Ali Kalora tewas, apakah jadi akhir kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur yang berafiliasi dengan ISIS di Poso?
Tewasnya pimpinan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur Ali Kalora memunculkan pertanyaan, apakah kelompok teroris itu akan berakhir atau
Rudy menegaskan, kerja sama intelijen dengan masyarakat terus berjalan. Tujuannya agar siapapun yang bergabung dengan MIT dapat dilihat, dicegah dan ditangkap.
"Untuk itu saya imbau ke masyarakat, jangan ragu-ragu melaporkan ke kami apabila ada kelompok yang bergabung dengan mereka di atas," ujarnya.
Sebelumnya, Sabtu (18/09), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam akun Twitternya menyampaikan bahwa Ali Kalora ditembak mati oleh aparat keamanan.
Mahfud juga meminta masyarakat untuk tenang dalam menyikapi kejadian tersebut.
Apa langkah ke depan?
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Muhammad Syauqillah mengatakan terdapat dua upaya yang harus dilakukan oleh aparat keamanan untuk melemahkan bahkan mengakhiri ancaman dari MIT.
"Pertama adalah mengejar keempat DPO, untuk memutus siklus kepemimpinan dan mencegah mereka melakukan pembalasan hingga perekrutan," kata Syaquillah
Kedua adalah aparat penegak hukum perlu menutup pintu masuknya pihak luar, kelompok teroris luar, ke Poso, dan bergabung memperkuat empat orang ini.
"Dua cara itu bergantung dari kesiapan aparat penegak hukum dan peran masyarakat melakukan penganggulangan kelompok MIT," ujarnya.
Sejarah MIT
Kemunculan MIT tidak lepas dari keberadaan Jemaah Ansharut Tauhid (JAT) yang didirikan Abu Bakar Ba'asyir pada 2008.
Salah satu pimpinan JAT, Abu Tholut, datang ke Poso menjumpai Yasin dan Santoso untuk menjadikan wilayah itu sebagai pusat negara Islam dengan membentuk JAT Poso, cikal bakal MIT.
Yasin berperan sebagai ketua dan Santoso menjadi penanggung jawab pelatihan militer.
Tahun 2010, JAT Poso mengumpulkan senjata dan melakukan pelatihan militer di pegunungan. Dua tahun kemudian, Santoso ditunjuk menjadi pemimpin MIT.
Anda mungkin tertarik dengan:
Sejak saat itu beragam aksi teror terjadi di Sulawesi Selatan, seperti pembunuhan dua anggota polisi dan penembakan tiga anggota Brimob tahun 2012, serta pembunuhan warga sipil tahun 2015
Kemudian tahun 2016, dalam operasi gabungan Tinombala, Santoso tewas dalam baku tembak di pegunungan Desa Tambarana.
Kursi pimpinan kemudian dipegang oleh Ali Kalora hingga Sabtu lalu, ketia ia tewas dalam baku tembak.
Di masa kepemimpinan Ali Kalora beragam aksi terorisme dilakukan.