Gempa di Jepang
Jepang Diguncang Gempa 7,3 Magnitudo, Kemenlu Sebut Belum Ada Laporan WNI yang Terluka Akibat Gempa
Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha angkat bicara soal kondisi WNI di Jepang setelah adanya gempa 7,3 magnitudo yang mengguncang Jepang.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha angkat bicara soal kondisi WNI di Jepang setelah adanya gempa 7,3 magnitudo yang mengguncang wilayah Fukushima, Rabu (16/3/2022) malam.
Judha mengatakan KBRI telah melakukan komunikasi dengan simpul-simpul masyarakat di wilayah terdampak gempa.
Hingga kini masih belum ada laporan terkait WNI yang terluka atau terdampak gempa.
Dampak gempa yang dirasakan di antaranya pemadaman listik pascagempa.

Baca juga: Hanya Berselang 5 Hari Setelah Peringatan Gempa Besar 2011, Warga Jepang Kembali Mengungsi
"KBRI telah melakukan komunikasi dengan simpul-simpul masyarakat di wilayah terdampak dan belum terdapat adanya WNI yang terluka atau terdampak gempa."
"Hanya beberapa yang terdampak pemadaman listrik," kata Judha dilansir Kompas.com, Kamis (17/3/2022).
Berdasarkan data KBRI, Judha menyebut total WNI yang tinggal di Jepang ada sekitar 67.000 WNI.
Namun yang tercatat tinggal di sekitar episentrum gempa ada sebanyak 984 WNI di Miyagi, serta 540 WNI di Fukushima.

Baca juga: PLTN di Fukushima Jepang Masih Aman Pasca Diguncang Gempa 7,3 Skala Richter
Diketahui sebelumnya, gempa dengan magnitudo 7,3 telah mengguncang pantai timur laut Jepang di lepas Pantai Fukushima pada Rabu (16/3/2022) malam, waktu setempat.
Akibat gempa tersebut, satu orang dilaporkan meninggal dunia serta 69 orang terluka.
Tak hanya menyebabkan korban jiwa, gempa di Fukushima juga menyebabkan kebakaran di beberapa tempat.
Baca juga: Berita Foto : Gempa Bumi 7,3 M Guncang Jepang
Pemagang dan Pelajar Indonesia di Jepang Ikut Diungsikan di Kesennuma Miyagi
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Para pelajar termasuk pemagang dari Indonesia yang ada di Kesennuma Prefektur Miyagi (utara) ikut diungsikan ke tempat aman pasca gempa 7,3 magnitudo yang terjadi Rabu (16/3/2022) malam.
Intensitas seismik (sindo) 6+ atau Magnitudo 7,3 jam 23.36 waktu Jepang tadi malam membuat banyak orang harus mengungsi sementara.
Mereka diungsikan sementara ke lobi "Sun Marine Hotel Kanyo" di Kota Kesennuma, para pelajar dalam perjalanan sekolah dan praktik kerja Indonesia yang bekerja di kota tersebut ikut dievakuasi.
"Tadi malam lobi penuh sementara duduk di lantai setelah gempa besar terjadi," ungkap Sato, petugas hotel kepada Tribunnews.com, Kamis (17/3/2022) pagi.

Baca juga: 20 Menit Setelah Gempa, PM Jepang Langsung Aktifkan Tim Penanggulangan Bencana
Namun saat ini semua sudah kembali pulih.
"Semua orang sudah kembali ke tempat mereka masing-masing, lobi hotel kami seperti biasa kembali. Mereka semua aman tak kurang apapun," tambahnya.
Di hotel tersebut ada sebanyak 105 siswa kelas dua SMP Kinoshita di Kota Oirase, Prefektur Aomori yang menginap.
Setelah pukul 23.30 waktu Jepang saat lampu padam, para siswa beristirahat di kamar masing-masing.
Salah satunya diguncang gempa besar sebanyak tiga kali, mereka panik di sekitar ruangan dan menangis lalu berpindah ke daerah lobi hotel.
Baca juga: Gempa Magnitudo 7,3 Guncang Jepang, Berpusat di Lepas Pantai Prefektur Fukushima
"Ini pertama kalinya saya mengalami guncangan besar. Saya benar-benar takut. Saya harap tidak ada kerusakan," ungkap salah satu pelajar.
"Saya menghadiri perjalanan sekolah 6 atau 7 kali, tetapi saya terkejut dengan guncangan yang begitu besar. Siswa menjawab dengan tenang. Saya akan mengembalikan mereka kembali ke kamar masing-masing karena tampaknya sudah aman," kata Hirotaka Furuya (55), kepala kelas
Sekitar 30 pemagang Indonesia yang tinggal di apartemen dekat hotel dievakuasi ke lobi satu per satu.
"Saya sedang menulis dokumen untuk persiapan pekerjaan besok. Saya gemetar sepanjang waktu, jadi saya pikir lebih baik untuk menyelamatkan diri ikut pengarahan yang dilakukan pihak perusahaan. Lalu saya datang ke hotel. Semua orang aman dan lega kini rasanya," kata seorang pemagang berusia 23 tahun yang datang ke kota pada bulan November 2021 lalu.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Richard Susilo)(Kompas.com/Mutia Fauzia)