Sabtu, 13 September 2025

Donald Trump Sebut Mantan PM Israel Benjamin Netanyahu Tak Pernah Berniat Damai dengan Palestina

Mantan Presiden AS Donald Trump menyebut Benjamin Netanyahu tidak pernah memiliki keinginan untuk membuat perdamaian dengan Palestina.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
YONATAN SINDEL / POOL / AFP, MANDEL NGAN / AFP
Kolase Foto Donald Trump dan Benjamin Netanyahu. Mantan Presiden AS Donald Trump menyebut Benjamin Netanyahu tidak pernah memiliki keinginan untuk membuat perdamaian dengan Palestina. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden AS Donald Trump menyebut Benjamin Netanyahu tidak pernah memiliki keinginan untuk membuat perdamaian dengan Palestina.

Dilansir The Hill, klaim Donald Trump itu dikeluarkan saat wawancara dengan jurnalis Israel Barak Ravid, yang dipublikasikan Senin (13/12/2021).

"Saya tidak berpikir Bibi ingin damai," ujar Trump menggunakan nickname Netanyahu.

"Seluruh hidup saya adalah kesepakatan."

"Saya seperti satu masalah besar."

"Itu saja yang saya lakukan, jadi saya memahaminya," kata Trump.

"Dan setelah bertemu dengan Bibi selama tiga menit... Saya menghentikan Bibi di tengah kalimat dan berkata, 'Bibi, kamu tidak ingin membuat kesepakatan. Benarkah?'"

"Dan dia menjawab, 'Yah, uh, uh uh' - dan faktanya, menurut saya Bibi tidak pernah ingin membuat kesepakatan."

Baca juga: Donald Trump Caci Maki Netanyahu, Merasa Dikhianati Gara-gara Selamati Joe Biden

Baca juga: Israel Tarik Pengamanan Keluarga Netanyahu, Eks PM Israel Keberatan, Merasa Jadi Sasaran Teror

Presiden AS Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Presiden AS Donald Trump bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Haaretz/Mark Israel Salem)

Menurut Ravid, sejak awal masa kepresidenannya, Trump sudah menyadari bahwa Netanyahu menimbulkan hambatan yang lebih besar untuk membangun perdamaian dengan Palestina.

Hambatan itu bahkan lebih besar daripada Presiden Otoritas Nasional Palestina Mahmoud Abbas.

"Saya pikir dia hebat," kata Trump tentang Abbas.

"Dia hampir seperti seorang ayah. Tidak mungkin lebih baik."

"Saya pikir dia lebih ingin membuat kesepakatan dari Netanyahu."

Meskipun demikian, Trump menyebut Abbas menampilkan nada bicara yang ramah secara pribadi, tetapi mendukung nada yang lebih kritis dan "suka berperang" ketika berbicara di depan umum.

Dalam pemahaman Ravid, Donald Trump tampaknya mencapai kesimpulan yang sama seperti yang dicapai oleh dua pendahulunya - mantan Presiden Clinton dan Obama.

Kedua mantan presiden itu sempat bekerja dengan Netanyahu untuk mencapai solusi dua negara.

Dalam sebuah wawancara tahun 2014, Clinton setuju bahwa Netanyahu mungkin "bukan orang yang akan berdamai dengan Palestina."

Hubungan Netanyahu dan Obama diketahui sedikit tegang karena perbedaan ideologis yang mencolok.

Netanyahu juga sangat menentang pekerjaan Obama dalam membangun perjanjian nuklir dengan Iran.

Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Ravid melakukan wawancara dengan Trump untuk kepentingan buku barunya yang berjudul Trump's Peace: The Abraham Accords and the Reshaping of the Middle East.

Sebelumnya, Ravid merilis cuplikan lain dari wawancaranya dengan Trump.

Trump disebut menuduh Netanyahu tidak setia karena memberi selamat kepada Presiden Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden.

"Ini masih pagi. Oke? Mari kita begini -- dia (Netanyahu) menyapanya sangat awal."

"Lebih awal dari kebanyakan pemimpin dunia. Saya tidak berbicara dengannya sejak itu. Persetan dengannya (F**k him)," kata Trump.

"Bibi bisa saja tetap diam. Dia telah melakukan kesalahan besar," kata Trump.

Trump menjelaskan alasannya sangat sakit hati dengan mantan pemimpin Israel itu sampai putus hubungan.

"Tidak ada orang yang melakukan lebih banyak untuk Netanyahu daripada saya. Tidak ada orang yang melakukan untuk Israel lebih dari saya."

"Dan orang pertama yang berlari untuk menyambut Joe Biden adalah Netanyahu."

"Dan dia tidak hanya memberi selamat padanya – dia melakukannya itu dalam sebuah video," ujar Trump.

Sepanjang kepemimpinannya, Donald Trump melakukan banyak hal untuk Israel khususnya kepada sekutunya Benjamin Netanyahu.

Mulai dari mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel hingga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang direbut dari Suriah selama perang pada tahun 1967.

Diketahui, Netanyahu mengucapkan selamat kepada Joe Biden di akun Twitternya dan via video yang dirilis pada 8 November 2020.

Ucapan itu ia lakukan sehari setelah perhitungan suara menunjukkan Biden menang.

Netanyahu membela tindakannya itu dengan mengatakan bahwa dia menghargai "aliansi kuat antara Israel dan AS."

"Oleh karena itu, penting bagi saya untuk memberi selamat kepada Presiden baru," ujarnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan