Pakar Sebut Jepang Harus Mengadakan Pembicaraan dengan Korea Utara untuk Meredakan Ketegangan
Jepang harus mengadakan negosiasi dengan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan di wilayah mereka, ujar pakar.
TRIBUNNEWS.COM - Jepang harus mengadakan pembicaraan atau negosiasi dengan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan di wilayah mereka, ujar seorang pakar dilansir Japan Times.
"Penting untuk memberikan Korea Utara 'rasa aman' bahwa Jepang tidak akan menjadi ancaman bagi negara tertutup itu," ungkap Tadashi Kimiya, seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Seni dan Sains Universitas Tokyo, dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Kimiya, seorang spesialis masalah Semenanjung Korea, mengatakan kemungkinan dimulainya kembali pembicaraan antara Jepang dan Korea Utara mengenai normalisasi hubungan diplomatik mereka harus digunakan sebagai katalisator untuk membawa Pyongyang kembali ke meja perundingan.
Pemerintah Jepang telah mengatakan siap untuk mengadakan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kapan saja.
Tetapi, hal itu juga menyiratkan bahwa Tokyo ingin menyinggung masalah penculikan warga negara Jepang oleh Korea Utara beberapa dekade lalu, kata Kimiya.
"Posisi Korea Utara adalah bahwa masalah tersebut telah diselesaikan, jadi kami tidak dapat mengharapkan negara tersebut untuk menerima tawaran pembicaraan ini," kata Kimiya.
Baca juga: Militer Korea Utara Perintahkan Penembakan Artileri ke Perbatasan Korea Selatan
Ia menambahkan bahwa bagi Pyongyang, masalah pengembangan nuklir dan misilnya adalah sesuatu yang harus didiskusikan dengan Amerika Serikat.
Dimulainya kembali negosiasi normalisasi diplomatik adalah satu-satunya kemungkinan, dan Jepang harus menggunakannya sebagai pemicu untuk terlibat, kata profesor itu.
Korea Utara rutin melakukan uji coba rudal sejak awal tahun.
Sebuah rudal balistik yang diluncurkan pada awal Oktober, bahkan jatuh ke Pasifik setelah terbang di atas Jepang.
Pyongyang mungkin juga bersiap untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh.
“Ancaman keamanan terhadap Jepang dan Korea Selatan semakin meningkat,” kata Kimiya.

Baca juga: Tiga Siswa SMA di Korea Utara Dieksekusi Mati karena Ketahuan Nonton Drama Korea
Jika terjadi ancaman di Semenanjung Korea, pangkalan militer AS di Jepang dan Korea Selatan akan digunakan untuk menyerang Korea Utara.
Pyongyang kemungkinan akan lebih mudah menggunakan senjata nuklir taktis daripada menggunakan senjata nuklir strategis yang ditujukan ke Amerika Serikat, ujarnya.
"Jepang dan Korea Selatan telah memperkuat pencegahan mereka atas serangan Korea Utara dan harus terus melakukannya di masa mendatang."
"Namun, pertanyaannya adalah seberapa banyak Jepang dapat menggunakan sumber keuangannya," kata Kimiya, ketika ditanya apakah Jepang harus memperkuat pencegahannya.
"Bahkan jika pencegahan diperkuat, kecil kemungkinan Korea Utara akan menghentikan provokasinya, dan Jepang akan terjerat ‘dilema keamanan’."
"Tantangannya adalah bagaimana mengurangi dan mengelola ancaman militer itu," kata Kimiya.
Narushige Michishita, profesor di National Graduate Institute for Policy Studies, mengatakan dalam wawancara terpisah:
"Jepang memiliki peran yang sangat penting (dalam menghadapi Korea Utara) karena salah satu tujuan inti dari aliansi Jepang-AS adalah membela Korea Selatan."
Undang-undang Jepang untuk menangani keadaan darurat di luar wilayahnya, diberlakukan pada tahun 1999.
UU itu memungkinkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk mendukung militer Amerika Serikat ketika AS berempur membela Korea Selatan jika ada kejadian darurat di Semenanjung Korea.
Artinya, Pasukan Bela Diri Jepang dapat terlibat dalam kegiatan dukungan, termasuk misi tempur, untuk militer AS saat membela Korea Selatan, katanya.

Baca juga: Ketika Putri Kim Jong Un yang Baru Berusia 10 Tahun Pimpin Gelombang Fashion di Korea Utara
Memperhatikan bahwa pertahanan Taiwan telah ditambahkan ke dalam daftar misi aliansi Jepang-AS baru-baru ini, Michishita mengatakan bahwa Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan harus memperdalam kerja sama mereka.
Ketiga negara itu juga harus memperkuat pembagian informasi di bawah Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer, atau GSOMIA.
"Korea Selatan juga telah meningkatkan pembelanjaan pertahanannya."
"Dan jika negara tersebut memperkuat kemampuannya untuk menghadapi Korea Utara, Jepang dan Amerika Serikat dapat fokus pada pertahanan Taiwan dan itu akan berkontribusi pada keamanan regional," katanya.
Korea Utara memerintahkan tembakan artileri baru sebagai bentuk respons atas latihan AS-Korea Selatan
Dilaporkan hari ini, Militer Korea Utara memerintahkan unit-unit garis depan untuk menembakkan artileri ke laut sebagai tanggapan atas latihan bersama pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan di wilayah perbatasan pedalaman.
Perintah pada Selasa itu datang sehari setelah Korea Utara menembakkan sekitar 130 peluru artileri ke perairan dekat perbatasan laut barat dan timur dengan Korea Selatan, Aljazeera melaporkan.
Seorang juru bicara militer Korea Utara mengatakan serangan artileri terbaru yang direncanakan dimaksudkan sebagai "peringatan keras" ke Seoul.
Serangan itu juga sebagai tanggapan atas latihan artileri Korea Selatan di wilayah perbatasan.
Pejabat itu meminta Seoul untuk segera menghentikan aksi militernya yang "provokatif".
Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat saat ini sedang melakukan latihan tembakan langsung yang melibatkan beberapa sistem peluncuran roket dan howitzer di dua tempat pengujian terpisah di wilayah Cheorwon.
Latihan itu dimulai pada hari Senin (5/12/2022) dan akan berlanjut hingga Rabu.
Barat mengatakan latihan itu diperlukan untuk mencegah Korea Utara yang bersenjata nuklir, untuk melanjutkan uji coba nuklir lagi.
Pada hari latihan dimulai, militer Korea Utara mengatakan mereka mendeteksi lusinan proyektil Korea Selatan yang terbang ke tenggara dari wilayah Cheorwon.
Korea Utara lantas menginstruksikan unit pesisir barat dan timurnya untuk menembakkan artileri sebagai peringatan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan peluru yang ditembakkan Korea Utara jatuh di sisi utara zona penyangga yang dibuat berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018 untuk mengurangi ketegangan militer.
Ini adalah pertama kalinya Korea Utara menembakkan senjata ke zona penyangga maritim sejak 3 November, ketika sekitar 80 peluru artileri mendarat di sisi zona Korea Utara di lepas pantai timurnya.
Selain tembakan artileri, Korea Utara telah meluncurkan lusinan rudal tahun ini, termasuk beberapa uji coba sistem rudal balistik antarbenua yang berpotensi mencapai daratan AS.
Korea Utara juga telah melakukan serangkaian peluncuran jarak pendek yang digambarkannya sebagai simulasi serangan nuklir terhadap target Korea Selatan dan AS.
Serangan simulasi itu sebagai reaksi kemarahan terhadap perluasan latihan militer bersama AS-Korea Selatan yang dipandang Korea Utara sebagai latihan untuk potensi invasi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)