Rabu, 27 Agustus 2025

KTT BRICS di Brasil

Untuk Pertama Kalinya, Xi Jinping Tidak Hadir dalam KTT BRICS, Ada Apa?

Presiden China Xi Jinping tidak hadir dalam KTT BRICS tahun ini, memicu banyak spekulasi.

|
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Situs resmi BRICS Brasil 2025 https://brics.br/ - Ricardo Stuckert/PR
XI JINPING ABSEN - Presiden China Xi Jinping menyambut Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dalam upacara penandatanganan resmi di Istana Rakyat di Beijing, Tiongkok, Mei 2025. Presiden China Xi Jinping tidak hadir dalam KTT BRICS tahun ini, memicu banyak spekulasi. 

TRIBUNNEWS.COM – Presiden China, Xi Jinping, tidak akan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang digelar pekan ini di Brasil.

Ini merupakan pertama kalinya seorang pemimpin tertinggi China absen dari pertemuan tersebut.

Dilansir Fox News, ketidakhadiran Xi langsung memicu spekulasi, terutama terkait dinamika politik dalam negeri di China serta kekompakan kelompok BRICS itu sendiri.

Sebagai penjelasan resmi, otoritas China menyebutkan adanya bentrok jadwal.

Disebutkan pula bahwa Xi Jinping telah lebih dahulu bertemu dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, awal tahun ini, menurut laporan South China Morning Post.

Xi digantikan oleh Perdana Menteri China, Li Qiang, untuk menghadiri KTT tersebut.

"Itu tidak masuk akal," kata Gordon Chang, pakar hubungan AS-China.

"Ada banyak negara lain di KTT BRICS, bukan hanya Brasil. Bagi saya, sangat signifikan bahwa Xi Jinping tidak hadir."

"Ini menunjukkan adanya gejolak di dalam negeri — ada tanda-tanda bahwa ia mulai kehilangan kendali atas militer, dan bahwa rival-rival sipilnya kembali menunjukkan pengaruh. Ini adalah salah satu gejalanya," tambah Chang.

Bryan Burack dari Heritage Foundation juga sepakat bahwa absennya Xi menandakan adanya persoalan yang lebih dalam.

"Ini merupakan indikasi lain bahwa BRICS tidak akan menjadi semacam 'negara jajahan' China di belahan bumi selatan," ujarnya.

BRICS - Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, dan Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa; Perdana Menteri India, Narendra Modi; dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, di KTT Pemimpin BRICS 2023 di Johannesburg.
BRICS - Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, dan Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa; Perdana Menteri India, Narendra Modi; dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, di KTT Pemimpin BRICS 2023 di Johannesburg. (Situs resmi BRICS Brasil 2025 https://brics.br/ - Ricardo Stuckert/PR)

Baca juga: Hadiri KTT BRICS di Brasil, Hotel Prabowo Menghadap ke Samudra Atlantik

Burack mencatat bahwa negara-negara seperti Brasil dan Indonesia baru-baru ini telah mengenakan tarif terhadap China terkait kelebihan kapasitas industri dan praktik dumping.

"China secara aktif merugikan hampir semua negara tersebut — dengan sedikit pengecualian — melalui kebijakan perdagangan yang tidak adil, praktik dumping, dan kelebihan kapasitas industri," katanya.

Ada Ketegangan dengan India?

Sejumlah analis juga menunjuk pada meningkatnya ketegangan antara China dan India sebagai faktor lain di balik absennya Xi Jinping dalam pertemuan puncak tersebut.

"Sebenarnya, China telah berkonflik dengan India selama beberapa dekade," ujar Burack.

"Kedua negara memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Sulit membayangkan China akan mengubah perilakunya dalam waktu dekat, dan itu akan menjaga ketegangan tetap tinggi."

Perdana Menteri India, Narendra Modi, diperkirakan akan memainkan peran utama dalam KTT kali ini, yang diduga menjadi salah satu alasan tambahan mengapa Xi Jinping tidak hadir.

Sementara itu, pemimpin utama lainnya, Presiden Rusia Vladimir Putin, dilaporkan hanya akan menyampaikan pidato melalui sambungan video.

Ia diwakilkan oleh menteri luar negerinya, Sergei Lavrov.

Sekilas tentang BRICS

BRIC awalnya dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, dan China pada tahun 2009. 

Afrika Selatan kemudian bergabung, mengubah nama kelompok menjadi BRICS.

Kelompok ini kerap dipandang sebagai penyeimbang kekuatan global non-Barat terhadap dominasi G7.

Dalam perkembangannya, BRICS telah memperluas keanggotaannya dengan mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan yang terbaru, Indonesia — memperkuat jejak ekonominya di panggung global.

Ekonom Christian Briggs menyoroti skala besar BRICS:

"Saat ini BRICS terdiri dari 12 anggota penuh dan hingga 23 negara jika menghitung mitra. Secara kolektif, mereka mewakili lebih dari 60 persen PDB dunia dan sekitar 75 persen populasi global. Mereka juga menguasai sumber daya alam besar serta porsi perdagangan global yang terus meningkat."

Baca juga: Tiba di Brasil, Prabowo Bawa Misi Indonesia Sebagai Anggota Baru BRICS

Namun, di balik skala tersebut, blok ini tetap terfragmentasi secara ideologis dan strategis.

"Ini adalah kumpulan negara yang sebagian besar saling tidak menyukai," kata Burack.

"China telah merugikan banyak dari mereka melalui praktik perdagangan yang tidak adil. Tidak banyak insentif bagi persatuan yang sejati."

KTT BRICS 2025

KTT BRICS 2025 akan menjadi pertemuan tahunan ke-17, dan akan berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6–7 Juli 2025.

Mengutip International Institute for Sustainable Development (IISD), Brasil yang tahun ini menjabat sebagai ketua BRICS, mengusung tema: “Memperkuat Kerja Sama Global Selatan untuk Tata Kelola yang Lebih Inklusif dan Berkelanjutan.”

Kepresidenan Brasil akan memprioritaskan dua hal utama:

  • Kerja Sama Global Selatan
  • Kemitraan BRICS untuk Pembangunan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Brasil juga mengusulkan fokus pada enam bidang inti:

  • Kerja sama kesehatan global
  • Perdagangan, investasi, dan keuangan
  • Perubahan iklim
  • Tata kelola kecerdasan buatan (AI)
  • Arsitektur perdamaian dan keamanan multilateral
  • Pembangunan kelembagaan

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan