Jumat, 15 Agustus 2025

Pendaki Tewas di Gunung Rinjani

4 Hal yang Membuat Netizen Brasil Marah soal Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani

Tewasnya Juliana Marins, seorang turis Brasil setelah jatuh dari tebing di Gunung Rinjani mengundang reaksi kemarahan netizen Brazil.

Instagram @ajulianamarins/@natadecoco_ee
TEWASNYA JULIANA MARINS - Foto memperlihatkan sosok Juliana Marins, pendaki asal Brasil semasa hidup, dan posisinya ketika terjatuh di Gunung Rinjani. Tewasnya Juliana Marins, mengundang reaksi kemarahan netizen Brasil. 

TRIBUNNEWS.COM - Tewasnya Juliana Marins, seorang turis Brasil berusia 27 tahun setelah jatuh dari tebing di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengundang reaksi kemarahan netizen Brasil.

Kemarahan netizen Brasil terhadap insiden yang dialami Juliana Marins berasal dari sejumlah faktor.

Mulai dari dugaan lambatnya operasi penyelamatan hingga keengganan awal pemerintah Brasil membiayai repatriasi jenazahnya Juliana Marins.

Dikutip dari CNN Brasil, Juliana Marins diketahui merupakan seorang penari pole dance profesional dari Niterói, Rio de Janeiro.

Perjalanan backpacker-nya keliling Asia Tenggara sudah dimulai sejak Februari lalu.

Insiden Juliana Marins jatuh sekitar 600 meter dari tebing di Gunung Rinjani terjadi pada Sabtu (21/6/2025).

Tim SAR mencapai korban dan memastikan Juliana telah meninggal dunia pada Selasa (24/6/2025).

PROSES EVAKUASI JULIANA MARINS - Agam Rinjani (kiri) saat menginap bersama rekan-rekan tim SAR lainnya di jurang Gunung Rinjani, Selasa (24/6/2025) malam, ketika proses mengevakuasi jenazah WN Brasil, Juliana Marins (kanan). Agam dan rekan-rekannya menginap satu malam bersama jenazah Juliana, sebelum akhirnya dievakuasi pada Rabu (25/6/2025).
PROSES EVAKUASI JULIANA  - Agam Rinjani (kiri) saat menginap bersama rekan-rekan tim SAR lainnya di jurang Gunung Rinjani, Selasa (24/6/2025) malam, ketika proses mengevakuasi jenazah WN Brasil, Juliana Marins (kanan). Agam dan rekan-rekannya menginap satu malam bersama jenazah Juliana, sebelum akhirnya dievakuasi pada Rabu (25/6/2025). (Instagram @tyo_survival/@ajulianamarins)

Berikut setidaknya empat alasan yang memantik amarah netizen Brasil, yang diserukan melalui berbagai platform, termasuk di kolom komentar akun Instagram resmi Presiden Prabowo Subianto dan Basarnas.

1. Evakuasi Juliana Marins Dianggap Lambat

Diketahui Juliana dikabarkan jatuh di area Cemara Nunggal pada Sabtu pagi sekira pukul 06.30 WITA.

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menerima laporan Juliana jatuh sekitar pukul 09.40 WITA. 

Baca juga: Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani Menyudutkan Presiden Brasil Jelang Pemilu, Surveinya Turun

Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, TNGR, BPBD, hingga sukarelawan mulai dikerahkan.

Sore harinya, seperti video viral, drone yang dioperasikan turis Spanyol merekam Juliana masih hidup,

Juliana tampak duduk dan bergerak di tanah berabu.

“Butuh waktu lama bagi mereka menolong Juliana. Ini memalukan!” tulis akun @patri******.

“Kami orang Brasil kecewa dengan pemerintah Indonesia,” kata akun lain, @eulo******.

Diketahui, pada hari Juliana jatuh, Tim SAR turun hingga 300 meter pada hari itu, namun gagal menemukan Juliana karena kabut tebal dan medan berbahaya.

Selanjutnya, tim SAR menerbangkan drone pada Minggu pagi (22/6/2025) dan menunjukkan Juliana tidak lagi di lokasi awal, diduga tergelincir lebih jauh ke jurang.

Hingga Senin (23/6/2025), drone thermal mendeteksi Juliana pada kedalaman 500 meter dalam kondisi tak bergerak. Baru pada Selasa, tim SAR mencapai korban dan memastikan Juliana telah meninggal dunia.

2. Video Tunjukkan Korban Masih Sadar

PENDAKIT RINJANI JATUH - (Kanan) Foto Juliana Marins yang diunduh di akun Instagram @resgatejulianamarins, pada Selasa (24/6/2025) dan (Kiri) Tangkapan layar video pendaki Rinjani jatuh, Sabtu (21/6/2025). Pendaki tersebut merupakan Juliana Marins (27) warga negara (WN) Brasil.
PENDAKIT RINJANI JATUH - (Kanan) Foto Juliana Marins yang diunduh di akun Instagram @resgatejulianamarins, pada Selasa (24/6/2025) dan (Kiri) Tangkapan layar video pendaki Rinjani jatuh, Sabtu (21/6/2025). Pendaki tersebut merupakan Juliana Marins (27) warga negara (WN) Brasil. (Kolase: Instagram @resgatejulianamarins dan TribunLombok.com/Istimewa)

Video rekaman drone yang viral menjadi salah satu publikasi yang memantik reaksi kemarahan netizen Brazil.

Narasi keterlambatan penyelamatan Juliana berulang kali disampaikan netizen Brasil.

Seorang netizen Brasil di X, @fod**da menulis, "Juliana TIDAK mati karena jatuh! Drone merekam dia masih hidup, duduk, meski terluka. Indonesia negligen, jika cepat bertindak, dia bisa selamat!"

Netizen Brasil juga menyoroti Juliana telantar tanpa makanan, air, atau pakaian hangat di suhu dingin dan kabut tebal selama lebih dari 60 jam.

"Mereka bilang tidak bisa kirim air dengan drone karena takut Juliana bergerak dan jatuh lagi, tapi dia tetap tergelincir! Juliana mati karena kelalaian, bukan jatuh!" tulis @r**iwrs.

Diketahui, kritik intens dari netizen Brasil dan keluarga juga mendapat reaksi balik dari netizen Indonesia, yang 'membalas Brasil'.

Netizen Indonesia membela Tim SAR Gabungan yang telah melakukan operasi evakuasi semaksimal mungkin.

Seperti sorotan terkait drone yang tidak bisa mengangkut logistik berat karena risiko angin kencang.

"Drone perekam tidak kehabisan daya, tapi drone logistik butuh spesifikasi khusus. Ini yang netizen Brasil tidak paham!" tulis @Hj**tler.

3. Beda Keterangan Hasil Autopsi dan Laporan Awal

Media Brasil, dm.com.br, menyoroti perbedaan perbedaan keterangan waktu Juliana Marins meninggal dunia.

Media tersebut menyoroti statemen Dokter Forensik Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) Ida Bagus Alit yang menyebut Juliana Marins meninggal pada Rabu (25/6/2025) antara pukul 01.00 dan 13.00.

Namun, perkiraan waktu kematian Juliana ini memunculkan pertanyaan terhadap laporan sebelumnya dari Basarnas yang menyatakan Juliana Marins ditemukan sudah dalam keadaan meninggal pada Selasa malam (24/6/2025).

Penyebab kematian, menurut dokter forensik tersebut, adalah benturan keras yang menyebabkan kerusakan pada organ dalam dan pendarahan.

Menurut dokter yang melakukan autopsi, Juliana kemungkinan masih bertahan hidup setidaknya selama empat hari setelah terjatuh pertama kali.

Namun, dokter menekankan sangat sulit untuk memastikan waktu kematian secara tepat karena sejumlah faktor, seperti cara jenazah dipindahkan, yang memakan waktu berjam-jam, serta faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.

4. Pemerintah Brasil dan Indonesia Dituding Kurang Tanggung Jawab 

Sementara itu kritik juga disampaikan pihak keluarga kepada pemerintah Indonesia dan Brasil.

Dilansir people.com, ayah Juliana Marins, Manoel Marins, mengkritik Pemerintah Brasil yang dinilai tidak responsif

Sebelumnya, Manoel mengatakan bahwa pihak kedutaan tidak memberikan dukungan apa pun kepada keluarga.

“Pemerintah Brasil, yang telah kami coba hubungi, juga tidak membantu kami,” ujar Marins kepada TV Globo, seperti dikutip The Daily Beast dan Newsweek.

“Ini sangat menyedihkan dan sungguh serius. Dia adalah seorang gadis berusia 26 tahun, warga negara Brasil, dan tidak ada—kecuali keluarga dan teman—yang peduli.”

Keluarga Juliana juga menuduh bahwa Tim SAR di Indonesia memanipulasi video penyelamatan, serta memberikan klaim yang menyesatkan bahwa Juliana telah diberikan makanan dan air, menurut laporan The Daily Beast.

“Pemerintah Indonesia berbohong, dan kedutaan tidak memverifikasi fakta sebelum memberi informasi kepada kami,” kata saudara perempuan Juliana, Marianna. “Dia tidak menerima pasokan bantuan apa pun.”

Pemicu kemarahan signifikan lainnya adalah sikap awal pemerintah Brasil mengenai biaya repatriasi jenazah Juliana, yang kemudian berubah secara drastis di bawah tekanan publik.

Awalnya, Kementerian Luar Negeri Brasil (Itamaraty) menyatakan bahwa tanggung jawab dan biaya repatriasi jenazah warga negara Brasil yang meninggal di luar negeri berada pada keluarga.

Mereka mengutip undang-undang Brasil yang ada yang "secara tegas melarang" penggunaan dana publik untuk layanan semacam itu. 

Tetapi, Presiden Brasil, Lula menyatakan pada Kamis sore bahwa ia telah memerintahkan pemulangan jenazah Juliana Marins, sebagaimana dilansir CNN Brasil.

Di media sosial, Lula menyampaikan bahwa ia berbicara dengan ayah Juliana, Manoel Marins, “untuk menyampaikan solidaritas di saat penuh duka ini”.

Pihak yang dekat dengan presiden mengatakan kepada CNN bahwa undang-undang yang mengatur bantuan konsuler memiliki celah hukum yang memungkinkan dilakukannya pemulangan jenazah, dan bahwa hal ini merupakan keputusan Presiden Lula.

(Tribunnews.com/Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan