Selasa, 9 September 2025

Lolos dari Maut, Bocah 7 Tahun Panjat Tempat Tidur Susun saat Banjir Bandang Terjang Texas

Tragedi banjir dahsyat di Texas akibat meluapnya air di Sungai Guadalupe menewaskan 109 jiwa, sementara lebih dari 160 orang masih belum ditemukan

Tangkap layar Instagram @kelir
BANJIR TEXAS - Foto yang diambil dari akun Instagram ibu penyitas @kelir, memperlihatkan Brock Davis yang berusia 7 tahun dan kakaknya Braeden Davis selamat dari banjir dahsyat Texas yang menyapu Camp La Junta, Hunt, Kerr County, akibat meluapnya Sungai Guadalupe. 

TRIBUNNEWS.COM – Banjir dahsyat menghantam Kota Texas, menyebabkan Sungai Guadalupe meluap, menyapu sejumlah wilayah di negara bagian Amerika Serikat itu hingga menenggelamkan dua perkemahan musim panas yang dipenuhi anak-anak.

Salah satu korban selamat, Brock Davis yang berusia 7 tahun, mengungkap bahwa ia dan kakaknya, Braeden Davis (9), tiba di Camp La Junta, Hunt, Kerr County, Texas.

Mereka mengikuti kegiatan hari pertama bersama ratusan anak laki-laki lainnya di Camp La Junta yang merupakan perkemahan musim panas. 

Namun pada tanggal 4 Juli 2025, hujan lebat sejak dini hari membuat Sungai Guadalupe meluap.

Sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 pagi, air mulai masuk ke area perkemahan, saat itu Brock dan 11 temannya tengah tertidur di ranjang susun.

Mengetahui air mulai memasuki camp perkemahan, Brock memanjat tempat tidur susun setinggi tiga tingkat yang menempel ke dinding kabin, hingga mencapai langit-langit untuk menyelamatkan diri dari derasnya arus.

Sementara kakaknya, Braeden, berada di kabin lain yang lebih tinggi dan tidak terkena banjir. Kabin tersebut kemudian menjadi tempat perlindungan sementara bagi anak-anak lainnya.

"Ia berhasil keluar hanya dengan celana pendek di tubuhnya. Bahkan ia tidak mengenakan baju, kaus kaki ataupun sepatu,” kata Keli, dikutip dari People, Rabu (9/7/2025).

“Saat ini ia masih tidak ingat bagaimana ia dikeluarkan dari kabin yang sudah terendam itu,” tambahnya.

Meski sama-sama berada di kawasan kamp, dua bersaudara itu tidak bertemu sepanjang hari dan tidak tahu apakah satu sama lain selamat.

Kondisi di dalam kamp memburuk. Ruang makan hancur, logistik minim, dan tidak ada akses listrik, sinyal seluler, atau Wi-Fi.

Baca juga: Pemilik Perkemahan di Texas Meninggal Dunia saat Menyelamatkan Anak-Anak dari Banjir

Garda Nasional akhirnya menjatuhkan makanan ringan seperti saus apel dan camilan dari udara untuk membantu anak-anak bertahan hidup hingga proses evakuasi dilakukan.

Pertemuan Penuh Haru di Gereja Kerrville

Sang ibu, Keli Rabon mulai menyadari ada situasi darurat setelah menerima pesan teks dari pihak kamp sekitar pukul 08.30 pagi.

Setelah melihat berita tentang banjir di media, ia langsung menempuh perjalanan empat jam dari Houston ke Kerrville dengan mobil,

Pada malam harinya, Brock dan Braeden akhirnya bertemu kembali dengan orang tua mereka di sebuah gereja lokal di Kerrville yang dijadikan pusat evakuasi.

“Hati saya seperti mau meledak karena rasa syukur saat melihat mereka selamat,” ucap Rabon penuh haru.

“Tapi juga menyakitkan karena saya tahu banyak keluarga lain malam itu tidak bisa memeluk anak-anak mereka.” imbuhnya.

Korban Tewas Tembus 109

Tragedi banjir di Texas akibat meluapnya air di Sungai Guadalupe, dilaporkan ABC News merupakan banjir dengan ketinggian air tertinggi kedua sepanjang sejarah.

Upaya pencarian dan penyelamatan korban banjir bandang di Texas masih terus dilakukan hingga Selasa (8/7), meskipun medan berat dan kondisi cuaca menjadi tantangan serius di lapangan.

Gubernur Greg Abbott pada Selasa (waktu setempat) menyampaikan bahwa setidaknya 109 jiwa tewas, sementara lebih dari 160 orang masih belum ditemukan per Rabu (9/7/2025).

"Hanya di wilayah Kerr County saja, ada 161 orang yang dilaporkan hilang," kata Abbott dalam konferensi pers.

Di lapangan, tim jurnalis AFP menyaksikan langsung petugas dan relawan menggali lumpur secara manual di tengah teriknya matahari dan sisa genangan banjir. Di kota Hunt, pusat dari bencana ini, suasana masih mencekam.

Seorang warga, Javier Torres (24 tahun), terlihat menggali reruntuhan rumah keluarganya untuk mencari jenazah sang nenek, setelah sebelumnya menemukan jasad sang kakek. Ia juga melaporkan menemukan dua jenazah anak-anak yang diduga hanyut terseret arus sungai.

Meskipun prakiraan cuaca menunjukkan hujan deras masih akan turun dalam beberapa hari ke depan, tim penyelamat menegaskan pencarian tetap dilanjutkan.

“Kami tidak akan mundur karena hujan,” tegas Ben Baker.

Krisis Iklim dan Faktor Lingkungan Jadi Pemicu

Pakar cuaca dari Climate Central, Shel Winkley, menyebut bahwa bencana ini diperparah oleh kondisi kekeringan ekstrem yang melanda Texas dalam beberapa bulan terakhir.

Tanah yang kering tidak mampu menyerap air hujan secara maksimal, sehingga aliran deras langsung terjadi di permukaan.

“Sejak Mei, suhu di kawasan ini jauh di atas normal. Tanah yang kering menyerap air jauh lebih sedikit,” jelas Winkley.

Direktur Media Climate Central, Tom Di Liberto, juga menyoroti krisis di Layanan Cuaca Nasional AS (NWS), yang kini mengalami kekurangan staf berpengalaman akibat pensiun dini dan pembatasan rekrutmen.

“Pengalaman di lembaga seperti ini tidak bisa digantikan begitu saja. Ini memengaruhi kecepatan dan akurasi sistem peringatan dini,” tambahnya.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan