Jepang Tolak Bayar Ekspor Rusia Termasuk Energi dalam Mata Uang Rubel
Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sanksi ini akan efektif diberlakukan pada 5 April
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan bahwa perusahaan Jepang akan diminta untuk 'menolak' jika Rusia meminta pembayaran dalam bentuk mata uang rubel, terutama di sektor energi.
Selain itu, Jepang juga akan melarang ekspor barang-barang mewah ke Rusia sebagai tanggapan terbaru terkait invasi yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.
Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sanksi ini akan efektif diberlakukan pada 5 April mendatang.
Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (29/3/2022), barang-barang yang dilarang ekspor itu termasuk diantaranya mobil mewah, sepeda motor, minuman keras, kosmetik, barang-barang fashion dan karya seni.
Baca juga: Roman Abramovich Hadiri Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina di Turki setelah Muncul Laporan Diracun
Sebelumnya pada 23 Maret lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya akan menuntut 'negara-negara yang tidak bersahabat' ini untuk membayar pasokan gas Rusia dalam bentuk mata uang rubel.
Langkah tersebut dilihat sebagai upaya untuk menahan jatuhnya mata uang nasional Rusia dan menghindari sanksi negara Barat yang dikenakan pada Rusia.
Sementara itu, Menteri Energi dari Kelompok Tujuh (Group of Seven) secara tegas menolak tuntutan yang diajukan oleh Putin.