Konflik Palestina Vs Israel
Israel Punya Antek-antek Baru, 2 Geng Bersenjata Palestina Perangi Hamas di Gaza dan Khan Yunis
Kedua kelompok bersenjata yang digunakan Pasukan Israel melawan Hamas di Jalur Gaza dilaporkan terafiliasi gerakan Fatah, unsur Otoritas Palestina
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Israel Punya Antek-antek Baru, 2 Geng Bersenjata Palestina Tandingi Hamas di Gaza dan Khan Yunis
TRIBUNNEWS.COM - Tentara pendudukan Israel (IDF) dilaporkan mulai bekerja sama dengan dua kelompok bersenjata yang beroperasi di kota Gaza dan Khan Yunis.
Kelompok-kelompok ini bekerja sama dengan pasukan Israel dan menerima dukungan logistik serta gaji dari Otoritas Palestina, sebagai bagian dari upaya untuk melemahkan kendali Hamas atas Jalur Gaza, menurut situs web Ynet pada Rabu (2/7/2025) malam.
Baca juga: Kota Israel Kembali Diguncang Roket: Hamas Kembali Menyala di Gaza, Tujuh IDF Tewas Disergap Qassam
Laporan tersebut mengindikasikan, kedua kelompok bersenjata, yang dituduh melakukan penjarahan dan menimbulkan kekacauan di Jalur Gaza, terkait dengan gerakan Fatah.
"Pejabat Otoritas Palestina bulan lalu mengisyaratkan, milisi tambahan mungkin bergabung dengan kelompok yang beroperasi di Gaza, selain milisi Abu Shaba," kata laporan itu.
Laporan tersebut juga menyatakan kalau tentara Israel telah mulai bekerja sama dengan kedua kelompok ini.
Musuh Lama Hamas
Lansiran tersebut menjelaskan kalau salah satu dari kedua kelompok tersebut saat ini aktif di lingkungan Shuja'iyya di Gaza timur, tempat pasukan pendudukan baru-baru ini melancarkan operasi terhadap benteng Hamas di daerah tersebut.
Geng ini dipimpin oleh Rami Halas, yang tinggal di daerah Tel al-Hawa, dan anggota kelompok tersebut telah lama berseteru dengan Hamas sejak Hamas mengambil alih Jalur Gaza pada tahun 2007.
Menurut sumber tersebut, pasukan pendudukan memberikan perlindungan langsung kepadanya dan kelompoknya.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa keluarga Helles merupakan salah satu keluarga terbesar di Gaza, dan mayoritas anggotanya berafiliasi dengan gerakan Fatah.
Salah satu tokohnya yang paling menonjol adalah Ahmed Helles (Abu Maher), seorang pemimpin Komite Sentral gerakan tersebut, yang dekat dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Kelompok kedua beroperasi di Khan Yunis, di Jalur Gaza selatan, dan dipimpin oleh Yasser Huneideq.
Menurut laporan tersebut, ia juga seorang aktivis Fatah dan menentang pemerintahan Hamas.
Menurut laporan tersebut, kelompok ini menerima dukungan Israel dalam bentuk senjata dan bantuan kemanusiaan, selain gaji dari Otoritas Palestina.
Menurut Ynet, kelompok ini bertindak sebagai "balas dendam" atas pembunuhan mantan Kolonel Keamanan Preventif Salama Barbakh, yang dibunuh oleh anggota Hamas pada tahun 2007 dan dianggap sebagai bagian dari faksi anti-Hamas dalam Fatah.

Menangguk di Air Keruh
Menurut laporan tersebut, kerja sama Israel dan kelompok bersenjata Palestina non-Hamas ini merupakan perwujudan perpecahan internal yang mendalam antara Fatah dan Hamas.
Israel kemudian seperti menangguk di air keruh dari situasi perpecahan internal sesama kelompok Palestina ini.
"Perpecahan ini ingin dimanfaatkan Israel untuk memperluas pengaruhnya di Gaza, meskipun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Jalur Gaza tidak akan menjadi "Hamastan" atau "Fatahstan"," kata laporan tersebut
Sebaliknya, laporan tersebut mengindikasikan bahwa anggota kelompok yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab belum berhasil memperluas kegiatan mereka, dan beroperasi terutama di dalam zona penyangga dekat Rafah.
Hanya sekitar 400 orang yang telah bergabung dalam barisannya, dan belum mampu membentuk suatu entitas organisasi.
Kementerian Dalam Negeri Palestina yang dipimpin Hamas di Jalur Gaza memberi Abu Shabab waktu sepuluh hari untuk menyerahkan diri, dan menuduhnya dengan berbagai tuduhan.
Tuduhan itu berkategori serius termasuk "pengkhianatan," "spionase," "membentuk sel bersenjata," dan "pemberontakan bersenjata."
"Kementerian Hamas mengancam akan mengadilinya secara in absentia jika ia tidak menuruti perintah tersebut," kata laporan tersebut.
Bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui bahwa Israel mendukung kelompok bersenjata di Gaza yang menentang Hamas, tanpa menyebut nama mereka.
Namun, media Israel melaporkan bahwa di antara mereka ada geng "Abu Shabab".

Geng Kriminal Penjarah Truk Bantuan
Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, sebuah lembaga pemikir Barat, menggambarkan Yasser Abu Shabab sebagai pemimpin "geng kriminal yang beroperasi di wilayah Rafah, yang dituduh menjarah truk bantuan."
Ditambahkannya, ia diyakini pernah dipenjara oleh Hamas atas tuduhan perdagangan narkoba.
Otoritas Peradilan Militer, yang berafiliasi dengan Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza, mengumumkan pada hari Rabu bahwa "Pengadilan Revolusioner di Jalur Gaza telah memutuskan untuk memberikan terdakwa, Yasser Jihad Abu Shabab, sepuluh hari sejak hari ini, Rabu, untuk menyerahkan diri kepada otoritas yang berwenang untuk diadili di hadapan otoritas peradilan."
Keputusan tersebut, menurut pernyataan yang diterima AFP, mencakup tuduhan terhadap Abu Shabab, termasuk "pengkhianatan, bekerja sama dengan pihak yang bermusuhan, membentuk geng bersenjata, dan pemberontakan bersenjata."
Komisi tersebut mengancam bahwa "jika dia tidak menyerah, dia akan dianggap sebagai buronan keadilan dan akan diadili secara in absentia, sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Palestina No. 16 Tahun 1960 dan Undang-Undang Prosedur Revolusioner Tahun 1979."
(oln/khbrn/*)
Konflik Palestina Vs Israel
Netanyahu Dukung 'Israel Raya', Caplok Palestina, Yordania, Lebanon, Suriah, Irak, Mesir |
---|
Samir Halila Ditunjuk AS Jadi Gubernur Gaza setelah Perang, Palestina Mengecam |
---|
Delegasi Hamas Mendarat di Kairo, Siap Bahas Perundingan Gencatan Senjata Gaza 60 Hari |
---|
Netanyahu Diseret ke Pengadilan ICC, Dituding Terlibat Kasus Pembunuhan Jurnalis Al Jazeera di Gaza |
---|
Sosok Albanese, Pemimpin Australia yang Berani Akui Palestina dan Tegur Netanyahu |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.