Minggu, 24 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Terbuka untuk Gencatan Senjata, tapi Tolak Tawaran Trump: Kami Ingin Perang Berakhir Total

Hamas menyatakan keterbukaannya terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Israel, namun menolak usulan terbaru yang didukung Presiden AS Trump.

Anews/File
SAYAP MILITER HAMAS - Seorang petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer beberapa waktu lalu di Jalur Gaza. Hamas menyatakan keterbukaannya terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Israel, namun menolak usulan terbaru yang didukung Presiden AS Trump. 

TRIBUNNEWS.COM - Hamas menyatakan keterbukaannya terhadap perjanjian gencatan senjata dengan Israel, namun menolak usulan terbaru yang didukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

Kelompok militan Palestina tersebut menegaskan bahwa syarat utama dari setiap kesepakatan adalah penghentian penuh perang di Jalur Gaza.

Pejabat senior Hamas, Taher al-Nunu, mengatakan bahwa pihaknya "siap dan serius untuk mencapai kesepakatan", dikutip dari The New Arab.

Namun, ia menambahkan bahwa Hamas hanya akan menerima inisiatif yang "secara jelas mengarah pada penghentian perang secara menyeluruh."

Pernyataan ini muncul menjelang pertemuan delegasi Hamas dengan mediator dari Mesir dan Qatar di Kairo pada hari Rabu (2/7/2025).

Menurut seorang pejabat Mesir yang tidak disebutkan namanya, diskusi ini akan membahas usulan gencatan senjata terbaru yang diumumkan oleh Trump.

Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa Israel telah menyetujui gencatan senjata selama 60 hari dan mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan sebelum kondisi semakin memburuk.

Presiden AS itu mengatakan periode gencatan senjata tersebut dimaksudkan untuk membuka jalan menuju akhir perang, meskipun Israel sendiri menyatakan tidak akan menghentikan pertempuran hingga Hamas benar-benar dikalahkan.

Selama hampir 21 bulan konflik, pembicaraan gencatan senjata antara kedua belah pihak berulang kali gagal karena perbedaan pandangan soal akhir perang. 

Hamas mengatakan siap membebaskan 50 sandera yang tersisa, sebagian besar diyakini masih hidup, jika Israel menarik seluruh pasukannya dari Gaza dan menghentikan serangan militer secara total, dikutip dari AP News.

Di sisi lain, Israel menegaskan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas menyerah sepenuhnya, melucuti senjatanya, dan meninggalkan posisi kekuasaan, sebuah tuntutan yang tidak diterima oleh Hamas.

Pejabat Israel menyebut bahwa proposal terbaru mencakup penarikan sebagian pasukan Israel dan peningkatan bantuan kemanusiaan di Gaza.

Namun, Israel belum secara resmi berkomitmen untuk mengakhiri perang dalam kesepakatan tersebut.

Baca juga: Trump: Israel Setuju Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza, Mesir dan Qatar Siap Ajukan Proposal Final

Jumlah sandera yang akan dibebaskan juga belum dipastikan, namun sebelumnya disebutkan sekitar 10 orang.

Trump dijadwalkan akan menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Senin (7/7/2025) untuk membahas proposal ini lebih lanjut.

Pertemuan ini menyusul kunjungan penasihat senior Netanyahu, Ron Dermer, yang sebelumnya mengadakan pembicaraan dengan pejabat tinggi AS mengenai Gaza, Iran, dan isu lainnya.

Trump Peringatkan Hamas

Lewat media sosial, Trump kembali memperingatkan Hamas, menyatakan bahwa proposal ini adalah “kesempatan terbaik” bagi kelompok tersebut untuk menghentikan perang.

“Saya berharap, demi kebaikan Timur Tengah, Hamas menerima kesepakatan ini, karena kesepakatan ini tidak akan membaik, tetapi hanya akan menjadi lebih buruk,” tulis Trump.

Namun, Hamas menunjukkan skeptisisme terhadap tekanan Trump. 

Sejak awal perang, kelompok tersebut telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk mengakhiri konflik adalah penarikan penuh Israel, penghentian permanen agresi, dan pembebasan tahanan Palestina.

Menurut data terbaru, sekitar 50 sandera Israel masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diperkirakan masih hidup. 

Di sisi lain, lebih dari 10.400 warga Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel, di bawah kondisi yang dilaporkan mencakup penyiksaan, kelaparan, dan kurangnya perawatan medis.

Sejak konflik meletus pada Oktober 2023, lebih dari 56.600 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak , dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel.

Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan