Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
RUU Pajak Trump Tuai Kecaman, Elon Musk Sebut Picu Defisit dan Utang Raksasa
Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan pengeluaran terbaru yang diajukan Presiden Donald Trump menuai kecaman tajam, bahkan dari Elon Musk.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan pengeluaran terbaru yang diajukan Presiden AS, Donald Trump menuai kecaman tajam, bahkan dari Elon Musk.
Bos Tesla dan SpaceX itu menyebut RUU tersebut sebagai 'kekejian yang menjijikkan'.
RUU tersebut, yang sudah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat bulan lalu, mencakup keringanan pajak senilai triliunan dolar, peningkatan belanja pertahanan, dan pelonggaran batas pinjaman pemerintah federal.
Namun, menurut Musk, langkah ini justru akan memperparah defisit anggaran dan membebani rakyat Amerika dengan utang besar yang tidak berkelanjutan.
"RUU tersebut 'menjijikkan dan penuh dengan omong kosong', dan akan mendorong defisit menjadi $2,5 triliun, sebuah angka yang “gila dan tidak bisa dibenarkan," katanya, dikutip dari BBC.
“Kita tidak bisa membebani rakyat Amerika dengan utang sebesar ini,” tegas Musk.
Kritik Musk dianggap sebagai pukulan politik bagi Partai Republik.
Sebagai salah satu donatur terbesar kampanye Trump, menyumbang lebih dari 250 juta USD pada tahun lalu, seruan Musk untuk “memecat semua politisi yang mengkhianati rakyat” pada pemilu November mendatang memberi sinyal potensi perpecahan di dalam kubu konservatif.
Namun, para analis politik menilai pengaruh Musk tidak sebesar Trump dalam menggerakkan basis pemilih Partai Republik.
"Apa pun yang dikatakan Elon Musk, dia tetap nomor dua setelah Presiden Trump,” ujar Senator Republik Shelley Moore Capito dari Virginia Barat, dikutip dari AP News.
Secara bisnis, Musk juga berpotensi terdampak langsung.
RUU Trump diketahui akan memangkas pendanaan untuk kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan, sektor yang menjadi inti bisnis Tesla.
Baca juga: Respons Elon Musk soal Mata Lebam saat Temui Trump di Gedung Putih
Selain itu, proposal pemotongan pajak juga menyasar bantuan asing, USAID, serta media publik seperti NPR dan PBS.
Ketika ditanya tentang pernyataan Musk, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan, “Presiden tahu posisi Elon Musk soal RUU ini.”
Ia menegaskan bahwa Trump tetap mendukung penuh rancangan tersebut.
Di sisi lain, para Demokrat menyambut komentar Musk meski sebelumnya kerap mengkritiknya.
“Bahkan Elon Musk, yang jadi bagian dari proses ini dan sahabat Trump, kini menentang RUU tersebut. Itu menunjukkan betapa buruknya isi RUU ini,” ujar Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer.
Trump dan kubu Republik di Kongres telah memasang target untuk mengesahkan RUU ini sebelum 4 Juli 2025.
Sebagai upaya menenangkan kubu konservatif yang tidak setuju, Trump juga mengusulkan pemangkasan pengeluaran sebesar 9,4 miliar USD, sebagian besar berasal dari hasil evaluasi tim Doge yang dipimpin Musk.
Sebagai informasi, Musk secara mengejutkan mengundurkan diri dari pemerintah pekan lalu, setelah 129 hari menjabat sebagai pemimpin tim efisiensi anggaran yang dikenal sebagai Doge.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Elon Musk dan Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.