Rabu, 20 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Wasiat Terakhir Anas al-Sharif, Jurnalis Gaza yang Gugur dalam Serangan Israel

Jurnalis Gaza Anas Al-Sharif gugur dalam serangan Israel. Wasiat terakhirnya serukan dunia tak melupakan Gaza dan perjuangan kebenaran.

Editor: Glery Lazuardi
tangkap layar/x
DIBUNUH ISRAEL - Kolase koresponden Al Jazeera Anas al-Sharif hasil tangkap layar, Senin (11/8/2025). Anas, bersama empat jurnalis lain Al Jazeera dibunuh Israel lewat sebuah pengeboman di dekat Rumah Sakit Al Shifa, Kota Gaza, Palestina, Minggu (10/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Anas Al-Sharif, jurnalis muda Al Jazeera yang menjadi suara warga Gaza di tengah blokade informasi, tewas dalam serangan Israel bersama empat rekannya. Sebelum gugur, ia meninggalkan wasiat yang menggugah, berisi pesan agar dunia tak melupakan Gaza dan perjuangan kebenaran.

Anas Al-Sharif adalah seorang jurnalis dan videografer Palestina yang bekerja untuk Al Jazeera Arabic, dikenal luas karena liputannya yang berani dari Gaza utara selama perang Israel-Palestina. 

Ia tewas dalam serangan udara terarah oleh militer Israel pada 10 Agustus 2025, bersama empat rekannya, saat berada di tenda jurnalis di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza

Saat gencatan senjata di Gaza berlaku pada Januari, Anas Al-Sharif tampil di televisi melepas perlengkapan pelindungnya, disambut sorak gembira warga yang berharap akhir penderitaan 2 juta rakyat Palestina.

Namun, tujuh bulan kemudian, jurnalis berusia 28 tahun itu tewas dibombardir Israel di Kota Gaza.

Wartawan peliput perang memakai perlengkapan pelindung karena mereka bekerja di zona konflik berisiko tinggi, di mana keselamatan fisik bisa terancam kapan saja.

Perlengkapan ini bukan sekadar aksesori—itu adalah alat penyelamat nyawa.

Tujuan Utama Perlengkapan Pelindung

Melindungi dari tembakan dan ledakan 

Helm balistik dan rompi antipeluru dirancang untuk menahan serpihan, peluru, atau tekanan dari ledakan.

Identifikasi sebagai jurnalis 

Tulisan besar “PRESS” di rompi atau helm membantu membedakan mereka dari kombatan, agar tidak dijadikan target.

Meningkatkan peluang bertahan hidup 

Dalam situasi seperti serangan udara atau baku tembak, perlindungan fisik bisa menjadi penentu hidup dan mati.

Mematuhi protokol keselamatan internasional 

Organisasi media besar seperti BBC, Reuters, atau Al Jazeera mewajibkan perlengkapan ini untuk wartawan lapangan.

Perlengkapan yang Umum Digunakan

Perlengkapan

Helm balistik

Fungsi Utama

Melindungi kepala dari peluru & puing

Perlengkapan

Rompi antipeluru

Fungsi Utama

Menahan peluru & serpihan ledakan

Perlengkapan

Kacamata pelindung

Fungsi Utama

Lindungi mata dari debu & pecahan

Perlengkapan

Masker gas

Fungsi Utama

Untuk serangan kimia atau gas air mata

Perlengkapan

Radio komunikasi

Fungsi Utama

Tetap terhubung dengan tim & pusat

Perlengkapan

Kamera tahan benturan

Fungsi Utama

Dokumentasi dalam kondisi ekstrem

Meski memakai perlindungan, wartawan tetap bisa menjadi korban.

Banyak kasus di mana mereka diserang secara sengaja, seperti yang terjadi pada Anas Al-Sharif dan 

Shireen Abu Akleh. Perlengkapan pelindung bukan jaminan mutlak, tapi tetap krusial untuk meminimalkan risiko.

Anas, yang sebelumnya hampir tak dikenal, mendadak menjadi sosok utama pemberitaan dunia Arab sejak liputannya tentang serangan Israel di kampung halamannya, Jabalya, viral pada Desember 2023. 

Awalnya seorang juru kamera, ia kemudian dibujuk tampil di depan kamera hingga direkrut Al Jazeera. Kehilangan ayahnya akibat serangan udara Israel tak memadamkan tekadnya.

“Hidup kami berpindah dari rumah sakit ke jalan, ke penampungan, selalu bersama rakyat yang mengungsi,” ujarnya dalam salah satu wawancara. Liputannya yang tajam membuatnya jadi target militer Israel

Ia pernah mendapat ancaman langsung lewat WhatsApp untuk berhenti melaporkan. Beberapa menit kemudian, lokasi liputannya diserang.

Militer Israel menuduhnya anggota Hamas, tuduhan yang ia bantah tegas.

“Satu-satunya misiku adalah melaporkan kebenaran dari lapangan,” tulisnya bulan lalu.

Mengapa wartawan jadi target militer Israel?

Dalam konflik Israel-Palestina, terutama di Gaza, sejumlah wartawan telah menjadi target serangan militer Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Ada beberapa alasan dan dinamika yang menjelaskan fenomena ini, meskipun banyak di antaranya diperdebatkan secara internasional.

Penjelasan Utama

Tuduhan afiliasi dengan kelompok militan

Militer Israel sering menuduh beberapa jurnalis sebagai anggota atau simpatisan Hamas, seperti dalam kasus Anas Al-Sharif yang disebut sebagai “kepala sel teroris Hamas”.

Namun, tuduhan ini sering kali tidak disertai bukti kredibel, dan dibantah oleh media tempat mereka bekerja serta organisasi HAM.

Kontrol narasi dan informasi

Jurnalis independen, terutama dari media Arab seperti Al Jazeera, sering melaporkan kerusakan sipil dan korban perang yang tidak ditampilkan dalam media pro-Israel.

Serangan terhadap jurnalis bisa dilihat sebagai upaya membungkam suara alternatif dan mengendalikan narasi konflik.

Ketegangan politik dengan media tertentu

Israel memiliki hubungan tegang dengan Al Jazeera dan telah melarang operasionalnya di dalam negeriserta menggerebek kantornya setelah perang Gaza.

Media yang dianggap “berpihak” pada Palestina sering menjadi sasaran tekanan politik dan militer.

Pola serangan terhadap jurnalis

Menurut Reporters Without Borders (RSF), lebih dari 200 jurnalis telah tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023.

Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menyebut bahwa Israel memiliki pola melabeli jurnalis sebagai militan tanpa bukti yang sah.

Organisasi HAM dan komunitas jurnalis mengecam serangan ini sebagai pelanggaran hukum internasional.

Serikat Jurnalis Palestina menyebut pembunuhan wartawan sebagai kejahatan berdarah dan menuntut pertanggungjawaban.

Al-Sharif tewas di tenda bertanda ‘Press’ di dekat pintu masuk Rumah Sakit Al-Shifa. 

Bersamanya, empat jurnalis lain ikut gugur. Serangan itu memicu kecaman internasional, termasuk dari Committee to Protect Journalists yang menyebut Israel memiliki pola lama menuduh jurnalis sebagai teroris tanpa bukti kredibel.

Sebelum kematiannya, ia menulis wasiat menyentuh:

“Aku telah merasakan penderitaan dan kehilangan berkali-kali, namun tak pernah ragu menyampaikan kebenaran… Jika aku mati, aku mati berpegang pada prinsipku. Jangan lupakan Gaza… dan jangan lupakan aku dalam doa.”

Pemakaman Anas dihadiri ribuan pelayat di Gaza, meninggalkan duka mendalam sekaligus pengingat bahwa perang bukan hanya merenggut nyawa, tapi juga suara-suara kebenaran.

Profil Singkat

 Lahir: 3 Desember 1996, Kamp Pengungsi Jabalia, Gaza

Pendidikan: Lulusan Fakultas Media, Universitas Al-Aqsa, Gaza

Karier: Mulai sebagai relawan di Al-Shamal Media Network, lalu menjadi koresponden Al Jazeera untuk wilayah Gaza utara

Keluarga: Menikah dengan Bayan Khalid, memiliki dua anak: Sham dan Salah

Anas Al-Sharif menjadi simbol keberanian jurnalis dalam menyuarakan penderitaan rakyat Palestina.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan