Kamis, 11 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Siap Akhiri Krisis Ukraina tapi Sindir Eksperimen Patogen AS di Sana

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah menyatakan bahwa tidak ada alternatif untuk pembicaraan antara Rusia dan Ukraina yang diadakan di Belaru

The Moscow Times
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Rusia dan Ukraina telah mengadakan tiga putaran pembicaraan di Belarus, sejak dimulainya operasi militer khusus oleh angkatan bersenjata Rusia untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Sejauh ini, satu-satunya kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah pihak adalah 'membuka koridor kemanusiaan'.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah menyatakan bahwa tidak ada alternatif untuk pembicaraan antara Rusia dan Ukraina yang diadakan di Belarus.

Pernyataan ini disampaikan setelah melakukan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba di Turki.

Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-16, Ini Peristiwa yang Terjadi

"Pembicaraan hari ini menegaskan bahwa jalur Belarus untuk negosiasi tidak memiliki alternatif," kata Lavrov.

Ia mencatat bahwa masalah negosiasi gencatan senjata tidak ada dalam agenda pembicaraannya dengan Kuleba.

Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (11/3/2022), Lavrov menyatakan bahwa Rusia mendukung setiap kontak yang bertujuan untuk mengakhiri krisis saat ini di Ukraina.

Namun ia menggarisbawahi kontak ini harus memiliki 'nilai tambah' bagi Rusia untuk bisa menyetujui usulan mereka.

"Kami bertindak berdasarkan premis bahwa kontak ini tidak akan digunakan untuk menggantikan atau mendevaluasi jalur negosiasi utama di wilayah Belarus, sesuatu yang Ukraina lakukan secara rutin", tegas Lavrov.

Ia mencatat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak pernah mengatakan 'tidak' untuk melakukan kontak, selama pertemuan ini tidak diadakan 'demi kepentingan sendiri'.

Perlu diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebelumnya menawarkan Putin untuk bertemu secara pribadi untuk membahas mengenai operasi militer khusus Rusia di Ukraina, yang ia dan sekutu Baratnya sebut sebagai 'invasi'.

Kremlin pun belum mengkonfirmasi bahwa pembicaraan semacam itu sedang diselenggarakan, namun masalah tersebut diangkat selama pembicaraan Lavrov dengan Kuleba di Turki pada Kamis kemarin.

Lebih lanjut Lavrov menyatakan Rusia ingin Ukraina tetap netral dan siap membahas jaminan keamanan terkait hal itu, untuk Ukraina, negara-negara Eropa, dan tentu saja Rusia.

Ia kemudian menyampaikan bahwa Rusia ingin melihat Ukraina sebagai negara sahabat yang tidak mengeluarkan larangan bagi warganya untuk memakai bahasa dan budaya Rusia.

Sebelumnya pada 24 Februari lalu, Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk melancarkan operasi militer khusus di Ukraina dengan tujuan untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi negara itu.

Ia pun menekankan bahwa negaranya tidak memiliki pilihan lain di tengah kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, melanjutkan serangan terhadap Donbass, dan ancaman untuk menarik diri dari Memorandum Budapest, yang menjamin status Ukraina sebagai negara non-nuklir.

Rusia Marah dengan Aktivitas Amerika Serikat (AS) di Biolab yang ada di Ukraina

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia 'marah' dengan eksperimen yang dilakukan Pentagon di laboratorium bio di Ukraina.

Ia mengatakan bahwa uang AS digunakan untuk bereksperimen pada patogen berbahaya yang berpotensi digunakan dalam senjata biologis.

"Tentu saja, Amerika melakukan aktivitas mereka dalam kerahasiaan yang sangat dalam. Sama seperti saat mereka bekerja di negara-negara lain di bentangan pasca-Soviet, menciptakan laboratorium biologi militer mereka tepat di sepanjang perbatasan Federasi Rusia serta China," kata Lavrov.

Pejabat top Rusia itu mengakui bahwa negaranya saat ini tidak memiliki informasi apapun mengenai penggunaan senjata biologis oleh Ukraina, namun menegaskan percobaan yang dilakukan di biolab yang didanai AS itu 'tidak jinak' dan ditujukan untuk pembuatan senjata biologis terlarang, termasuk yang 'berorientasi etnis'.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia sebelumnya menerbitkan salinan dokumen yang disita oleh militer negara itu, yang menunjukkan personel di beberapa laboratorium Ukraina diperintahkan untuk menghancurkan sampel patogen berbahaya di tengah kekhawatiran bahwa biolab ini akan disita oleh pasukan Rusia.

Kementerian itu menuding bahwa laboratorium ini didanai oleh AS dan mereka melakukan eksperimen pada patogen seperti demam babi Afrika, antraks, dan virus corona kelelawar yang dianggap sebagai nenek moyang Covid-19.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan