Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Tuduh Militer Ukraina Gunakan Warga Sipil Sebagai Tameng
Militer Rusia juga mengeklaim angkatan udaranya mendominasi langit Ukraina saat invasi Rusia memasuki hari kelima.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Tentara Rusia memperingatkan warga sipil Ukraina untuk meninggalkan ibu kota Kiev sebelum mereka menyerang wilayah tersebut.
Militer Rusia juga mengeklaim angkatan udaranya mendominasi langit Ukraina saat invasi Rusia memasuki hari kelima.
"Semua warga sipil di kota dapat dengan bebas meninggalkan ibu kota Ukraina di sepanjang jalan raya Kiev-Vasylkiv. Jalur ini terbuka dan aman," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov dalam pidato yang disiarkan televisi.
Kantor berita AFP melaporkan, Vasylkiv terletak di barat daya Kiev.
Baca juga: Rudal Rusia Menghantam Taman Kanak-kanak Ukraina, Satu Orang Anak Meninggal
Konashenkov mengisyaratkan bahwa Rusia sedang bersiap menargetkan wilayah sipil Kiev, dan menuduh pasukan Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Dia mengutip imbauan Ukraina kepada warga Kiev untuk tetap di rumah dan mematuhi jam malam sebagai bukti klaimnya, bahwa warga sipil dimanfaatkan guna melindungi nasionalis yang menempatkan detasemen artileri dan peralatan militer di daerah pemukiman.
Konashenkov menambahkan bahwa Kiev dikuasai oleh gerombolan penjarah, perampok, dan nasionalis yang mendapat senjata dari otoritas setempat.
Seraya menyatakan kemajuan militer Moskwa, Konashenkov mengeklaim bahwa Rusia unggul atas seluruh wilayah Ukraina.
Sementara itu di tenggara Ukraina, pasukan Rusia menguasai kota pelabuhan Berdyansk dan kota Energodar, yang memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir besar, kata Konashenkov.
Pasukan Rusia juga mengawal pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, yang terus beroperasi dan tingkat radiasinya normal, kata juru bicara militer.
Rusia Kirim Tentara Bayaran
Sementara itu, Kelompok tentara bayaran dilaporkan turut diterjunkan Rusia untuk menginvasi Ukraina.
Menurut laporan The Times, Senin (28/2/2022), Rusia mengirimkan lebih dari 400 tentara bayaran dengan misi membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Kelompok tentara bayaran itu adalah Wagner Group, berpengelaman tempur di berbagai medan konflik seperti Suriah, Libya, Mali, dan Republik Afrika Tengah.
Wagner Group sendiri diyakini dimiliki oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pebisnis Rusia yang dekat dengan Presiden Vladimir Putin.
Sebelumnya, The New York Times telah melaporkan kelompok tentara bayaran Wagner telah tiba di wilayah separatis Donetsk dan Luhansk. Mereka tiba dengan pakaian sipil.
Menurut laporan The New York Times, tentara bayaran ini tiba dari Libya dan Suriah. Kemudian mereka mendarat di Krimea sebelum memasuki kawasan Donbass.
The Times menyebut kelompok Wagner ditugaskan Kremlin untuk membunuh Zelensky. Mereka dijanjikan hadiah berjumlah besar untuk misi ini.
Informasi tentang misi pembunuhan itu dilaporkan diterima pemerintah Ukraina pada Sabtu (26/2) pagi waktu setempat. Setelah itu, pemerintah memberlakukan jam malam selama 36 jam di Kiev untuk “membersihkan unit penyabot Rusia”.
Isu sabotase pasukan Rusia telah beredar sejak awal invasi. Rusia diklaim menerjunkan pasukan yang menyamar dengan baju sipil atau tentara Ukraina untuk masuk ke kota.
Rusia sendiri diketahui juga menggunakan tentara bayaran ketika menganeksasi Krimea pada 2014 lalu.
Menurut laporan The New York Times, tujuan penerjunan tentara bayaran ke medan di Ukraina saat ini masih menjadi topik perdebatan.
Seorang pejabat Eropa yang berbicara ke media itu menyebut tentara bayaran digunakan untuk sabotase dan menggelar operasi bendera palsu agar terlihat seolah-olah militer Ukraina menyerang target sipil.
Akan tetapi, seorang pejabat lain menyebut kehadiran tentara bayaran ditujukan untuk melengkapi pasukan separatis. Tentara bayaran digunakan agar pasukan terlihat seperti “pejuang lokal”.
Pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina berlanjut hingga Senin (28/2). Hari ini, pasukan Rusia dilaporkan semakin mendesak ke Kiev.
Sumber: AFP/The Times/Kompas.com