Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Tadinya Terus Dukung Kiev Berperang, AS Kini Sarankan Ukraina Menyerah dan Berdamai dengan Rusia

para pejabat AS khawatir Ukraina akan kehabisan pasukan, sementara Rusia tampaknya memiliki persediaan perang yang seperti tidak ada habisnya.

Thomas COEX / AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tiba untuk menghadiri KTT Komunitas Politik Eropa di Palacio de Congreso di Granada, Spanyol selatan pada 5 Oktober 2023. 

Tadinya Serukan Hingga Titik Darah Terakhir, AS Kini Sarankan Ukraina Menyerah dan Berdamai dengan Rusia

TRIBUNNEWS.COM - Sikap dan dukungan Amerika Serikat (AS) ke Ukraina dalam perang melawan Rusia, dilaporkan mulai mengalami perubahan.

AS yang sebelumnya menyatakan akan terus mendukung Kiev lewat bantuan militer dan hal lainnya, kini disebut-sebut mulai mempertimbangkan opsi agar Ukraina mau mengadakan perundingan damai dengan Rusia.

Laporan NBC melansir, para pejabat AS khawatir Ukraina akan kehabisan pasukan, sementara Rusia tampaknya memiliki persediaan perang yang seperti tidak ada habisnya.

"Para pejabat Barat telah menyarankan agar Ukraina mempertimbangkan perundingan perdamaian dengan Rusia," kata laporan tersebut.

Para pejabat AS juga disebut mulai khawatir untuk terus mengirimkan bantuan ke Ukraina, terutama ketika fokus beralih ke perang Israel-Hamas.

Baca juga: AS Mulai Boncos Bantu Ukraina dalam Perang Lawan Rusia, Gedung Putih: Dana Mulai Habis

Merujuk pada situasi terbaru, para petinggi negara Barat juga mulai membicarakan topik perundingan perdamaian antara Rusia dan pemerintah Ukraina.

"Pembicaraan tersebut mencakup mempertimbangkan secara luas apa yang mungkin harus dilakukan Ukraina untuk mencapai kesepakatan," kata seorang pejabat senior AS saat ini dan seorang mantan pejabat senior AS yang mengetahui diskusi tersebut dilansir NBC News, Senin (6/11/2023).

Wacana untuk menyarankan Ukraina menyerah dan mulai berunding damai dengan Rusia ini dimulai karena meningkatnya kekhawatiran di kalangan pejabat Amerika dan Eropa kalau perang telah mencapai jalan buntu.

"Perang akan dimenangkan oleh siapa pun yang mampu bertahan paling lama," kata para pejabat tersebut kepada media tersebut.

Prajurit berbaris saat parade militer Hari Kemenangan di Rostov-on-Don pada 9 Mei 2023. Rusia merayakan peringatan 78 tahun kemenangan atas Nazi Jerman selama Perang Dunia II.
Prajurit berbaris saat parade militer Hari Kemenangan di Rostov-on-Don pada 9 Mei 2023. Rusia merayakan peringatan 78 tahun kemenangan atas Nazi Jerman selama Perang Dunia II. (STRINGER / AFP)

Rusia Punya Banyak Stok Pasukan

Serangan balasan Ukraina yang telah dimulai lima bulan lalu dilaporkan hanya mencapai sedikit kemajuan.

Para pejabat Barat khawatir soal kemampuan untuk terus-menerus mengirim pasokan bantuan ke Ukraina.

Khusus AS, karena pemerintahan Biden sejauh ini telah menghabiskan 43,9 miliar dolar AS untuk bantuan keamanan ke Ukraina, menurut keterangan pihak Pentagon.

Pejabat pemerintahan Biden juga khawatir bahwa Ukraina kehabisan pasukan karena kesulitan merekrut lebih banyak pasukan untuk berperang.

Sementara itu, Rusia, yang memiliki populasi tiga kali lebih besar dari Ukraina, tampaknya memiliki persediaan tentara yang tidak ada habisnya untuk dikirim ke garis depan, kata para pejabat.

"Kekurangan personel merupakan kekhawatiran utama Presiden Joe Biden," kata sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada NBC.

“Ketenagakerjaan menjadi perhatian utama pemerintah saat ini,” kata salah satu sumber.

Meskipun AS dan sekutunya dapat memberikan senjata kepada Ukraina, hal itu menjadi sia-sia jika Kiev tidak memiliki pasukan yang mumpuni untuk melakukan serangan.

“Jika mereka tidak memiliki pasukan yang kompeten untuk menggunakannya (bantuan AS dan Barat), hal itu tidak akan memberikan banyak manfaat,” kata mereka.

Meskipun baik Rusia maupun Ukraina tidak mengkonfirmasi jumlah korban mereka, perkiraan negara-negara Barat menunjukkan kalau Rusia menderita sekitar 300.000 tentara yang terbunuh atau terluka, sementara Ukraina menderita sekitar 200.000 tentara yang terbunuh atau terluka.

Pada Sabtu (4/11/2023), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membantah kalau dia mendapat tekanan untuk mempertimbangkan pembicaraan damai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Saat ini, tidak ada seorang pun yang memberikan tekanan, tidak satupun dari para pemimpin UE atau Amerika Serikat. Bagi kita sekarang untuk duduk bersama Rusia dan berbicara serta memberikan sesuatu – hal ini tidak akan terjadi,” katanya dalam konferensi pers bersama dengan Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di Kyiv.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) menyambut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelum pertemuan di Bankova di Kyiv pada 6 September 2023. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Kyiv dalam kunjungan mendadak pada 6 September 2023, di mana ia dijadwalkan untuk mengumumkan bantuan baru senilai lebih dari satu miliar dolar ke Ukraina. Kunjungan Blinken – yang keempat selama serangan Moskow – terjadi ketika Kyiv memuji beberapa keberhasilan minggu ini dalam serangannya untuk memukul mundur pasukan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) menyambut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelum pertemuan di Bankova di Kyiv pada 6 September 2023. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Kyiv dalam kunjungan mendadak pada 6 September 2023, di mana ia dijadwalkan untuk mengumumkan bantuan baru senilai lebih dari satu miliar dolar ke Ukraina. Kunjungan Blinken – yang keempat selama serangan Moskow – terjadi ketika Kyiv memuji beberapa keberhasilan minggu ini dalam serangannya untuk memukul mundur pasukan Rusia. (Brendan Smialowski / POOL / AFP)

Dulu Sempat Mau Dukung Terus Kiev

Wacana AS agar Ukraina mau melakukan perundingan damai dengan Rusia ini hanya berselang satu bulan setelah kedatangan Menlu AS, Antony Blinken ke Keiv pada awal September lalu.

Kedatangan Blinken itu dilaporkan sebagai tanda dukungan AS ketika serangan balasan Ukraina terhadap pasukan Rusia memasuki bulan keempat dan hanya menghasilkan sedikit kemajuan.

Blinken menekankan AS akan terus mendukung perjuangan Ukraina membebaskan wilayah-wilayah yang diduduki Rusia.

Pada saat itu, Blinken mengumumkan bantuan baru dari AS untuk Ukraina dengan jumlah total lebih dari 1 miliar dolar AS, termasuk sekitar 665 juta dolar AS dalam bantuan militer dan keamanan sipil

Bantuan baru AS akan mencakup sistem peluncuran rudal HIMARS, senjata antitank Javelin, tank Abrams dan sistem senjata lainnya, kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre.

Pentagon mengatakan pihaknya juga akan mengirimkan amunisi deplated uranium yang sudah habis, yang sangat efektif untuk menembus pelat baja, namun penggunaannya masih kontroversial.

Ditanya tentang kunjungan Blinken, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow yakin Washington berencana untuk terus mendanai militer Ukraina dengan istilah yang dia sebut dengan 'untill the last Ukranian",  (untuk melancarkan perang hingga orang terakhir Ukraina). 

Gambar yang dirilis tentara Israel pada 5 November 2023 ini menunjukkan kendaraan militer Israel dan asap tebal di dalam Jalur Gaza saat pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas Palestina terus berlanjut.
Gambar yang dirilis tentara Israel pada 5 November 2023 ini menunjukkan kendaraan militer Israel dan asap tebal di dalam Jalur Gaza saat pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas Palestina terus berlanjut. (Tentara Israel / AFP)

Fokus beralih dari Ukraina ke perang Israel-Hamas

Diskusi yang muncul mengenai Ukraina juga mencerminkan perubahan politik di Barat.

Para pejabat melihat, saat ini fokus publik telah beralih ke perang Israel-Hamas.

"Hal ini dapat mempersulit perolehan bantuan untuk Kiev, kata para pejabat.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada NBC kalau pemerintah AS kini memiliki sisa sekitar 5 miliar dolar AS untuk dikirim ke Ukraina.

Menurut para pejabat AS, ada pembicaraan pribadi mengenai Ukraina yang mungkin hanya berlangsung hingga akhir tahun ini.

Setelah itu, Ukraina sepertinya tidak punya banyak pilihan selain memulai diskusi mengenai perundingan perdamaian dengan Rusia

“Setiap keputusan mengenai perundingan bergantung pada Ukraina,” kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, dalam sebuah pernyataan, menurut NBC.

“Kami fokus untuk terus mendukung Ukraina saat mereka mempertahankan kebebasan dan kemerdekaannya melawan agresi Rusia.”

Tidak jelas apakah Presiden Rusia Vladimir Putin bersedia bernegosiasi dengan Ukraina.

"Presiden Rusia mungkin berharap untuk “menunggu negara-negara Barat” dan berharap dukungan terhadap Ukraina berkurang," kata para pejabat kepada outlet tersebut.

Para pejabat AS sebelumnya juga menyatakan kalau Putin berharap Donald Trump atau Partai Republik lainnya memenangkan pemilu 2024 dan memotong bantuan untuk Ukraina.

(oln/BI/NBC/*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved