Jumat, 8 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Umumkan Mobilisasi Massal, Targetkan 160.000 Warga untuk Wajib Militer

Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyerukan mobilisasi massal dengan menargetkan 160.000 pria berusia 18 hingga 30 tahun untuk wajib militer

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
Telegram Kementerian Pertahanan Rusia/Ruslan Sergeev
WAJIB MILITER - Foto ini diambil pada Sabtu (15/3/2025) dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan tentara Rusia berjalan di Kursk, Rusia barat, setelah mereka memukul mundur pasukan Ukraina yang menduduki wilayah tersebut sejak Agustus tahun 2024. Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyerukan mobilisasi massal dengan menargetkan 160.000 pria berusia 18 hingga 30 tahun untuk wajib militer. 

Pada 31 Maret, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder pada ekspor minyak Rusia jika Presiden Rusia Vladimir Putin tidak mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina, seperti dilansir Kyiv Independent.

"Saya ingin melihat (Putin) membuat kesepakatan sehingga kita bisa menghentikan tentara Rusia dan Ukraina, serta orang-orang lainnya, dari terbunuh," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval.

"Saya ingin memastikan dia menindaklanjuti hal itu, dan saya pikir dia akan melakukannya. Saya tidak ingin menerapkan tarif sekunder pada minyaknya. Namun, saya pikir itu adalah sesuatu yang akan saya lakukan jika dia tidak melaksanakan tugasnya."

Komentar Trump mengenai Rusia muncul hanya sehari setelah ia mengatakan kepada NBC News bahwa dirinya "kesal" dan "sangat marah" terhadap obsesi Putin yang terus menuntut pemerintahan transisi untuk menggantikan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Trump sebelumnya telah mengancam akan mengenakan tarif tambahan terhadap Rusia, termasuk tarif 25 persen untuk semua minyak.

Perdagangan antara AS dan Rusia berada pada titik terendah sepanjang masa akibat sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan sekutu Barat lainnya sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

Namun, pemerintahan Trump telah memperluas diplomasi dengan Moskow dan menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk menjajaki kemitraan perdagangan.

Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan pada 31 Maret bahwa Trump menyampaikan ketidaksenangannya terhadap para pemimpin Rusia dan Ukraina di tengah upaya untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang skala penuh tersebut.

Selama konferensi pers di Ruang Oval, Trump juga menyinggung upaya yang sedang dilakukan untuk mencapai kesepakatan mineral dengan para pejabat Ukraina.

Baca juga: Trump Ancam Iran dengan Sanksi dan Pengeboman usai Teheran Tolak Perundingan Nuklir

Seorang sumber di Kantor Kepresidenan Ukraina mengatakan kepada Kyiv Independent bahwa keanggotaan Ukraina di NATO bukan bagian dari pembahasan seputar kesepakatan mineral.

"Kami tidak mengaitkan (kesepakatan mineral dengan NATO), itu adalah kesalahpahaman," kata sumber tersebut.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan