Jumat, 22 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

5 Inti Pertemuan Donald Trump dan Netanyahu: Perundingan Nuklir Iran hingga Gencatan Senjata Gaza

Donald Trump dan Benjamin Netanyahu bertemu pada Senin (7/4/2025), ini 5 hal inti yang dibahas.

Tangkap layar YouTube Fox News
PERTEMUAN TRUMP-NETANYAHU - Tangkap layar YouTube Fox News pada 8 April 2025, memperlihatkan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Senin (7/4/2025). Ini 5 hal yang dibahas pada pertemuan tersebut. 

TRIBUNNEWS.COM – Kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih pada Senin (7/4/2025) berlangsung di tengah isu tarif yang diberlakukan Amerika Serikat dan meningkatnya ancaman perang regional dengan Iran.

Namun, konferensi pers yang digelar usai pertemuan itu mencakup berbagai isu, mengutip Palestine Chronicle.

Presiden AS Donald Trump tampaknya mengindikasikan bahwa fokus utama pembicaraannya dengan Netanyahu adalah mengenai Iran dan tarif.

Meski begitu, sejumlah topik lain juga dibahas, termasuk gencatan senjata di Gaza, konflik di Suriah, dan lainnya.

Mengutip The Hill, berikut lima poin utama dari pertemuan tersebut:

1. Perundingan Nuklir Iran Akan Digelar 12 April

Donald Trump menyatakan bahwa AS akan menggelar perundingan langsung dengan Iran terkait program senjata nuklirnya mulai Sabtu (12/4/2025).

Ia tidak menyebutkan siapa pejabat AS yang akan terlibat maupun lokasi pertemuan, hanya mengatakan bahwa akan diwakili oleh “delegasi tingkat tinggi.”

Ini menjadi upaya konkret pertama AS dalam diplomasi terhadap Iran selama masa jabatan kedua Trump.

Sementara itu, Netanyahu dikabarkan mendorong agar AS memberi lampu hijau kepada Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

ALI KHAMENEI - Foto ini diambil dari akun X Khamenei pada Kamis (13/3/2025) memperlihatkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, bertemu dengan sejumlah pimpinan dan fakultas Universitas Shahid Motahari di Teheran pada 3 Juli 2024. Pada Rabu (12/3/2025), Khamenei menyampaikan pidato yang menantang keinginan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk negosiasi perjanjian nuklir yang baru.
ALI KHAMENEI - Foto ini diambil dari akun X Khamenei pada Kamis (13/3/2025) memperlihatkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, bertemu dengan sejumlah pimpinan dan fakultas Universitas Shahid Motahari di Teheran pada 3 Juli 2024. (X Khamenei/@khamenei_ir)

2. AS Usulkan Gencatan Senjata Baru di Gaza

Trump mengungkapkan bahwa AS sedang berupaya membebaskan para sandera dan mendorong diberlakukannya gencatan senjata baru di Jalur Gaza.

Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza bulan lalu setelah gencatan senjata dengan Hamas, yang berlaku sejak 19 Januari, gagal dipertahankan.

Baca juga: Tensi Perang Dagang AS vs Tiongkok Panas, Trump Ultimatum dan Ancam Timpuk dengan Tarif 50 Persen

“Kami sedang mempertimbangkan gencatan senjata baru. Kita lihat saja bagaimana kelanjutannya. Tapi prioritas kami adalah membebaskan para sandera,” ujar Trump.

Hamas dilaporkan masih menahan 59 orang, dengan Israel meyakini bahwa 24 di antaranya masih hidup.

Netanyahu menegaskan komitmennya untuk membebaskan semua sandera, sekaligus mengeliminasi Hamas dari Gaza.

Ia kembali menyuarakan dukungannya terhadap rencana Trump yang ingin menempatkan Jalur Gaza di bawah kendali AS serta mendorong warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut.

“Memiliki pasukan perdamaian seperti Amerika Serikat yang mengendalikan Gaza akan sangat membantu,” ujar Trump.

3. Netanyahu Harap Penyelesaian Cepat soal Tarif

Salah satu topik dalam pertemuan tersebut adalah tarif timbal balik sebesar 17 persen terhadap Israel.

Netanyahu menjadi pemimpin dunia pertama yang mengunjungi Trump untuk mendorong negosiasi penghapusan tarif global yang diberlakukan AS.

“Saya berharap bisa segera menemukan solusinya,” kata Netanyahu.

Pada satu kesempatan, Trump menyinggung bantuan militer AS ke Israel.

“Kita sedang membicarakan sistem perdagangan yang sepenuhnya baru — mungkin ya, mungkin tidak. Jangan lupa, kita membantu Israel sangat besar, sekitar $4 miliar per tahun, itu jumlah besar. Selamat, ya,” ujarnya sambil menoleh ke Netanyahu.

Trump menambahkan, “Kami memang menjaga teman-teman kami.”

Meski begitu, Trump menegaskan bahwa ia belum mempertimbangkan untuk mencabut tarif tersebut.

4. Trump Berniat Redakan Ketegangan Turki-Israel

Masalah lain yang diangkat Netanyahu adalah hubungan antara Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan.

Netanyahu menuding Erdoğan menggunakan Suriah sebagai basis untuk menyerang Israel.

Baca juga: Perang Dagang AS-China: Tiongkok Balas Ancaman Tarif Baru Trump, Bersumpah Melawan Habis-habisan

Ia berharap Trump dapat berperan sebagai mediator.

“Kami membahas berbagai cara untuk mencegah konflik ini, dan saya rasa tidak ada mediator yang lebih baik daripada Presiden AS,” ujar Netanyahu.

Trump merespons, “Masalah apa pun yang Anda miliki dengan Turki, saya rasa saya bisa bantu menyelesaikannya. Asalkan Anda bersikap masuk akal, kita semua harus bersikap masuk akal.”

"Bibi, kalau kamu punya masalah dengan Turki, saya rasa kamu bisa menyelesaikannya," tambah Trump, menyebut nama panggilan Netanyahu.

“Saya punya hubungan yang sangat baik dengan Turki dan presidennya, dan saya yakin kita bisa menyelesaikan masalah ini. Jadi, saya harap ini tidak jadi persoalan besar.”

Israel sendiri tengah melakukan kampanye pengeboman di Suriah selatan untuk membendung pengaruh Turki.

Erdoğan diketahui mendukung pasukan pemberontak yang kini memimpin pemerintahan transisi di Damaskus, setelah menggulingkan Bashar al-Assad pada Desember lalu.

Pemerintah transisi tersebut terdiri dari pejabat kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang masih dicurigai oleh Israel.

Israel pun terus melakukan serangan ke wilayah-wilayah yang dianggap mengancam dan mendorong demiliterisasi wilayah selatan Suriah.

Pekan lalu, Israel melakukan serangan udara terhadap dua pangkalan udara di Suriah yang dilaporkan sedang dipersiapkan untuk digunakan oleh pasukan Turki.

5. Trump Tidak Senang dengan Konflik Rusia-Ukraina

Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap berlanjutnya konflik antara Rusia dan Ukraina, meskipun pemerintahannya sedang berusaha mewujudkan gencatan senjata terbatas terkait fasilitas energi dan jalur pelayaran Laut Hitam.

Kedua negara sebenarnya telah menyetujui prinsip dasar dari kesepakatan itu, namun Rusia masih mengajukan sejumlah syarat tambahan yang memperlambat proses negosiasi.

“Saya tidak senang dengan pengeboman yang terus terjadi. Mereka mengebom tanpa henti. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi di sana, tapi situasinya sangat buruk,” ujar Trump.

Trump menambahkan bahwa Rusia tidak dikenai tarif global AS karena hubungan dagang antara kedua negara tergolong minim.

Baca juga: Rusia Satu-satunya Negara yang Kirim Rudal Hipersonik ke Medan Tempur, Negara Mana yang Juga Punya?

Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, juga menyatakan bahwa tidak tepat memberlakukan tarif terhadap Rusia saat Washington sedang bernegosiasi untuk mengakhiri perang.

“Jelas, ada proses negosiasi yang sedang berjalan dengan Rusia dan Ukraina. Dan saya rasa Presiden tidak ingin kedua isu itu bercampur,” katanya.

Namun, Ukraina tetap terkena tarif yang mulai berlaku sejak 2 April, meski hanya sebesar 10 persen untuk ekspor ke AS.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan