Konflik Rusia Vs Ukraina
5 Pesawat Rusia dan 1 Helikopter Ditembak Jatuh, Pasukan Ukraina: Musuh Menderita Kerugian
Militer Ukraina terus berjibaku dalam perang melawan Rusia, klaim mereka telah menembak pesawat Rusia dan helokopter.
Penulis:
garudea prabawati
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan menyebutkan setidaknya lima pesawat Rusia dan satu helikopter ditembak jatuh.
Hal tersebut dilaporkan oleh Komando Pasukan Gabungan Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
"Pada 24 Februari 2022, 5 pesawat dan sebuah helikopter agresor ditembak jatuh di dekat area Pasukan Gabungan," kata komando tersebut di Facebook, dikutip Tribunnews.com dari Anadolu Agency.
Dalam pernyataan tertulis tersebut, disebutkan Pasukan Gabungan memberikan penolakan yang layak kepada angkatan bersenjata Federasi Rusia.
Hal itu juga memperlihatkan unit militer Ukraina mempertahankan posisi mereka.
Komando tersebut juga mengatakan, "musuh menderita kerugian."

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Memanas, Pakar Hukum Internasional: Ada Kelompok Separatis
"Tetap tenang dan percaya pada bek Ukraina. Ayo menang bersama!."
Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan darurat militer di seluruh negeri ketika pasukan Rusia memasuki perbatasan dan menyasar di sekitar ibu kota Kyiv.
"Ledakan terdengar di banyak kota di Ukraina. Kami mengumumkan darurat militer di seluruh negeri," kata Zelenskyy.
Rusia menargetkan area utama di kota-kota dengan senjata dan rudal, menurut laporan.
Pada Kamis pagi, ledakan dilaporkan terjadi di beberapa provinsi Ukraina, termasuk Kyiv, dan beberapa tank dilaporkan melintasi perbatasan dengan Belarus ke Ukraina.
14 Pemimpin Dunia Kritik Putin atas Serangan Rusia ke Ukraina, Jepang hingga Spanyol Mengutuk Keras
Serangan Rusia terhadap Ukraina dikutuk oleh banyak pemimpin dunia.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan perang dengan Ukraina, pada Rabu (23/2/2022).
Setelah deklarasi tersebut Ukraina pun diserang banyak ledakan di beberapa wilayah.
Menteri Luar Negeri Ukraina mengunggah tweet, mengatakan Putin meluncurkan invansi skala penuh ke Ukraina.
"Ini adalah perang agresi. Ukraina akan mempertahankan diri dan akan menang. Dunia dapat dan harus menghentikan Putin," tulis cuitannya di akun pribadinya @DmytroKuleba.

Sementara itu, dilansir oleh Kompas.com, suara ledakan terdengar di Kiev, ibu kota Ukraina, pada Kamis (24/2/2022), setelah Putin mengumumkan operasi militer.
Ledakan juga terdengar di beberapa kota di dekat garis depan dan sepanjang pantai Ukraina.
Ledakan juga terdengar di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, yang terletak 35 kilometer selatan perbatasan Rusia.
Lebih dekat ke zona perang timur, empat ledakan keras terdengar di Kramatorsk, yang berfungsi sebagai ibu kota efektif Pemerintah Ukraina untuk zona perang timur.
Lebih banyak ledakan juga terdengar di Mariupol, pelabuhan di Laut Azov yang memiliki jembatan darat antara Rusia dan semenanjung Crimea yang dicaplok Rusia.
Sirene serangan udara pun berdering di pusat kota Kiev.
Baca juga: Cara Pemain Ukraina Membela Negaranya, Momen Roman Yaremchuk Perihatkan Lambang Trisula Ukraina
Baca juga: Indonesia Disarankan Bawa Permasalahan Rusia-Ukraina Ke Majelis Umum PBB, Jangan ke DK PBB
Dikutuk Para Pemimpin Dunia
Para pemimpin dunia pun menanggapi dengan kemarahan serangan militer Rusia di kota-kota Ukraina.
Mereka berjanji untuk meminta pertanggungjawaban Kremlin atas invasi tersebut dengan rentetan sanksi yang diharapkan akan melumpuhkan.
Lantas, berikut kritikan para pemimpin dunia untuk Rusia:
1. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden

Tak lama setelah adanya laporan terkait serangan serta ledakan di dekat Kyiv, Presiden AS, Joe Biden, mengatakan Vladimir Putin, sudah merencanakan perang tersebut.
Dan hal tersebut dianggap Biden akan membawa korban jiwa dan penderitaan rakyat.
“Doa dunia menyertai orang-orang Ukraina malam ini karena mereka menderita akibat serangan yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan oleh pasukan militer Rusia,” katanya, dikutip dari The Guardian.
Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia, lanjut Biden.
“Rusia sendiri bertanggung jawab atas kematian dan kehancuran yang akan ditimbulkan oleh serangan ini, dan Amerika Serikat serta sekutu dan mitranya akan merespons dengan cara yang bersatu dan tegas,” kata Biden.
Biden mengatakan dia telah berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
Hal tersebut dilakukan lewat sambungan telepon, tak lama setelah serangan dimulai.
Biden mengatakan pada Presiden Ukraina dia dan mitra sekutunya akan menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia.
“Kami akan terus memberikan dukungan dan bantuan kepada Ukraina dan rakyat Ukraina.”
2. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan di Twitter bahwa dia terkejut dengan peristiwa mengerikan di Ukraina.
Serupa dengan Biden, Boris Johnson pun telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
“Presiden Putin telah memilih jalan pertumpahan darah dan kehancuran dengan meluncurkan serangan tak beralasan ini ke Ukraina. Inggris dan sekutu kami akan merespons dengan tegas,” katanya.
"Saya terkejut dengan peristiwa mengerikan di Ukraina dan saya telah berbicara dengan Presiden Zelenskyy untuk membahas langkah selanjutnya."
"Presiden Putin telah memilih jalan pertumpahan darah dan kehancuran dengan meluncurkan serangan tak beralasan ini ke Ukraina," ujarnya.
3. Presiden Prancis, Emmanuel Macron

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang telah melakukan upaya terakhir untuk menengahi perdamaian melalui pertemuan puncak antara Putin dan Biden, men-tweet:
“Prancis sangat mengutuk keputusan Rusia untuk berperang di Ukraina. Rusia harus segera mengakhiri operasi militernya."
“Prancis berdiri dalam solidaritas dengan Ukraina. Ia berdiri bersama Ukraina dan bekerja dengan mitra dan sekutunya untuk mengakhiri perang.”
4. Kanselir Jerman Olaf Scholz

Dalam sebuah pernyataan, kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan:
“Jerman mengutuk sekeras mungkin tindakan tidak bermoral oleh Presiden Putin ini. Solidaritas kami untuk Ukraina dan rakyatnya.”
5. Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, ikut serta menanggapi soal penyerangan Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Putin Ancam Pihak yang Halangi Invasi Militer di Ukraina, Rusia Desak Militer Ukraina Mundur
Dirinya mengatakan serangan tersebut memalukan.
"Dunia tidak akan melupakan hari yang memalukan ini," kata Annalena Baerbock.
6. Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan pemerintahnya mengutuk keras agresi sepihak Rusia.
Seperti diketahui, apa yang dilakukan Putin akan dibahas dalam pertemuan virtual G7.
Tujuh ekonomi terbesar dunia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS, dijadwalkan pada Kamis nanti.
7. Ursula von der Leyen dan Charles Michel, Presiden Komisi Eropa dan Dewan Eropa

Ursula von der Leyen dan Charles Michel, Presiden Komisi Eropa dan Dewan Eropa, mengeluarkan pernyataan bersama di mana mereka menjanjikan bantuan keuangan dan kemanusiaan untuk Kyiv.
Ia bersumpah untuk memberikan konsekuensi besar dan berat pada Rusia atas tindakannya.
Von der Leyen mengatakan Putin bertanggung jawab lantaran dianggap telah membawa perang kembali ke Eropa.
Dirinya juga menggambarkan perilaku pemimpin Rusia itu sebagai biadab, Von der Leyen pun telah menguraikan skala dan ruang lingkup tindakan hukuman yang direncanakan.
“Kami akan meminta pertanggungjawaban Presiden Putin untuk itu. Dengan paket ini, kami akan menargetkan sektor strategis ekonomi Rusia dengan memblokir akses mereka ke teknologi dan pasar utama."
“Kami akan melemahkan basis ekonomi Rusia dan kapasitasnya untuk memodernisasi. Selain itu, kami akan membekukan aset Rusia di UE dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa.”
8. Menteri Luar Negeri untuk Estonia, Latvia, dan Lithuania
Para menteri luar negeri untuk Estonia, Latvia, dan Lithuania mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama.
Mereka mengatakan bahwa langkah-langkah yang disepakati harus mencakup melepaskan Rusia dari Swift.
“Kami perlu segera menyediakan senjata, amunisi, dan segala jenis dukungan militer lainnya kepada orang-orang Ukraina untuk mempertahankan diri.”
9. Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo

Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, mengatakan negaranya mengutuk keras serangan Rusia di Ukraina.
Dirinya menggambarkan momen invasi tersebut sebagai 'jam tergelap Eropa sejak perang dunia kedua'.
“Agresi Rusia ini tidak perlu dan tidak beralasan. Hati dan pikiran kami bersama orang-orang Ukraina.”
10. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan tindakan Rusia merupakan pelanggaran berat hukum internasional dan menjadi ancaman serius bagi keamanan Euro-Atlantik.
"Saya mengutuk keras serangan sembrono Rusia di Ukraina, yang membahayakan nyawa warga sipil yang tak terhitung jumlahnya," kata Stoltenberg.
11. Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez

Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, juga turut serta menanggapi tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Lewat cuitan di Twitter pribadinya dirinya mengutuk tindakan Putin tersebut.
“Pemerintah Spanyol mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina dan mengungkapkan solidaritasnya dengan pemerintah Ukraina dan rakyatnya."
"Saya tetap berhubungan dekat dengan mitra dan sekutu kami di Uni Eropa dan NATO untuk mengoordinasikan tanggapan kami.”
12. Perdana Menteri Portugal, António Costa

Perdana Menteri Portugal, António Costa, mengatakan dia dengan keras mengutuk serangan Rusia di Ukraina.
Dirinya pun memberikan dukungan pada rakyat Ukraina.
"Pikiran saya bersama rakyat Ukraina dalam menghadapi serangan yang tidak dapat dibenarkan dan disesalkan ini.”
13. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, sebelumnya telah mendesak Putin untuk menghentikan pasukannya dan tidak melakukan penyerangan.
“Dalam situasi saat ini, saya harus mengubah seruan saya: Presiden Putin, atas nama kemanusiaan, bawa pasukan Anda kembali ke Rusia,” katanya.
“Konflik ini harus dihentikan sekarang.”
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Aditya Jaya Iswara)