Apakah Monkeypox akan Jadi Covid Berikutnya? Ini Kata Ahli di New York
Setiap kasus yang dikonfirmasi di negara tersebut biasanya terkait dengan perjalanan internasional atau impor hewan dari daerah di mana penyakit
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Direktur Kesehatan Global di Rumah Sakit Universitas Staten Island, New York, Amerika Serikat (AS), Dr. Eric Cioe-Pena mengatakan bahwa publik tidak perlu panik dalam menghadapi wabah cacar monyet (Monkeypox).
Kendati demikian, jika mengalami gejala yang mirip dengan penyakit itu, maka sebaiknya tidak diabaikan dan segera kunjungi fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Ia mengaku tidak memprediksi wabah ini akan menjadi kasus besar di AS, namun siapapun yang mengalami gejala ruam dan demam tentu harus mencari perawatan medis virtual lebih awal atau mengunjungi Unit Gawat Darurat.
Baca juga: Temuan 26 Kasus, Kini Belanda Catat Kasus Monkeypox Lebih dari 2 Kali Lipat
Dikutip dari laman www.silive.com, Selasa (31/5/2022), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS meyakini sejauh ini ada 5 kasus Monkeypox yang ditemukan di negara itu, termasuk satu kasus di New York City.
"Namun virus yang pada awalnya menghasilkan ruam bergelombang yang menyerupai cacar air, tidak memiliki penularan yang sama seperti virus corona (Covid-19) atau flu. Mayoritas penularan Monkeypox adalah melalui kontak langsung dengan lesi, darah maupun cairan tubuh," kata Dr Cioe-Pena.
Ia mencatat bahwa kelompok yang paling rentan adalah mereka yang berusia di bawah 5 tahun.
"Ini tidak akan berlangsung seperti yang dilakukan Covid, ini jauh lebih mudah menular," jelas Dr Cioe-Pena.
Baca juga: Mengenal Lima Definisi Kasus Cacar Monyet atau Monkeypox Mulai Suspek sampai Discarded
Menurut CDC, Monkeypox jarang ditemukan di AS, karena tidak terjadi secara alami di negara itu.
Setiap kasus yang dikonfirmasi di negara tersebut biasanya terkait dengan perjalanan internasional atau impor hewan dari daerah di mana penyakit ini lebih umum ditemukan.
Di Staten Island, beberapa perawatan darurat dan kantor dokter telah memasang tanda yang meminta pasien yang mengalami gejala ruam atau disertai demam untuk tetap berada di luar agar dilakukan evaluasi awal sebelum memasuki fasilitas layanan kesehatan.
Dr Cioe-Pena menilai tindakan pencegahan ini merupakan langkah yang bijaksana.
"Menurut saya yang paling penting adalah, jika anda demam dan ruam, cari perawatan kesehatan sejak dini. Jangan berasumsi itu cacar air, dan jika anda memiliki anak yang entah bagaimana didiagnosis menderita Monkeypox, jangan sentuh ruamnya. Cobalah untuk membuat mereka tetap terisolasi, namun jauh lebih mudah untuk menahan penyebaran Monkeypox dibandingkan flu atau Covid-19," tegas Dr Cioe-Pena.
Virus ini diklaim paling umum ditemukan di Afrika sub-Sahara, namun juga disebut dapat ditemukan di Asia Tenggara, dan tingkat kematiannya mencapai 10 persen.
"Itu (ditemukan) di negara-negara yang tidak memiliki perawatan intensif yang bagus. Saya tidak yakin kita akan mengalami wabah ini, namun (tingkat kematian) akan jauh lebih sedikit di AS," papar Dr Cioe-Pena.
Ia pun menyampaikan bahwa merawat anak yang terkena virus ini jauh lebih kecil risikonya dibandingkan merawat pasien Covid-19.
Baca juga: Para Ilmuwan Curiga Cacar Monyet Sudah Menyebar di Inggris Selama Bertahun-tahun
"Jika anda mengenakan sarung tangan saat merawat orang tersebut dan menggunakan masker, peluang anda untuk tertular hampir nol persen. Ruam Monkeypox paling umum muncul pada wajah, lengan, tangan dan kaki. Nantinya itu akan bergerak ke batang tubuh," tutur Dr Cioe-Pena.
Benjolan yang muncul nantinya akan terisi cairan, pecah dan akhirnya menjadi keropeng.
Dirinya pun meminta warga untuk berhati-hati jika melihat demam dan ruam, terutama pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Menurut CDC AS, penyakit ini kali pertama ditemukan pada 1958, saat dua wabah penyakit seperti cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian.
Sedangkan kasus pertama Monkeypox pada manusia tercatat pada 1970 di Republik Demokratik Kongo selama periode upaya intensif untuk menghilangkan cacar.
Sejak saat itu, Monkeypox telah dilaporkan terjadi pada manusia di negara-negara Afrika bagian Tengah dan Barat.
"Pada manusia, gejala Monkeypox cacar memang mirip dengan cacar, namun lebih ringan. Monkeypox dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot dan kelelahan," kata CDC AS.
Selanjutnya, kelenjar getah bening mulai membengkak, dan dalam satu sampai tiga hari setelah munculnya gejala demam, pasien akan mengalami ruam, sering dimulai pada bagian wajah, kemudian menyebar ke bagian lain tubuh.