Kamis, 21 Agustus 2025

Komandan IRGC: 50.000 Tentara AS di 10 Pangkalan Berada dalam Posisi Rentan Seperti di Rumah Kaca

Komandan IRGC memperingatkan bahwa pasukan AS di kawasan tersebut berada  dalam posisi rentan, seperti "di rumah kaca."

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
presstv/tangkap layar
KESEPAKATAN NUKLIR - Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh (kanan), komandan Divisi Dirgantara IRGC, di antara kerumunan jamaah yang melaksanakan salat Idul Fitri di Lapangan Sholat Agung Mosalla milik Imam Khomeini di Teheran pada tanggal 31 Maret 2025. Hajizadeh menanggapi ancaman dari Trump 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang komandan tinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) memperingatkan bahwa pasukan AS di kawasan tersebut, berada dalam posisi rentan, seperti "di rumah kaca."

Mengutip PressTV, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Divisi Dirgantara IRGC, menyampaikan pernyataan tersebut di sela-sela upacara perayaan Idul Fitri pada Senin (31/3/2025).

"Amerika memiliki 10 pangkalan militer di kawasan ini, khususnya di sekitar Iran, dengan 50.000 tentara yang bermarkas di sana," ujar Hajizadeh.

"Ini berarti mereka berada di rumah kaca; dan ketika seseorang berada di rumah kaca, dia tidak akan melempar batu ke pihak lain."

Komentar ini muncul setelah ancaman Presiden AS Donald Trump yang menyatakan, akan mengebom Iran jika negara itu tidak mencapai kesepakatan nuklir baru.

Pada hari Sabtu, Trump mengatakan, Iran akan dibom jika tidak membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat.

"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pemboman," katanya dalam sebuah wawancara dengan NBC News.

Trump juga mengancam, akan menghukum Iran dengan apa yang disebutnya "tarif sekunder."

Dalam sebuah unggahan di akun X miliknya pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menanggapi ancaman Trump tersebut dengan menyebutnya sebagai penghinaan terhadap perdamaian dan keamanan global.

"Ancaman terbuka 'pemboman' oleh seorang Kepala Negara terhadap Iran merupakan penghinaan yang mengejutkan terhadap hakikat Perdamaian dan Keamanan Internasional," tulis Baghaei.

Kesepakatan Nuklir Iran

Mengutip Reuters, pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden, Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015.

Baca juga: Trump Ancam Iran dengan Sanksi dan Pengeboman usai Teheran Tolak Perundingan Nuklir

Kesepakatan tersebut, dibuat antara Iran dan negara-negara besar dunia, di mana Iran bersedia membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi dari negara-negara Barat dan pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Setelah AS mengundurkan diri dari perjanjian itu, Trump memberlakukan kembali sanksi luas terhadap Iran.

Sejak saat itu, Iran dilaporkan telah melampaui batasan yang disepakati dalam program pengayaan uraniumnya yang terus meningkat.

Teheran, sejauh ini menolak peringatan Trump untuk membuat kesepakatan atau menghadapi konsekuensi militer.

Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian tinggi, di atas yang dapat dibenarkan untuk program energi atom sipil.

Namun, Iran menegaskan, program nuklirnya sepenuhnya ditujukan untuk tujuan energi sipil.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan