Minggu, 21 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Trump: Itu Tak Bisa Dipalsukan

Netanyahu sebut tidak ada kelaparan di Jalur Gaza. Presiden AS Trump tak setuju dan sebut kelaparan yang ia lihat di TV tak bisa dipalsukan.

Facebook The White House
TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Jumat (11/7/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto di Gedung Putih, pada hari Senin (7/7/2025). Pada 28 Juli 2025, Trump kelaparan di Jalur Gaza tidak bisa dipalsukan, bertentangan dengan pendapat Netanyahu bahwa tidak ada kelaparan di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan ia percaya warga Palestina di Jalur Gaza sedang mengalami kelaparan, pandangan yang berbeda dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Karena itu, Trump mendorong dimulainya kembali perundingan gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), yang saat ini dimediasi oleh Qatar dan Mesir.

"Orang-orang di Gaza membutuhkan makanan dan keamanan sekarang juga. Saya ingin agar perundingan gencatan senjata dimulai kembali," kata Trump di luar hotelnya di Turnberry, South Ayrshire, pada hari Senin (28/7/2025).

Ketika ditanya apakah ia setuju dengan Netanyahu yang mengatakan tidak ada kelaparan di Gaza, Trump menjawab ia tidak tahu, seraya melanjutkan bahwa AS telah memberikan banyak bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

"Saya tidak tahu. Berdasarkan tayangan televisi, saya rasa tidak terlalu, karena anak-anak itu terlihat sangat kelaparan. Kita memberikan banyak uang dan banyak makanan, dan negara-negara lain kini mulai membantu," jelas Trump.

Ketika ditanya apakah Israel telah melakukan segala upaya untuk menghindari korban sipil, Trump berkata, "Tidak ada yang melakukan hal hebat di sana. Seluruh tempat ini berantakan ... Saya bilang ke Israel mungkin mereka harus melakukannya dengan cara yang berbeda."

Berbicara di samping Trump, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan peristiwa di Jalur Gaza adalah krisis kemanusiaan yang nyata.

"Masyarakat di Inggris muak dengan apa yang mereka lihat di layar mereka," katanya.

Presiden AS mengatakan dia tidak yakin apakah Hamas akan membebaskan sandera Israel yang tersisa yang ditahannya, seraya menuduh kelompok tersebut mencuri bantuan kemanusiaan yang ada di Gaza.

"AS telah memberikan banyak uang kepada Gaza untuk makanan dan lain-lain, banyak dari uang itu dicuri oleh Hamas dan banyak dari makanan itu dicuri," kata Trump.

Trump yakin Israel dapat melakukan banyak hal untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Baca juga: Palestina Sambut Konferensi Solusi Dua Negara di PBB, AS-Israel Memboikot

"Kita bisa menyelamatkan banyak orang di Gaza. Kelaparan memang nyata, dan ini sesuatu yang tidak bisa dipertanyakan atau dipalsukan. Israel mampu melakukan banyak hal untuk mengatasi akses pangan," kata Trump, dikutip dari The Guardian.

Ia juga menyinggung tentang lokasi sandera yang terkadang tidak bisa dijangkau oleh serangan Israel karena membahayakan nyawa mereka.

"Kami terkadang tahu di mana para sandera berada di Gaza, tetapi kami tidak ingin melancarkan serangan karena khawatir akan mengakibatkan kematian mereka," ujarnya.

Ditanya tentang komitmen pemerintah Inggris untuk mengakui negara Palestina, Trump berkata, "Saya tidak akan mengambil sikap, saya tidak keberatan dia (perdana menteri) mengambil sikap. Saya ingin rakyat diberi makan sekarang juga."

Ketika ditanya apakah Israel bisa berbuat lebih banyak, Trump juga berkata, "Saya pikir Israel bisa berbuat banyak."

Presiden AS menambahkan bahwa, ketika berbicara lagi dengan Netanyahu, ia akan mengatakan kepadanya, "Saya ingin dia memastikan mereka mendapatkan makanan. Saya ingin memastikan mereka mendapatkan makanan, setiap ons makanan."

Trump dan Starmer berbicara di luar hotel dan resor golf Trump Turnberry tempat mereka akan mengadakan pertemuan bilateral pada hari Senin.

Krisis di Gaza menjadi agenda utama perdana menteri Inggris dalam pembicaraannya dengan presiden AS. 

Pemerintah Inggris mengindikasikan sebelum pertemuan Keir Starmer akan mendesak Trump untuk mengambil sikap lebih tegas terhadap Israel dan mendorong dimulainya kembali perundingan gencatan senjata.

"Perdana Menteri akan mengadakan rapat kabinet darurat akhir pekan ini untuk membahas krisis di tengah kengerian internasional atas gambaran kelaparan di Jalur Gaza," bunyi pernyataan pemerintah Inggris sebelum pertemuan Keir Starmer dengan Trump.

Keir Starmer berada di bawah tekanan dari anggota senior kabinetnya dan lebih dari sepertiga anggota parlemennya untuk segera mengakui negara Palestina.

"Kita perlu menggalang dukungan dari negara-negara lain untuk menyalurkan bantuan tersebut, dan, ya, itu memang termasuk memberi tekanan kepada Israel, karena ini benar-benar bencana kemanusiaan," ujar Keir Starmer ketika bertemu Trump.

Setelah pertemuannya dengan Starmer, Trump mengatakan AS akan membantu untuk mengirim lebih banyak bantuan kemanusiaan.

 "Amerika Serikat akan membantu dengan makanan. Kita bisa menyelamatkan banyak orang. Maksud saya, beberapa dari anak-anak itu—itu benar-benar kelaparan, saya melihatnya. Anda tidak bisa berpura-pura. Jadi, kita akan lebih terlibat lagi," kata Trump.

Ia menambahkan bahwa AS akan mendirikan pusat pengelolaan makanan.

"AS akan mendirikan pusat-pusat makanan, dan kami akan melakukannya bersama-sama dengan beberapa orang yang sangat baik,” bersama dengan Inggris dan “semua negara Eropa, bergabung dengan kami," katanya.

Trump mengatakan bahwa pusat makanan baru tersebut tidak akan memiliki batas dan orang-orang dapat masuk begitu saja.

"Kita tidak akan memasang pagar di mana mereka bisa melihat makanan dari jarak 30 yard, dan mereka melihat makanannya, semuanya ada di sana, tetapi tidak ada yang bisa mengambilnya karena mereka memasang pagar, sehingga tidak ada yang bisa mengambilnya. Gila sekali apa yang terjadi di sana," katanya tentang situasi saat ini.

Sementara itu, Israel mengatakan tidak ada kelaparan yang meluas di Gaza.

Netanyahu menegaskan bahwa foto-foto tersebut merupakan kasus-kasus yang terisolasi atau menyesatkan.

Namun, militer Israel pada hari Senin mulai menghentikan semua pertempuran di sebagian besar wilayah Jalur Gaza selama 10 jam setiap hari, sambil memfasilitasi lonjakan bantuan melalui darat dan udara.

Bencana Kelaparan dan Pengiriman Bantuan di Jalur Gaza

Pengepungan Israel di Jalur Gaza memperburuk krisis pangan dan bencana kelaparan, tercatat 147 orang meninggal karena kelaparan dan malnutrisi, termasuk 88 anak-anak sejak Oktober 2023.⁣ 

Selama 24 jam terakhir, 14 orang lagi dilaporkan meninggal akibat kelaparan, termasuk 2 anak-anak, menurut laporan Anadolu Agency.

Sejak 2 Maret 2025, Israel menutup semua penyeberangan ke Jalur Gaza dan mencegah masuknya bantuan makanan dan medis, yang menyebabkan kelaparan menyebar di Jalur Gaza.

Berton-ton bantuan menumpuk di pintu perbatasan Sinai di Mesir menuju Rafah di Jalur Gaza selatan, dan penyeberangan Kerem Shalom di perbatasan Mesir, Gaza, Israel.

Pada 25 Juli, Israel yang mengendalikan jalur masuk ke Gaza, mengizinkan negara lain untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui jalur udara.

Sejumlah negara dan entitas internasional terus mengalirkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah akibat konflik berkepanjangan.

Uni Eropa menjadi salah satu penyumbang terbesar dengan total bantuan mencapai lebih dari €1,35 miliar (sekitar Rp23,63 triliun) sejak 7 Oktober 2023 hingga Juni 2025, termasuk alokasi tambahan sebesar €170 juta (sekitar Rp2,98 triliun) yang diumumkan pada 21 Mei 2025.

Dari kawasan Timur Tengah, Yordania menunjukkan komitmen tinggi dengan mengirim lebih dari 50 truk bantuan makanan dan medis hingga 17 Juli 2025, melalui jalur darat dan udara.

Selain itu, pada 28 Januari 2025, Yordania meluncurkan koridor udara untuk mendistribusikan sekitar 160 ton pasokan medis ke wilayah Gaza dalam misi selama sepekan.

Bersama dengan Uni Emirat Arab (UAE), Yordania juga melaksanakan operasi airdrop gabungan yang mengirimkan sekitar 25 ton bantuan kemanusiaan, sebagai upaya menjangkau wilayah Gaza yang sulit diakses akibat blokade dan kerusakan infrastruktur, lapor The Washington Post.

Sementara itu, Spanyol turut bergabung dalam misi kemanusiaan dengan merencanakan pengiriman sekitar 12 ton makanan melalui airdrop ke Gaza pada akhir Juli 2025, menyebut langkah tersebut sebagai "keharusan moral" untuk menyelamatkan warga sipil dari kelaparan.

Israel telah melancarkan perang genosida di Gaza sejak Oktober 2023, termasuk pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pemindahan paksa, mengabaikan semua seruan dan perintah internasional dari Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikannya.

Israel, yang didukung Amerika Serikat, mengklaim serangannya di Jalur Gaza bertujuan untuk menghancurkan Hamas yang dianggap sebagai ancaman.

Militer Israel berdalih serangan tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Pertempuran mematikan tersebut memperpanjang konflik yang berlangsung selama beberapa dekade antara Palestina dan Israel.

Israel melanggengkan pendudukannya di Palestina sejak tahun 1948 serta memperluas cengkeraman di Tepi Barat dengan mendirikan lebih banyak pemukiman Yahudi. 

Setidaknya 59.733 warga Palestina dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, sementara jumlah korban luka sekitar 144.477 orang, kata Kementerian Kesehatan pada hari Sabtu (26/7/2025).

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan