Sabtu, 13 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jurnalis TV yang Bawa Poster Tolak Perang Rusia Dinyatakan Bersalah dan Dijatuhi Hukuman Denda

Seorang jurnalis televisi Rusia yang memprotes invasi ke Ukraina selama siaran berita langsung, dinyatakan bersalah pada Selasa (15/3/2022).

Editor: Miftah
Planet Labs via CNN
Tiga helikopter Rusia di Bandara Internasional Kherson diledakkan militer Ukraina, Selasa (15/3/2022). Dalam citra satelit yang dirilis Planet Labs, kepulan asap terlihat membumbung. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang jurnalis televisi Rusia yang memprotes invasi ke Ukraina selama siaran berita langsung, dinyatakan bersalah pada Selasa (15/3/2022).

Pengadilan distrik di Moskow mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Marina Ovsyannikova, seorang editor di Channel One, dinyatakan bersalah atas pelanggaran administratif.

Marina Ovsyannikova didenda 30.000 rubel atau setara dengan 280 dolar Amerika.

Dia terlihat difoto saat berada di pengadilan dengan salah satu pengacaranya, Anton Gashinsky.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bakal Memicu Kenaikan Harga Mie Instan Hingga Roti di Indonesia

Baca juga: Rudal Rusia Hantam Stasiun Kereta Api dan Kebun Raya di Zaporizhia Ukraina

Sebuah foto yang menunjukkan Marina Ovsyannikova dan salah satu pengacaranya, Anton Gashinsky, diterbitkan di Telegram, Selasa (15/3/2022).
Sebuah foto yang menunjukkan Marina Ovsyannikova dan salah satu pengacaranya, Anton Gashinsky, diterbitkan di Telegram, Selasa (15/3/2022). (Telegram/CNN)

Seorang pengacara yang sebelumnya mewakili Marina Ovsyannikova, Dmitry Zakhvatov mengatakan kepada CNN bahwa tuduhan administratif hanya didasarkan pada pernyataan video yang dia rekam, sebelum muncul dengan poster anti-perang di Channel One.

Moskow Sebut Tindakan Marina Ovsyannikova sebagai Hooliganisme

Mengambil sikap berani terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemerintahannya, Ovsyannikova pada Senin (14/3/2022) memprotes dan berdiri di belakang pembawa berita dengan tanda yang mengatakan: "NO WAR."

Kremlin pada Selasa (15/3/2022) menggambarkan tindakan Ovsyannikova sebagai "hooliganisme," pelanggaran pidana di Rusia.

Kantor berita negara Rusia Tass melaporkan bahwa pejabat penegak hukum telah memulai penyelidikan awal terhadap "penyebaran publik atas informasi palsu yang disengaja tentang penggunaan Angkatan Bersenjata Rusia."

Baca juga: Perdana Menteri dari 3 Negara di Eropa Ini Kunjungi Zelensky, Berikan Dukungan untuk Ukraina

Baca juga: Andalkan Pasokan Gas dari Rusia, Industri Jerman Paling Dirugikan Jika Konflik Ukraina Memanas

Seorang pengunjuk rasa anti-perang menginterupsi salah satu siaran berita TV pemerintah Rusia sambil memegang poster, Senin malam (14/3/2022), sekitar pukul 21:31 waktu Moskow.
Seorang pengunjuk rasa anti-perang menginterupsi salah satu siaran berita TV pemerintah Rusia sambil memegang poster, Senin malam (14/3/2022), sekitar pukul 21:31 waktu Moskow. (Twitter)

Protes berani telah diputar sepanjang hari di televisi internasional dan telah menarik perhatian para pemimpin politik.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menawarkan perlindungan bagi Ovsyannikova.

"Prancis mengutuk keras setiap pemenjaraan jurnalis serta manipulasi apa pun dan jelas kami akan meluncurkan langkah-langkah diplomatik yang bertujuan menawarkan perlindungan baik di kedutaan atau perlindungan suaka kepada rekan Anda," kata Macron kepada wartawan di pusat pengungsi Ukraina di Prancis.

Macron juga mengatakan dia akan mengangkat masalah ini secara langsung dengan Putin selama panggilan mereka berikutnya.

Baca juga: Ukraina: Korban Tewas Tentara Rusia Mencapai 13.800 Orang

(FILES) Dalam file foto yang diambil pada 14 Mei 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba untuk meletakkan karangan bunga di makam Prajurit yang tidak dikenal di monumen Arc of Triomphe setelah upacara pelantikan resminya di Paris. Macron mengatakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan Prancis pada April, pada 03 Maret 2022.
(FILES) Dalam file foto yang diambil pada 14 Mei 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba untuk meletakkan karangan bunga di makam Prajurit yang tidak dikenal di monumen Arc of Triomphe setelah upacara pelantikan resminya di Paris. Macron mengatakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan Prancis pada April, pada 03 Maret 2022. (ALAIN JOCARD / AFP)

Menyensor pers

Putin awal bulan ini menandatangani undang- undang sensor yang mengkriminalisasi informasi "palsu" tentang invasi ke Ukraina, dengan hukuman hingga 15 tahun penjara bagi siapa pun yang terbukti bersalah, menurut Komite Perlindungan Jurnalis.

Rusia telah menindak outlet media lokal atas perang di Ukraina dan banyak yang telah membatasi liputan mereka sebagai hasilnya.

Jaringan internasional seperti CNN, ABC News, CBS News, dan lainnya telah menghentikan siaran dari Rusia.

Outlet berita independen Rusia TV Rain, juga dikenal sebagai Dozhd, ditutup permanen.

Editor dan stafnya, bersama dengan jurnalis independen lainnya, telah meninggalkan negara itu.

Baca juga: Donald Trump Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Gagal hingga Presiden Vladimir Putin Bakal Makin Kejam

Baca juga: Tiga Bayi Ditinggalkan di Rumah Sakit Ukraina Saat Perang dengan Rusia Berkecamuk

Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan istrinya Lyudmila Shkrebneva
Presiden Rusia Vladimir Putin dan mantan istrinya Lyudmila Shkrebneva (instagram)

Sejak itu mereka dilaporkan telah bergabung dengan presenter untuk saluran NTV pro-Kremlin.

Kantor berita negara RIA Novosti melaporkan Selasa bahwa Lilia Gildeeva "tidak lagi bekerja" untuk NTV.

Telegram untuk blogger populer Rusia Ilya Varlamov melaporkan Gildeeva mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dia telah mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.

"Awalnya saya meninggalkan Rusia, saya takut mereka tidak akan membiarkan saya pergi begitu saja, lalu saya mengajukan pengunduran diri saya," kata Varlamov mengutip ucapannya.

NTV menolak berkomentar.

CNN telah berusaha menghubungi Gildeeva untuk memberikan komentar.

Alasan pengunduran dirinya belum diungkapkan.

Baca juga: 3 PM Negara Uni Eropa Kunjungi Zelensky sebagai Bentuk Dukungan untuk Ukraina

Sikap Ovsyannikova

Dalam videonya, Ovsyannikova menyalahkan Putin atas perang tersebut.

"Sayangnya, selama beberapa tahun, saya bekerja di Channel One dan mengerjakan propaganda Kremlin, saya sangat malu dengan ini sekarang."

"Malu karena dibiarkan berbohong dari layar televisi. Malu bahwa saya membiarkan zombifikasi orang-orang Rusia."

"Kami diam pada tahun 2014 ketika ini baru saja dimulai. Kami tidak keluar untuk memprotes ketika Kremlin meracuni (pemimpin oposisi Alexei) Navalny," katanya, dikutip The Guardian.

Baca juga: Sosok Ivan Fedorov, Wali Kota Melitopol Ukraina yang Diculik Rusia, Dituduh Terlibat Terorisme

Baca juga: Negosiasi Keempat Rusia dan Ukraina untuk Akhiri Perang Dimulai, Ini 4 Hal yang Dibahas

"Kami hanya diam-diam menonton rezim anti-manusia ini. Sekarang seluruh dunia telah berpaling dari kita dan 10 generasi berikutnya tidak akan bisa membersihkan diri dari rasa malu atas perang saudara ini."

Mengenakan kalung berwarna biru dan kuning dari bendera Ukraina, Ovsyannikova mengatakan dalam pernyataan videonya bahwa ayahnya adalah orang Ukraina dan ibunya adalah orang Rusia.

"Apa yang terjadi di Ukraina adalah kejahatan dan Rusia adalah agresornya," katanya.

"Tanggung jawab agresi ini hanya ada di pundak satu orang: Vladimir Putin".

Baca juga: 90 Anak di Ukraina Tewas, 100 Luka-luka, dan 59 Sekolah Hancur Diserang Rusia sejak Awal Perang

Baca juga: Pemerintah Ukraina Luncurkan NFT untuk Kenang Invasi Rusia

Massa aksi yang tergabung dalam solidaritas untuk rakyat Ukraina menggelar aksi unjuk rasa didepan Gedung Kedutaan Besar Rusia, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/3/2022). Pada aksi tersebut mereka mengecam invasi Rusia di Ukraina yang telah memakan banyak korban. TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Massa aksi yang tergabung dalam solidaritas untuk rakyat Ukraina menggelar aksi unjuk rasa didepan Gedung Kedutaan Besar Rusia, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/3/2022). Pada aksi tersebut mereka mengecam invasi Rusia di Ukraina yang telah memakan banyak korban. TRIBUNNEWS/JEPRIMA (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

Dia mendesak sesama Rusia untuk bergabung dengan protes anti-perang untuk mengakhiri konflik.

"Hanya kita yang memiliki kekuatan untuk menghentikan semua kegilaan ini. Pergi ke protes. Jangan takut pada apapun. Mereka tidak bisa memenjarakan kita semua."

Dalam beberapa jam setelah protes Ovsyannikova, lebih dari 40.000 orang sejauh ini meninggalkan komentar di halaman Facebook Ovsyannikova, dengan banyak yang memuji karena dia mengambil sikap.

"Kamu adalah pahlawan. Terima kasih banyak," tulis salah satu komentar.

Video insiden itu dengan cepat ditonton ribuan orang.

"Wow, gadis itu keren," cuit Kira Yarmysh, juru bicara pemimpin oposisi yang dipenjara, Alexei Navalny.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan