Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jerman Akui Standar Ganda Barat terhadap Rusia Soal Invasi Moskow di Ukraina

Kanselir Jerman Olaf Scholz berbincang dengan negara yang tolak kecam Moskow. Jerman akui standar ganda Barat terhadap Rusia soal invasi di Ukraina.

Bundeskanzler Olaf Scholz
Kanselir Jerman Olaf Scholz menghadiri Global Solutions Summit di Berlin, Jerman, pada Senin (15/5/2023). Olaf Scholz mengakui adanya standar ganda Barat terhadap Rusia atas invasi di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Kanselir Jerman Olaf Scholz menyadari standar ganda yang diterapkan sejumlah negara Barat kepada Rusia.

Awalnya, Olaf Scholz menyebutkan sejumlah negara menolak untuk mengecam Rusia atas perang di Ukraina karena menganggap prinsip 'tatanan internasional' yang berbasis di Barat, tidak diterapkan secara adil terhadap Rusia.

Negara yang menolak untuk mengecam Rusia di antaranya India, Vietnam, dan negara-negara lain.

“Ketika saya berbicara dengan para pemimpin dari negara-negara tersebut, banyak yang meyakinkan saya, mereka tidak mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari tatanan internasional kita," kata Olaf Scholz di Global Solutions Summit di Berlin, Senin (15/5/2023).

"Apa yang mereka perjuangkan adalah penerapan yang tidak setara dari prinsip-prinsip tersebut,” lanjutnya, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Oktober 2022 diminta memberikan suara untuk menuntut pasukan Rusia segera mundur dari Ukraina.

Namun, lusinan negara menentang resolusi tersebut atau abstain.

Baca juga: Rusia Serang Donetsk dan Kharkiv, 6 Warga Ukraina Tewas, Puluhan Bangunan Rusak

Selain India dan Vietnam, negara-negara seperti China, Afrika Selatan, Aljazair, dan Pakistan memilih abstain.

Negara-negara itu sebagian besar menolak tekanan AS untuk bergabung dalam kampanye sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia.

"Apa yang mereka harapkan adalah representasi dengan syarat yang sama dan mengakhiri standar ganda Barat,” kata Olaf Scholz mengakui standar ganda itu.

"Kerja sama dari negara-negara berpengaruh itu akan terbatas, jika para pemimpin mereka menganggap kami (Barat) hanya mendekati mereka karena kami tertarik dengan bahan mentah mereka atau karena kami menginginkan dukungan mereka pada resolusi PBB," lanjutnya.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz
Kanselir Jerman, Olaf Scholz (Bundeskanzler Olaf Scholz)

Baca juga: Hasil Kunjungan Zelensky di Eropa: Ukraina Bentuk Koalisi Jet Tempur dan Tambah Senjata

Olaf Scholz mengklaim, persepsi kemunafikan geopolitik Barat tidak selalu dibenarkan.

“Tapi kita harus mengatasinya jika kita ingin mendorong kekuatan di Asia, Afrika, dan Amerika untuk bergabung dengan kita dalam membangun dan mempertahankan tatanan global yang stabil,” lanjutnya.

Dia mengatakan, Jerman telah menawarkan negara berkembang suara yang lebih besar dalam urusan internasional akan membantu mendapatkan kerja sama mereka.

Misalnya, dia telah mendukung pemberian perwakilan tetap negara-negara Afrika di Dewan Keamanan PBB dan menjadikan Uni Afrika sebagai anggota tetap G20.

Presiden Rusia Vladimir Putin saat melakukan pertemuan dengan anggota Delovaya Rossiya National Public Organisation pada 4 Februari 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin saat melakukan pertemuan dengan anggota Delovaya Rossiya National Public Organisation pada 4 Februari 2022. (President of Russia)

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-447: Panglima Angkatan Darat Kyiv Puji Kemajuan Besar Pasukannya

Rusia Sebut Barat Terapkan Standar Ganda

Pejabat Rusia sering menuduh AS dan sekutu Baratnya menuntut agar aturan mereka diikuti tanpa menerapkannya sendiri.

Misalnya, AS hanya mengadvokasi prinsip penentuan nasib sendiri dan menghormati integritas teritorial jika sesuai dengan kepentingannya, dikutip dari RT.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menunjukkan pada Maret 2023, AS telah mengabaikan masalah keamanan Rusia di Ukraina, yang merujuk pada perluasan anggota NATO di Eropa timur.

AS sebelumnya membenarkan intervensi militernya di negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Serbia dengan mengklaim kepentingan nasional AS terancam.

"Singkatnya, jika ini bukan yang Anda sebut standar ganda, maka saya bukan menteri luar negeri," kata Sergei Lavrov.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved