Selasa, 9 September 2025

Virus Corona

Penelitian Inggris: Varian Omicron Lebih Ringan dari Covid-19 Strain Delta

Dua penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan bahwa varian Covid-19 Omicron mungkin lebih ringan daripada varian Delta.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Freepik.com
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan varian Covid-19 Omicron mungkin lebih ringan daripada varian Delta.

Kendati demikian, ilmuwan menekankan temuan ini dapat berubah melihat fakta Omicron menyebar jauh lebih cepat dari Delta dan mampu menghindari vaksin.

Studi yang dirilis pada Rabu (22/12/2021) ini merupakan hasil penelitian tim respon Covid-19 Imperial College London.

Analisis yang memperkirakan risiko rawat inap pasien Omicron di Inggris ini menemukan orang yang terinfeksi varian asal Afsel itu sekitar 20 persen lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Efektif Lawan Omicron, AS Izinkan Pil Paxlovid Pfizer untuk Obat Oral Covid-19

Baca juga: Efektifkah Vaksin Booster Covid-19 Menangkal Omicron? Begini Penjelasan Pakar Mikribiologi

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kembali pembatasan Covid-19 karena varian Omicron, pada Rabu (8/12/2021).
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kembali pembatasan Covid-19 karena varian Omicron, pada Rabu (8/12/2021). (AFP)

Berbanding 40 persen kemungkinan pasien varian Delta untuk mencapai keparahan tertentu hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Analisis ini mencakup semua kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Inggris pada paruh pertama Desember.

Diketahui tercatat ada 56.000 kasus Omicron dan 269.000 kasus Delta.

Sebuah studi terpisah dari University of Edinburgh di Skotlandia menyebut risiko rawat inap Omicron dua pertiga lebih sedikit dari Delta.

Tetapi penelitian itu menunjukkan bahwa hampir 24.000 kasus Omicron di Skotlandia, sebagian besar terjadi pada orang dewasa muda berusia 20 hingga 39 tahun.

Orang yang lebih muda jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan kasus Covid-19 yang parah.

"Investigasi nasional ini adalah salah satu yang pertama menunjukkan bahwa Omicron lebih kecil kemungkinannya menyebabkan rawat inap Covid-19 daripada Delta," tulis para peneliti, dikutip dari AP News

Kendati demikian, temuan tersebut belum ditinjau sejawat sebagai standar dalam penelitian ilmiah.

Menurut Matthew Binnicker, direktur virologi klinis di Mayo Clinic di Rochester, penelitian di Skotlandia memiliki persentase orang yang lebih muda hampir dua kali lebih tinggi untuk kelompok Omicron dibandingkan dengan kelompok Delta.

Sehingga hal ini dapat menimbulkan kesimpulan yang bias bahwa kasus Covid-19 yang tidak terlalu parah terjadi pada pasien Omicron.

Namun dia mengatakan data itu menarik dan menilai Omicron mungkin menyebabkan penyakit yang kurang parah.

"Penting untuk ditekankan bahwa jika Omicron memiliki tingkat penularan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Delta, jumlah absolut orang yang memerlukan rawat inap mungkin masih meningkat, meskipun penyakitnya tidak terlalu parah dalam banyak kasus," tambahnya.

Data dari Afrika Selatan, tempat varian Omicron pertama kali terdeteksi, juga menunjukkan bahwa strain Covid-19 terbaru ini mungkin lebih ringan di sana.

Salim Abdool Karim, seorang ahli epidemiologi penyakit menular klinis di Afrika Selatan, mengatakan awal pekan ini bahwa tingkat penerimaan rumah sakit jauh lebih rendah untuk Omicron daripada untuk Delta.

Kasus Varian Omicron di Indonesia

Per-Kamis (23/12/2021), kasus Omicron di Indonesia berjumlah delapan pasien.

Kasus pertama merupakan seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta.

Disusul seorang pria berinisial IKWJ (42) pelaku perjalanan dari AS, M (50) perlaku perjalanan dari Inggris, dua pelaku perjalanan dari London, dua Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Kongo, dan satu PMI dari Malaysia.

Dilaporkan Tribunnews, Kemenkes menyatakan bahwa semua kasus Omicron ini merupakan imported case yakni berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. 

Petugas kesehatan melayani rapid test antigen pada calon penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (21/12/2021). Rapid test antigen tersebut bertujuan untuk mencegah penularan virus covid-19 serta mengantisipasi penyebaran virus varian Omicron seiring meningkatnya jumlah penumpang jelang libur natal dan tahun baru. Tribunnews/Jeprima
Petugas kesehatan melayani rapid test antigen pada calon penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (21/12/2021). (Tribunnews/JEPRIMA)

Baca juga: 8 Kasus Terdeteksi di Wisma Atlet, Kemenkes Sebut Omicron Belum Menyebar di Masyarakat

Baca juga: Bill Gates Khawatir Cepatnya Penyebaran Omicron, Sebut AS Bisa Masuki Bagian Terburuk dari Pandemi

Temuan ini, kata Jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi, menunjukkan bahwa kasus Omicron terjadi di lokasi karantina dan belum menyebar ke masyarakat.

"Jadi bisa kita kita tangkal di karantina dan sampai saat ini belum ada yang menyebar keluar," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/12/2021).

Kendati demikian, masyarakat tetap diimbau untuk tidak bepergian ke luar negeri jika tidak ada keperluan mendesak.

Sebab varian Omicron jauh lebih cepat penyebarannya dibanding varian Covid-19 sebelumnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan