Selasa, 26 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

2 RS di Gaza Berhenti Beroperasi, WHO: Seharusnya Tempat Berlindung, Berubah Jadi Tempat Kematian

Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza tidak lagi beroperasi sebagai fasilitas medis.

Penulis: Nuryanti
Khader Al Zanoun / AFP
Orang-orang berdiri di luar bangsal darurat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023. Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza tidak lagi beroperasi sebagai fasilitas medis. 

TRIBUNNEWS.COM - Dua rumah sakit terbesar di Gaza telah berhenti beroperasi dan menerima pasien baru, Minggu (12/11/2023).

Penghentian layanan operasi itu karena pemboman Israel dan kekurangan obat-obatan dan bahan bakar di tengah meningkatnya kematian pasien dan staf medis.

Al-Shifa dan Al-Quds merupakan dua rumah sakit terbesar di Gaza.

Kedua rumah sakit itu menghentikan operasi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan gencatan senjata segera untuk mencegah meningkatnya kematian.

Seorang ahli bedah saraf yang bekerja di Rumah Sakit Al-Shifa, Dr Nidal Abu Hadrous, mengatakan pasien dan staf menghadapi situasi 'bencana' tanpa listrik atau air dan tidak ada jalan keluar yang aman.

“Ini tidak bisa bertahan lama."

"Diperlukan intervensi segera untuk menyelamatkan staf dan pasien,” ujar Abu Hadrous kepada Al Jazeera, Minggu.

Baca juga: Perbatasan Rafah Dibuka Kembali, Ratusan Orang Tinggalkan Gaza

Terpisah, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan situasi di Rumah Sakit Al-Shifa mengerikan dan berbahaya.

“Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan,” ungkapnya dalam sebuah unggahan di X.

Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut Rumah Sakit Al-Shifa tidak berfungsi sebagai rumah sakit lagi.

Menurutnya, Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza tidak lagi beroperasi sebagai fasilitas medis, dengan alasan meningkatnya jumlah kematian pasien.

Diberitakan Anadolu Agency, WHO menyoroti selama tiga hari terakhir, fasilitas tersebut kekurangan listrik dan air serta konektivitas internet yang buruk.

Sehingga, hal itu sangat menghambat kemampuan rumah sakit memberikan perawatan penting.

Baca juga: Erdogan Sebut DK PBB Tak Berguna, Buta saat Israel Bunuh 11.100 Warga Palestina di Gaza

Ilustrasi - Gambar satelit yang dirilis oleh Maxar Technologies pada 12 November 2023, menunjukkan kerusakan di sekitar Rumah Sakit Shifa di distrik al-Rimal Kota Gaza.
Ilustrasi - Gambar satelit yang dirilis oleh Maxar Technologies pada 12 November 2023, menunjukkan kerusakan di sekitar Rumah Sakit Shifa di distrik al-Rimal Kota Gaza. (Citra satelit ©2023 Maxar Technologies / AFP)

WHO mengungkapkan, jumlah pasien yang meninggal telah meningkat secara signifikan.

Hal ini yang membuat WHO kembali menyerukan gencatan senjata di wilayah kantong Palestina.

Sebagai informasi, Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara juga menghentikan operasinya setelah generator utamanya kehabisan bahan bakar.

Tiga perawat telah tewas di Rumah Sakit Al-Shifa sejak Jumat (10/11/2023), di tengah pemboman dan bentrokan Israel di dekat kompleks tersebut.

Sebanyak 12 pasien, termasuk dua bayi prematur, juga telah meninggal sejak pemadaman listrik dimulai.

Sementara itu, infrastruktur penting termasuk fasilitas kardiovaskular dan bangsal bersalin, telah rusak parah.

Baca juga: Keluarga di Indonesia Lega Muhammad Husein Bisa Dievakuasi dari Gaza, Sempat Putus Komunikasi 35 Jam

WHO mengatakan 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di rumah sakit tanpa jalan keluar yang aman.

Para pasien tersebut termasuk 36 bayi yang berisiko meninggal karena kurangnya inkubator yang berfungsi.

Adapun pasukan Israel telah mengepung fasilitas medis di utara Gaza, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa, yang menurut pejabat Israel terletak di atas pusat komando Hamas.

Pejabat Hamas dan rumah sakit membantah kompleks tersebut menyembunyikan infrastruktur militer.

Para pejabat Palestina dan orang-orang di dalam rumah sakit tersebut melaporkan bahwa pasukan Israel secara langsung menargetkan kompleks rumah sakit tersebut dengan amunisi dan penembak jitu.

Wakil Menteri Kesehatan Munir al-Boursh mengatakan, penembak jitu menembaki setiap gerakan di dalam kompleks.

“Ada korban luka di dalam rumah dan kami tidak dapat menjangkau mereka,” katanya kepada Al Jazeera.

“Kita tidak bisa menjulurkan kepala ke luar jendela," lanjutnya.

Baca juga: Jokowi Pastikan Pemerintah RI Terus Berupaya Lindungi RS Indonesia di Gaza

Bayi prematur yang ada di unit perawatan intensif neonatal berisiko kehilangan nyawa, usai Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza berhenti beroperasi lantaran kehabisan bahan bakar untuk menyalakan mesin inkubator.
Bayi prematur yang ada di unit perawatan intensif neonatal berisiko kehilangan nyawa, usai Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza berhenti beroperasi lantaran kehabisan bahan bakar untuk menyalakan mesin inkubator. (HO)

Sebelumnya, militer Israel mengatakan, pihaknya menawarkan untuk mengevakuasi bayi yang baru lahir dan telah menempatkan 300 liter (80 galon) bahan bakar di pintu masuk rumah sakit.

Israel juga merilis video tentaranya membawa kontainer dan meletakkannya di tanah, namun Hamas menghalangi upaya tersebut.

Kini, lebih dari 11.100 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Di Israel, setelah revisi turun, jumlah korban tewas mencapai lebih dari 1.200 orang.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan