Kamis, 18 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Semakin Persulit Negosiasi dengan Hamas, Menhan Israel Ungkap Pasukannya Akan Tetap Berada di Gaza

Pasukan Israel ditegaskan akan tetap berada di apa yang disebut zona keamanan di Gaza, tapi akan mempersulit pembicaraan dengan Hamas.

IDF
PASUKAN PERTAHANAN ISRAEL - Foto yang diambil dari laman resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tanggal 15 April 2025 memperlihatkan personel IDF sedang beraksi di Jalur Gaza. Pasukan Israel ditegaskan akan tetap berada di apa yang disebut zona keamanan di Gaza, tapi akan mempersulit pembicaraan dengan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pasukan Israel akan tetap berada di apa yang disebut zona keamanan di Jalur Gaza, Lebanon, dan Suriah tanpa batas waktu.

Pernyataan Israel Katz ini dapat semakin mempersulit pembicaraan dengan Hamas mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera.

"Tidak seperti di masa lalu, (militer Israel) tidak mengevakuasi wilayah yang telah dibersihkan dan direbut," kata Israel Katz dalam sebuah pernyataan, Rabu (16/4/2025), dilansir AP News.

"Militer akan tetap berada di zona keamanan sebagai penyangga antara musuh dan masyarakat (Israel) dalam situasi sementara atau permanen apa pun di Gaza — seperti di Lebanon dan Suriah," jelasnya.

Sementara itu, Hamas mengatakan tidak akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa tanpa penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan gencatan senjata yang langgeng.

"Mereka berjanji bahwa para sandera akan didahulukan. Dalam praktiknya, Israel memilih untuk merebut wilayah sebelum para sandera," kata organisasi utama yang mewakili keluarga para sandera dalam sebuah pernyataan.

“Ada satu solusi yang diinginkan dan layak, yaitu pembebasan semua sandera sekaligus sebagai bagian dari kesepakatan, bahkan dengan mengorbankan berakhirnya perang,” tambah organisasi itu.

Hamas Minta Pasukan Israel Mundur

Hamas telah berulang kali menggambarkan seruan untuk melucuti senjata sebagai garis merah yang tidak akan dilintasinya.

Hamas juga telah mengatakan pasukan Israel harus mundur dari Gaza di bawah gencatan senjata permanen apa pun.

"Setiap gencatan senjata yang tidak memiliki jaminan nyata untuk menghentikan perang, mencapai penarikan penuh, mencabut blokade, dan memulai rekonstruksi akan menjadi jebakan politik," kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Rabu, dikutip dari Arab News.

Baca juga: Ratusan Pemukim Ilegal Israel Serbu Makam Yusuf di Bawah Perlindungan Tentara Israel

Dua pejabat Israel mengatakan minggu ini bahwa tidak ada kemajuan dalam pembicaraan, meskipun ada laporan media tentang kemungkinan gencatan senjata untuk memungkinkan pertukaran beberapa dari 59 sandera yang masih ditahan di Gaza dengan tahanan Palestina.

Pejabat Israel mengatakan peningkatan tekanan militer akan memaksa Hamas untuk membebaskan para sandera.

Namun, pemerintah telah menghadapi demonstrasi besar-besaran oleh pengunjuk rasa Israel yang menuntut kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan mendapatkan mereka kembali.

Sebagai informasi, serangan Israel di Gaza menewaskan 22 orang lainnya, menurut pejabat kesehatan setempat, termasuk seorang gadis yang belum berusia satu tahun.

Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan penangguhan masuknya bahan bakar, medis, dan pasokan makanan oleh Israel sejak awal Maret 2025 telah mulai menghambat pekerjaan beberapa rumah sakit yang masih beroperasi, dengan persediaan medis yang menipis.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan