Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky Tak Diundang, Ini Penjelasan Gedung Putih soal KTT Trump–Putin
Gedung Putih mengungkapkan alasan tidak diundangnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pertemuan Donald Trump dan Putin.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu dalam sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) yang akan berlangsung hari Jumat (15/8/2025) di Anchorage, Alaska, AS.
Pertemuan ini disebut-sebut sebagai langkah awal untuk menjajaki peluang perdamaian dalam konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.
Di mana konflik Rusia–Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari 2022, saat Rusia melancarkan invasi militer besar-besaran ke Ukraina.
Namun, yang menjadi sorotan utama adalah tidak diundangnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pertemuan ini.
Sebuah keputusan yang menuai kecaman, tidak hanya dari Kyiv tetapi juga dari sekutu-sekutu Eropa.
Gedung Putih Ungkap Alasan Zelensky Tak Diundang
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pertemuan bilateral ini terjadi atas permintaan langsung Presiden Putin.
Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menjelaskan bahwa Trump menyetujui pertemuan itu demi menggali kemungkinan mengakhiri perang.
“Presiden menyetujui pertemuan ini atas permintaan Presiden Putin,” ujar Leavitt, dikutip dari Fox News.
“Dan tujuan pertemuan ini bagi Presiden adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kita dapat mengakhiri perang ini," tambahnya.
Menurut Leavitt, pertemuan tatap muka antara Trump dan Putin lebih bermanfaat ketimbang percakapan jarak jauh, karena dapat memberikan indikasi nyata tentang kemungkinan arah dan hasil perundingan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.267, Putin Telepon Kim Jong Un sebelum Temui Trump
"Saya pikir Presiden Amerika Serikat, yang bertemu langsung dengan Presiden Rusia, duduk berhadapan, alih-alih berbicara melalui telepon, akan memberikan indikasi terbaik kepada presiden ini tentang cara mengakhiri perang ini dan ke mana arahnya," kata Leavitt.
Zelenskyy: Tanpa Ukraina, Perdamaian Tidak Mungkin
Presiden Zelenskyy dengan tegas menolak ide bahwa perdamaian dapat dibicarakan tanpa keterlibatan langsung Ukraina.
Dalam pernyataannya, Sabtu lalu, ia menyebut bahwa keputusan yang diambil tanpa Kyiv akan berakhir sia-sia.
“Keputusan apa pun yang dibuat tanpa Ukraina adalah keputusan yang menentang perdamaian,” kata Zelensky.
“Perdamaian sejati hanya bisa dicapai jika Ukraina menjadi bagian dari prosesnya," tambahnya.
Pernyataan ini didukung oleh para pemimpin Eropa yang pada hari yang sama menekankan bahwa jalan menuju perdamaian tidak dapat diputuskan tanpa Ukraina.
Trump: Pertemuan Uji Coba
Trump menyebut pertemuannya dengan Putin sebagai “pertemuan uji coba” untuk melihat apakah pemimpin Rusia itu benar-benar ingin menyelesaikan konflik.
Ia menyatakan bahwa dirinya akan memberi tahu Zelenskyy dan para pemimpin Eropa setelah pertemuan berlangsung.
“Jika ini kesepakatan yang adil, saya akan menyampaikannya kepada para pemimpin Uni Eropa, para pemimpin NATO, dan juga kepada Presiden Zelenskyy,” ujarnya.
“Saya mungkin akan berkata, ‘semoga berhasil, teruslah berjuang,’ atau saya mungkin akan berkata kita bisa mencapai kesepakatan," tambahnya.
Trump juga menyebut bahwa masalah “pertukaran lahan” kemungkinan menjadi bagian dari perjanjian damai yang sedang dieksplorasi, sebuah gagasan yang memicu kekhawatiran luas di Eropa.
Kekhawatiran soal Legitimasi dan Keamanan
Zelenskyy menolak keras syarat-syarat gencatan senjata yang diajukan Moskow, yang mencakup penyerahan wilayah, pembekuan keanggotaan NATO, dan pengakuan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi.
Ukraina bersikukuh bahwa gencatan senjata hanyalah langkah awal, dan kesepakatan damai harus mencakup jaminan keamanan yang konkret.
Sementara itu, Putin menegaskan bahwa kondisi belum memungkinkan untuk bertemu dengan Zelenskyy, menambahkan bahwa Ukraina akan menghadapi tuntutan yang lebih berat seiring kemajuan pasukan Rusia di wilayah timur sebagai bagian dari pembentukan “zona penyangga", dikutip dari AP News.
Para pejabat Eropa dan Kyiv khawatir bahwa perjanjian bilateral AS–Rusia yang terjadi tanpa partisipasi Ukraina bisa melegitimasi pencaplokan wilayah oleh Rusia, termasuk Donetsk, Luhansk, Zaporizhia, dan Kherson.
Lokasi Strategis, Tapi Sarat Makna
Pemilihan Anchorage, Alaska, sebagai lokasi KTT bukan tanpa simbolisme.
Ini adalah tanah Amerika, namun secara geografis menjadi titik tengah strategis antara Washington dan Moskow. Leavitt menyatakan bahwa presiden “merasa terhormat” menjadi tuan rumah di wilayah Amerika.
“Banyak tempat yang dibahas, tetapi tentu saja, Alaska adalah negara bagian di Amerika Serikat,” kata Leavitt.
“Presiden merasa sangat terhormat dan berharap dapat menjamu Presiden Putin di tanah Amerika," tambahnya.
Ini juga menjadi kunjungan pertama Putin ke Amerika Serikat sejak 2015 dan karena AS bukan anggota Mahkamah Pidana Internasional, tak ada kewajiban hukum untuk menangkap pemimpin Rusia tersebut meski ada surat penangkapan internasional terhadapnya.
(Tribunnews.com/Farra)
Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Rusia vs Ukraina
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.