Senin, 25 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mantan Menteri Austria: Tak Semua Negara Uni Eropa Ingin Bergabung dengan Sanksi terhadap Rusia

Mantan Menlu Austria Karin Kneissl menyebut negaranya mendukung sanksi anti-Rusia, tetapi menurutnya tidak smeua negara Uni Eropa ingin berpartisipasi

Editor: Miftah
Yuri KADOBNOV / AFP
(Mantan) Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl menghadiri pertemuan dengan mitranya dari Rusia di Moskow pada 12 Maret 2019. - Mantan Menlu Austria Karin Kneissl menyebut negaranya mendukung sanksi anti-Rusia, tetapi menurutnya tidak smeua negara Uni Eropa ingin berpartisipasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl mengatakan negaranya terus mendukung semua sanksi anti-Rusia karena situasi di Ukraina.

Tapi Kneissl dalam sebuah wawancara dengan TASS menegaskan tidak semua negara Uni Eropa (UE) ingin berpartisipasi dalam pembatasan ini.

Kneissl pun meminta perhatian pada fakta bahwa beberapa negara Uni Eropa, seperti Hongaria, "menawarkan" pembebasan untuk diri mereka sendiri dalam paket keenam sanksi terhadap Rusia, yang berdampak pada pasokan energi.

"Jelas bahwa tidak semua orang ingin mengambil bagian dalam semua sanksi. Namun, Austria sejauh ini terus mengikuti semua pembatasan," tambah Kneissl.

Menurutnya, Wina membuat keputusan sanksi sesuai dengan kebijakan luar negeri dan pertahanan bersama Uni Eropa.

"Kami sudah melalui ini pada tahun 2014, seperti yang dilakukan negara-negara lain, dengan sanksi terhadap China dan, tentu saja, lebih dari seribu hukuman terhadap Rusia," jelasnya.

Baca juga: Balas Sanksi AS, Vladimir Putin Larang Militer Washington Lakukan Inspeksi Pada Senjata Nuklir Rusia

Mantan Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl
(Mantan) Menteri Luar Negeri Austria Karin Kneissl menghadiri pertemuan dengan mitranya dari Rusia di Moskow pada 12 Maret 2019.

"Semua hukuman ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, tidak hanya di Eropa," tambah mantan menteri itu.

Update perang Rusia Vs Ukraina

Berikut selengkapnya rangkuman peristiwa yang terjadi di hari ke-201 invasi Rusia di Ukraina, seperti dikutip dari The Guardian:

Rusia serang infrastruktur di Ukraina

Rusia menargetkan fasilitas infrastruktur di Ukraina tengah dan timur pada Minggu (11/9/2022) malam.

Serangan itu sebagai tanggapan atas serangan balasan dramatis Ukraina di provinsi Kharkiv.

Wali Kota kota Kharkiv Ihor Terekhov mengatakan serangan telah mematikan listrik dan air di sebagian besar kota.

Dia menggambarkan situasi di kota itu  sebagai tindakan "balas dendam" oleh Rusia untuk keberhasilan Ukraina di medan perang baru-baru ini.

Baca juga: Rusia Terbukti Kebal Sanksi, Ekspor Energi Raup Untung 158 Miliar Dolar AS Selama Invasi

Dubes AS kecam serangan Rusia

Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Ukraina, Bridget Brink, mengecam serangan Rusia terhadap fasilitas listrik dan air.

“Tanggapan nyata Rusia terhadap Ukraina membebaskan kota-kota dan desa-desa di timur: mengirim rudal untuk mencoba menghancurkan infrastruktur sipil yang kritis,” cuit Brink.

Militan nasionalis membandingkan perang Ukraina-Rusia dengan Rusia-Jepang

Seorang militan nasionalis dan mantan perwira FSB yang membantu melancarkan perang 2014 di wilayah Donbas timur Ukraina membandingkan runtuhnya salah satu garis depan utama konflik dengan kekalahan bencana dalam perang Rusia-Jepang yang memicu Revolusi Rusia 1905.

Igor Girkin mengatakan itu seperti Pertempuran Mukden 1905, yang berakhir dua hari setelah revolusi dimulai.

Moskow diam atas kekalahannya

Kepemimpinan Moskow tetap "diam" atas kekalahan di Ukraina.

Baik Putin maupun Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tidak memberikan komentar apa pun pada Minggu (11/9/2022).

Kebisuan Moskow yang hampir total atas kekalahan tersebut.

Baca juga: Efek Sanksi, Rusia Merugi Ekspor Minyak Anjlok Lebih Dari 3 Persen di Bulan Juli

Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov (tengah) melambai ke kerumunan warga setelah upacara peresmian sebuah masjid baru di kota Arab Israel Abu Ghosh, barat Yerusalem. (23 Maret 2014). Pemerintah Chechnya menyumbang enam juta dolar untuk membantu mendanai pembangunan masjid tersebut. (AFP/MENAHEM KAHANA)
Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov (tengah) melambai ke kerumunan warga setelah upacara peresmian sebuah masjid baru di kota Arab Israel Abu Ghosh, barat Yerusalem. (23 Maret 2014). Pemerintah Chechnya menyumbang enam juta dolar untuk membantu mendanai pembangunan masjid tersebut. (AFP/MENAHEM KAHANA) (AFP/MENAHEM KAHANA)

Tidak ada penjelasan apa pun atas apa yang telah terjadi di timur laut Ukraina.

Sikap Rusia  memicu kemarahan yang signifikan di antara beberapa komentator pro-perang dan nasionalis Rusia di media sosial.

Rusia luncurkan 11 rudal ke timur Ukraina

Pasukan Rusia telah meluncurkan 11 rudal ke wilayah timur Ukraina.

Demikian dilaporkan oleh angkatan udara Ukraina mengumumkan dalam sebuah tweet pada Minggu malam.

Angkatan udara Ukraina menembak jatuh tujuh rudal jelajah di wilayah Dnipropetrovsk dan dua rudal lagi dihancurkan di wilayah Poltava, kata UAF.

Serangan Rusia akibatkan sejumlah kereta api tertunda

Akibat penembakan infrastruktur oleh Rusia, sejumlah kereta api dari/ke Kharkiv, Sumy, dan Poltava diperkirakan akan tertunda.

Namun, tidak ada satu pun kereta hari ini yang dibatalkan.

Lalu lintas berlanjut di seluruh jaringan kereta api.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan