
"Tetapi, tidak semuanya muat. Dan sebagian uang itu dibiarkan tergeletak di landasan," bebernya.
Perwakilan khusus Presiden Vladimir Putin di Afghanistan, Zamir Kabulov, menuturkan tidak jelas berapa banyak uang yang ditinggalkan Ghani.
"Saya berharap pemerintah yang melarikan diri (Ghani) tidak mengambil semua uang dari anggaran negara," katanya.
Sebelumnya, Ghani mengungkapkan alasannya pergi meninggalkan Afghanistan di tengah kepanikan warganya setelah Taliban menguasai ibu kota Kabul.
Dalam unggahannya di Facebook, Ghani mengatakan ia pergi untuk mencegah pertumpahan darah di ibu kota.
Ia menyebut Ghani menyebut kepergiannya itu adalah keputusan sulit.
Ghani mengatakan dia yakin "patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan dihancurkan" jika dia tetap tinggal.
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Baca juga: Kabur saat Taliban Kuasai Negara, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani Disebut Berkhianat dan Memalukan
"Taliban telah menang dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pemeliharaan diri warga negara mereka," ujarnya, dilansir AlJazeera.
Tuai Kritikan

Kepergian Ashraf Ghani yang meninggalkan Afghanistan begitu saja, menuai kritikan.
"Mantan Presiden meninggalkan Afghanistan, meninggalkan negara dalam situasi sulit ini," kata Abdullah, Kepala Dewan Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, Minggu
"Tuhan harus meminta pertanggungjawabannya."
Dikutip dari AlJazeera, mantan penasihat Ghani, Shafiq Hamdam, juga melontarkan kritik pada mantan presiden.
Ia mengecam keputusan Ghani yang memilih melarikan diri di tengah kemajuan Taliban menguasai Kabul.
"Ini memalukan. Orang-orang merasa ditinggalkan, merasa dikhianati," katanya.
"Setelah bertahun-tahun upaya dan investasi, dia telah memberikan tanda hitam gelap dalam sejarah demokrasi di Afghanistan."
"Dia melarikan diri dengan timnya dan tak berpikir dua kali tentang jutaan orang yang hidup dalam kesengsaraan, dalam ketidakpastian, dan sekarang mereka dicampakan, hidup di bawah tekanan rezim Taliban," bebernya.
Baca juga: Indonesia Tidak Akan Tutup KBRI Kabul, Taliban Dinilai Sudah Moderat
Baca juga: Komisi I Nilai Pemerintah Perlu Jalin Diplomasi dengan Pimpinan Taliban
Hamdam mengatakan Taliban perlu membuktikan mereka akan melindungi perempuan.
"Mulai besok kita harus melihat perempuan pergi ke sekolah, kita harus melihat pegawai negeri dan guru, seperti ibu saya pergi ke sekolah dan mengajar."
"Itulah yang saya dan dunia inginkan. Itu adalah ujian bagi Taliban, untuk membuktikan apakah mereka telah berubah atau tidak," tandasnya.
Sosok Ashraf Ghani

Ashraf Ghani merupakan antropolog terkemuka yang berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Columbia di New York City.
Ghani menghabiskan hampir 25 tahun hidupnya di luar negeri bertepatan dengan terjadinya gejolak pemerintahan Soviet, perang saudara, dan kekuasaan Taliban di Afghanistan.
Selama periode itu, dia bekerja sebagai akademisi di AS, Bank Dunia, hingga menjadi Sekjen PBB.
Ghani mengambil alih kekuasaan dari mantan Presiden Hamid Karzai pada 2014 dan mengawasi penyelesaian misi tempur AS.
Dia memiliki misi prioritas yakni ingin mengakhiri perang, meskipun Taliban terus melakukan penyerangan.
Di tahun 2020 ini, Presiden Ashraf Ghani memulai pembicaraan damai dengan Taliban.
Baca juga: Jubir PBB untuk HAM Minta Taliban Penuhi Janji akan Menghormati Hak-Hak Perempuan
Baca juga: Facebook Blokir Akun Whatsapp Kelompok Taliban
Selama memimpin, Ghani berjanji memerangi korupsi, memperbaiki ekonomi yang lumpuh, dan mengubah negara menjadi pusat perdagangan regional.
Namun sebagian besar janji itu belum dipenuhi Ghani dalam dua periode kepresidenannya.
Hubungan Ghani dengan Washington dan ibu kota Barat lainnya juga dilaporkan tidak berjalan baik.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul SOSOK Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan yang Kabur saat Taliban Kuasai Negara, Dinilai Memalukan
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ika Nur Cahyani)