Kamis, 11 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Militer Israel Kolaps, Butuh 10.000 Prajurit Tambahan untuk Tutupi Kekosongan di Medan Perang

Militer Israel resmi mengakui kekurangan personel hingga lebih dari 10.000 tentara, termasuk 6.000 prajurit tempur di tengah operasi melawan Hamas

IDF/Ynet/Tangkap Layar
ISRAEL KRISIS PASUKAN - Juru bicara Angkatan Darat, Efi Defrin mengaku bahwa militer Israel saat ini mengalami kekurangan personel hingga lebih dari 10.000 tentara, termasuk 6.000 prajurit tempur di tengah operasi melawan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel resmi mengakui kekurangan personel di tengah operasi militer melawan militan Hamas di medan Pertempuran Gaza.

Hal itu diungkap Juru bicara Angkatan Darat, Efi Defrin, dalam keterangan resminya ia menjelaskan bahwa pasukan Israel mengalami kekurangan personel hingga lebih dari 10.000 tentara, termasuk sekitar 6.000 prajurit tempur.

Defrin, menyebutkan bahwa unit-unit tempur, termasuk infanteri dan teknik, telah kehilangan banyak prajurit akibat kematian, hingga cedera serius.

Al Mayadeen mencatat setidaknya lebih dari 10.000 personel terluka atau tewas sejak Oktober 2023, termasuk banyak perwira tinggi dan kerusakan besar di unit-unit kritikal

Situasi ini diperparah dengan menurunnya jumlah personel yang bersedia kembali ke medan perang.

"Cadangan kami lelah, banyak dari mereka mengalami tekanan mental berat dan tidak mampu lagi menjalankan tugas militer secara penuh," ujar Defrin dalam konferensi pers di Tel Aviv.

Imbas krisis ini, beberapa unit penting kini kekurangan personel, bahkan dalam posisi komando menengah.

Pemicu Israel Krisis Pasukan

Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi lonjakan krisis pasukan, termasuk memperpanjang masa wajib militer selama empat bulan, dan mempercepat perekrutan dari komunitas Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi).

Namun, hasilnya minim. Dari 18.000 surat panggilan yang dikirim, hanya sekitar 232 pendaftar yang merespons.

Ketergantungan besar pada tentara cadangan juga menjadi hambatan. Para cadangan yang dipanggil ulang umumnya sudah kembali ke kehidupan sipil, bekerja, atau berkeluarga.

Baca juga: Israel Krisis Tentara Militer, Pasukan Zionis Kurang Terlatih Bahkan Disebar ke Medan Perang Gaza

Banyak dari mereka menyatakan kelelahan serta kekecewaan karena merasa negara tidak memberikan dukungan atau kompensasi layak.

Terbaru, Sementara itu Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, telah memerintahkan pembentukan unit tambahan seperti batalyon teknik dan brigade pengintaian untuk memperkuat kesiapan.

Akan tetapi pada akhirnya perluasan ini justru menambah kebutuhan personel yang belum mampu dipenuhi.

Alasan ini membuat jumlah pasukan yang bertempur di medan perang terus menyusut.

Analis pertahanan menyebut krisis ini sebagai yang paling parah dalam dua dekade terakhir, dan dapat mengganggu stabilitas operasi militer Israel ke depan.

Tanpa pasokan personel baru yang cukup, Israel dikhawatirkan kesulitan mempertahankan intensitas serangan di Gaza maupun menghadapi ancaman dari Hizbullah di utara.

Israel Hadapi Krisis Peralatan

Di tengah intensitas konflik yang terus berlanjut di Jalur Gaza, militer Israel kini dilaporkan menghadapi krisis serius dalam ketersediaan peralatan tempur.

Kondisi ini memperburuk situasi internal setelah sebelumnya mengakui kekurangan lebih dari 10.000 tentara.

Sejumlah laporan dari sumber militer menyebutkan bahwa unit-unit di garis depan mengalami kekurangan alat pelindung, amunisi, kendaraan lapis baja, hingga sistem komunikasi taktis.

Beberapa batalyon infanteri juga dilaporkan menggunakan peralatan yang telah usang dan tak layak operasi imbas kurangnya ketersediaan peralatan tempur.

“Pasukan kami kekurangan helm, rompi anti-peluru, bahkan ransum standar. Bahkan banyak pasukan terpaksa menggunakan peralatan darurat atau mengambil milik pasukan yang gugur di medan perang, ” ungkap seorang perwira senior kepada media lokal.

Sejak operasi militer dimulai pada Oktober 2023, ratusan kendaraan tempur dilaporkan hancur, termasuk tank Merkava dan pengangkut personel lapis baja.

Selain itu, depot-depot logistik utama di selatan Israel telah kewalahan memenuhi permintaan pasukan yang ditempatkan di Gaza dan perbatasan Lebanon.

Namun imbas terganggunya upaya distribusi akibat serangan roket yang merusak jalur logistik, Israel kesulitan untuk meregenerasi peralatan tempurnya.

Pemerintah Israel sejauh ini belum memberikan rincian resmi soal skala krisis logistik tersebut.

Akan tetapi, para analis militer menyebut situasi ini sebagai kegagalan sistemik dalam rantai pasokan militer.

“Ketika pertempuran berlangsung begitu lama, cadangan logistik yang tidak diperbarui akan runtuh. Ini bukan hanya soal uang, tapi soal perencanaan dan kesiapan negara,” ujar Eli Ben-Meir, mantan kepala intelijen militer Israel.

(Tribunnews/Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan