Jumat, 12 September 2025

Nasib aneka 'hewan misterius' di dasar Samudera Pasifik yang terancam proyek penambangan

Nasib ribuan hewan 'dari dunia lain' di salah satu area di dasar Samudera Pasifik yang kemungkinan akan menjadi proyek pertambangan.

Hamparan luas di dasar laut yang direncanakan untuk penambangan laut dalam adalah rumah bagi ribuan makhluk laut misterius, yang kebanyakan belum diteliti.

Mereka termasuk aneka cacing asing, teripang berwarna cerah, serta karang.

Para ilmuwan telah menyusun inventarisasi lengkap pertama terhadap spesies-spesies ini guna membantu mempertimbangkan risiko terhadap keanekaragaman hayati.

Mereka mengatakan lebih dari 5.000 hewan berbeda telah ditemukan di Zona Clarion Clipperton di Samudra Pasifik.

Area tersebut merupakan wilayah utama proyek penambangan logam mulia dari dasar laut, yang dimulai paling cepat tahun ini.

Sejumlah perusahaan ingin mengeksploitasi logam laut dalam yang berharga di perairan internasional, tetapi belum melakukan upaya ekstraksi.

Tempat itu adalah "lingkungan yang sangat aneh" dengan sejumlah besar makhluk - "mulai dari teripang [laut] asing dengan layar rumit di punggungnya hingga spons kaca yang indah," kata Muriel Rabone dari Natural History Museum di London.

"Kita perlu tahu apa itu keanekaragaman hayati dan apa yang mungkin hilang dari dampak pertambangan," tambahnya.

Baca juga:

Para peneliti telah menyaring ratusan makalah ilmiah dan ribuan catatan dalam basis data untuk menginventarisasi bentuk kehidupan di zona tersebut.

Dari ribuan hewan "dunia lain", "indah", dan "halus" yang sudah tercatat, hanya 400 yang diketahui sains.

Daftar tersebut meliputi:

  • Krustasea kecil seperti udang
  • Cacing
  • Karang
  • Spons kaca
  • Teripang merah dan oranye dikenal sebagai "gummy squirrels dan bears"
  • Bulu babi, brittle stars, dan bunga lili laut

Hewan-hewan ini telah berevolusi dalam keadaan terisolasi selama jutaan tahun di kondisi dasar laut yang dingin dan gelap.

Sebagian besar (90%) baru dikenal sains dan belum diberi nama ilmiah formal dan dianggap berasal dari tempatnya di pohon kehidupan.

Dr Adrian Glover, juga dari Natural History Museum, mengatakan bahwa "kita berada di ambang sejumlah proyek operasi penambangan laut dalam terbesar yang berpotensi untuk disetujui".

"Kita harus memastikan aktivitas semacam itu dilakukan dengan cara yang 'membatasi dampaknya terhadap alam'," katanya.

Baca juga:

Penambangan laut dalam yang bertujuan komersial dilakukan untuk memanen bebatuan yang mengandung logam berharga telah diusulkan - dan sangat ditentang - dalam beberapa dekade terakhir.

Sebagian pihak meyakini mineral yang ditemukan di dasar laut merupakan sumber logam yang menjanjikan, seperti kobalt dan nikel yang dibutuhkan untuk perangkat teknologi seperti ponsel, turbin angin, dan baterai kendaraan listrik.

Tapi para penentangnya berpendapat bahwa kita tidak cukup tahu tentang ekosistem laut sebagai jaminan bahwa aktivitas pertambangan tidak akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.

Data tentang kehidupan di bawah gelombang laut telah dikumpulkan melalui sejumlah ekspedisi ilmiah di mana peralatan diturunkan ke dasar laut untuk mengumpulkan spesimen dan foto-foto.

Ikuti Helen di Twitter @hbriggs

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan