Kripto: Kisah para peretas memburu miliaran bitcoin yang hilang
Bitcoin senilai triliunan rupiah diperkirakan telah hilang tapi para peretas membantu pemiliknya menemukannya kembali.
Dompet Rhonda yang terdiri dari tiga setengah Bitcoin pada saat itu bernilai US$175.000 (sekitar Rp2,5 miliar).
"Saya memberi Chris dan Charlie 20% dari angka itu. Lalu hal pertama yang saya lakukan adalah mengeluarkan koin saya senilai US$10.000 (Rp143 juta) untuk membantu putri saya, Megan, melunasi biaya kuliah," tuturnya.
Rhonda berkata, dia menyimpan sisa bitcoinnya yang terkunci di dompet berupa perangkat keras komputer, yaitu perangkat keamanan seperti USB yang menyimpan detail informasinya secara offline.
Data untuk masuk ke akun dompet perangkat keras barunya kemudian terukir kuat dalam ingatannya.
Rhonda berharap nilai koin bitcoin, yang saat ini bernilai masing-masing US$43.000 (Rp617 juta) akan terus melambung. Dia menggambarkannya sebagai dana pensiun ketika ingin berhenti dari pekerjaannya sebagai penjual saham dan mata uang kripto harian.
Triliunan rupiah yang hilang
Ada banyak orang seperti Rhonda di luar sana yang membutuhkan bantuan.
Sebuah perkiraan dari peneliti kripto Chainanalysis menunjukkan, dari 18,9 juta bitcoin yang beredar, sebanyak 3,7 juta telah hilang dari tangan pemiliknya.
Dalam dunia mata uang kripto yang terdesentralisasi, tidak ada yang bertanggung jawab. Jadi jika Anda lupa informasi kunci untuk masuk ke dompet digital, tidak banyak orang yang bisa membantu.
Chris dan Charlie memperkirakan, jasa seperti yang mereka berikan, yang menggunakan komputer untuk mencoba ratusan ribu kemungkinan kombinasi identitas dan kata sandi, dapat memulihkan 2,5% dari bitcoin yang hilang. Persentase itu setara US$3,9 miliar (Rp56 triliun).
Baca juga:
Chris memulai bisnisnya, Crypto Asset Recovery, pada tahun 2017. Dia sempat berhenti dan fokus pada proyek lain.
Percakapan dengan putranya, Charlie, sekitar setahun yang lalu, yang menyebabkan Chris kembali ke bisnis pemulihan aset kripto.
"Saya sedang istirahat dari kuliah dan saya melakukan beberapa perjalanan tapi hanya bekerja di rumah untuk ide bisnis dengan ayah saya," kata Charlie, yang sekarang berumur 20.
"Kami datang dengan ide untuk memulai kembali bisnis ini selama beberapa minggu ke depan. Kami membawa server di rumah dan menjalankan semuanya kembali."