Rabu, 20 Agustus 2025

Konflik China dan AS

Panglima Perang AS Gusar, Militer China-Korea Utara-Rusia Kian Mesra di Pasifik

Jalinan simbiosis transaksional Rusia-China-Korea Utara dalam Perang Ukraina merembet ke Indo-Pasifik, lokasi militer AS mengamankan sekutu Asianya.

tangkap layar Yahoo/Kredit Foto AP/Aaron Favila, Arsip
PANGLIMA PERANG AS - Foto tangkap layar, menunjukkan Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Samuel Paparo, memberi instruksi selama konferensi pers di Akademi Militer Filipina di Baguio, Filipina utara, 29 Agustus 2024. Paparo menekankan, China-Korut-Rusia makin mesra secara militer di Kawasan Pasifik. 

Panglima Perang AS Gusar, Militer China-Korea Utara-Rusia Kian Mesra di Pasifik

TRIBUNNEWS.COM - Panglima tertinggi Amerika Serikat (AS) untuk kawasan Pasifik memperingatkan para senator negara itu kalau dukungan militer yang diberikan Tiongkok (China) dan Korea Utara (Korut) kepada Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, menciptakan risiko keamanan di wilayah yang menjadi otoritas pengawasannya tersebut.

Berbicara di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, Kamis (10/4/2025), Laksamana Samuel Paparo, kepala Komando Indo-Pasifik AS, menegaskan, Moskow memberikan bantuan militer penting kepada China dan Korut sebagai balasan atas bantuan mereka dalam perang melawan Ukraina.

Baca juga: Pesawat Pengebom H-6K China Bawa Rudal Balistik Ancam Kapal dan Pangkalan Militer AS di Indo-Pasifik

Paparo merinci, kemesraan Rusia-Korut-China itu ditunjukkan lewat aksi timbal balik di antara ketiganya.

"Tiongkok telah menyediakan 70 persen peralatan mesin dan 90% chip warisan kepada Rusia untuk membantu Moskow “membangun kembali mesin perangnya.”

"Sebagai imbalannya, China berpotensi mendapatkan bantuan dalam teknologi untuk membuat kapal selamnya bergerak lebih senyap, bersama dengan bantuan lainnya," kata Paparo.

Para senator AS kemudian mendesak Paparo dan Jenderal Xavier Brunson, komandan Pasukan AS di Korea, untuk menjelaskan mengenai kemajuan militer dan manuver Tiongkok di kawasan tersebut (Indo-Pasifik), termasuk ancaman terhadap Taiwan . 

"Mereka juga mempertanyakan kehadiran militer AS di Korea Selatan, dan apakah negara itu harus dilindungi dari pengurangan personel militer AS yang ditempatkan di sana," tulis laporan AP, dikutip, Jumat (11/4/2025).

Paparo dan Brunson menjawab dengan mengatakan kalau pasukan AS saat ini tetap berada di sana (Semenanjung Korea).

"(Keberadaan pasukan AS) di seluruh Indo-Pasifik sangat penting bagi diplomasi di kawasan tersebut dan keamanan nasional Amerika, seiring dengan meningkatnya hubungan antara Rusia dan China. AS memiliki 28.500 pasukan di Korea Selatan," papar keduanya ke anggota Senat AS.

Baca juga: Rusia Upgrade Drone Shahed Iran Pakai Antena Buatan China: Kebal Senjata Jammers Ukraina

ARTILERI JARAK JAUH - Meriam self-propelled (gerak sendiri) M-1989 Koksan milik Korea Utara. Rusia dilaporkan telah memindahkan artileri jenis ini dari Korea Utara ke Krimea untuk menargetkan sejumlah kota Ukraina per April 2025.
ARTILERI JARAK JAUH - Meriam self-propelled (gerak sendiri) M-1989 Koksan milik Korea Utara. Rusia dilaporkan telah memindahkan artileri jenis ini dari Korea Utara ke Krimea untuk menargetkan sejumlah kota Ukraina per April 2025. (Foto ilustrasi dari sumber terbuka)

Simbiosis Transaksional Rusia-China-Korut

Paparo mengatakan Korea Utara mengirim "ribuan, mungkin ratusan ribu peluru artileri" dan ratusan rudal jarak pendek ke Rusia.

Harapannya, katanya, Pyongyang akan mendapatkan dukungan pertahanan udara dan rudal permukaan-ke-udara.

“Ini adalah simbiosis transaksional di mana masing-masing negara memenuhi kelemahan negara lain demi keuntungan bersama bagi masing-masing negara,” kata Paparo.

Dalam sambutan pembukaannya, Senator Roger Wicker dari Mississippi, ketua komite Partai Republik, mengatakan kalau kemesraan yang lebih erat antara Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara “harus menjadi perhatian besar bagi semua pihak di Barat.

"Kekhawatiran ini kemudian harus mengarah pada tindakan. Jika kita ingin menjaga perdamaian dan stabilitas global, kita harus terus mengambil langkah-langkah sekarang untuk membangun kembali militer kita dan membangun kembali pencegahan,” kata senator tersebut.

Brunson lalu mengatakan Korea Utara telah menunjukkan kemampuan untuk mengirim amunisi dan pasukan ke Rusia sambil memajukan pengembangan kemampuan militernya sendiri, termasuk senjata hipersonik.

Pyongrang, katanya, “membanggakan pasukan militer yang diperlengkapi, diperkuat, dan dimodernisasi Rusia dengan jumlah lebih dari 1,3 juta personel.”

Upaya Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik canggih "menimbulkan ancaman langsung terhadap tanah air dan sekutu kami," tambah Paparo.

Korea Utara juga telah mengirim ribuan tentara untuk bertempur bersama Rusia melawan Ukraina.

Adapun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia secara aktif merekrut warga negara Tiongkok untuk bertempur bersama pasukannya dalam perang Ukraina.

Ia mengatakan lebih dari 150 tentara bayaran tersebut sudah aktif dalam pertempuran tersebut dengan sepengetahuan Beijing.

Baca juga:  Seputar Perekrutan Ratusan WN China oleh Tentara Rusia: Dari TikTok ke Medan Perang Ukraina

TENTARA CHINA - Tangkapan layar Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperlihatkan momen di mana Dinas Kemanan Ukraina tengah menginterogasi salah seorang warga negara China yang diduga ikut berperang di pasukan Rusia pada Selasa (8/4/2025). Zelensky mengaku telah menangkap dua warga negara China yang diduga kuat ikut berperang di unit pasukan Rusia.
TENTARA CHINA - Tangkapan layar Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperlihatkan momen di mana Dinas Kemanan Ukraina tengah menginterogasi salah seorang warga negara China yang diduga ikut berperang di pasukan Rusia pada Selasa (8/4/2025). Zelensky mengaku telah menangkap dua warga negara China yang diduga kuat ikut berperang di unit pasukan Rusia. (Telegram Zelenskiy Official)

Senat AS Cemas Sikap Trump

Dalam komentar lainnya, Senator Jack Reed dari Rhode Island, anggota Demokrat senior di panel tersebut, mengatakan para pengamat khawatir kalau Presiden Donald Trump akan “mengurangi kehadiran pasukan AS di Korea dan Jepang, mengurangi latihan militer dengan kedua negara, dan mengurangi rencana untuk Markas Besar Pasukan Gabungan di Jepang.” 

Trump, dengan visinya untuk mengurangi bantuan apa pun AS ke negara lain sebagai upaya mengembalikan 'kejayaan' negara itu, memang ingin menarik mundur sebagian pasukan-pasukan AS dari berbagai belahan dunia, utamanya yang kurang memberi kontribusi bagi Washington.

Baca juga: AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur

Tindakan apa pun seperti itu, katanya, akan menabur “benih keraguan” tentang stabilitas dan kepercayaan Amerika.

Ia juga mempertanyakan apakah langkah terbaru Pentagon untuk memindahkan kapal induk dan batalion rudal Patriot dari kawasan Pasifik ke Timur Tengah telah merugikan kesiapan militer dalam komando Indo-Pasifik.

Paparo mengatakan kalau ia 'berutang' kepada kepala pertahanan dan presiden "kewaspadaan terus-menerus" mengenai masalah tersebut.

Paparo berjanji akan tetap berada dalam kewaspadaan tinggi soal apakah pasukan tersebut dapat kembali ke Pasifik jika tiba-tiba ada "ancaman dengan prioritas lebih tinggi" di wilayahnya.

Baca juga: Tanda Perang Besar, AS Pindahkan Batalyon Rudal Patriot ke Timur Tengah, Bantu Israel Lawan Iran Cs

 

(oln/ap/*)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan