Konflik Rusia Vs Ukraina
Gedung Putih Pastikan Trump dan Putin Tatap Muka Langsung di KTT Alaska, Zelensky Tak Diundang
Gedung Putih memastikan pertemuan tatap langsung antara keduanya akan berlangsung pada Jumat siang pukul 11.00 waktu Alaska
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan adanya agenda pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada KTT Alaska yang dijadwalkan berlangsung hari Jumat (15/8/2025) waktu setempat.
KTT Alaska ini merujuk pada pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Putin di Alaska untuk membahas gencatan senjata Ukraina serta kemungkinan kesepakatan pengendalian senjata nuklir.
Pertemuan ini menjadi dialog tatap muka pertama mereka sejak Trump kembali menjabat, dilatarbelakangi kekhawatiran internasional terkait nasib Ukraina dan upaya Rusia mengurangi tekanan sanksi Barat.
Melalui pertemuan ini, pihak AS berharap Rusia dapat menyepakati perjanjian gencatan senjata mengenai Ukraina yang masih tidak pasti.
Gedung Putih memastikan pertemuan tatap langsung antara keduanya akan berlangsung pada Jumat siang pukul 11.00 waktu Alaska atau pada Sabtu pagi pukul 5 WIB.
Trump, yang pernah mengklaim akan mengakhiri perang Rusia di Ukraina dalam 24 jam, mengatakan pada Kamis bahwa konflik selama tiga setengah tahun ini ternyata lebih rumit dari yang ia duga.
Dikutip dari Reuters, Trump menuturkan bila pembicaraannya dengan Putin berjalan lancar, maka pertemuan berikutnya bersama Rusia akan melibatkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
Adapun Zelensky sengaja tidak diundang dalam pertemuan Jumat ini agar tidak meningkatkan eskalasi dialog antara AS dan Rusia.
Pada konferensi pers pada Kamis tersebut, Trump juga mengatakan bahwa ia yakin Putin akan membuat kesepakatan yang baik untuk Ukraina
Menanggapi kabar tersebut, sebelumnya pada Rabu (13/8/2025) Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa merasa lega setelah mengetahui agenda tersebut melalui konferensi telepon.
Uni Eropa juga memastikan Trump setuju bahwa Ukraina harus terlibat dalam setiap pembicaraan mengenai penyerahan wilayah kedepannya.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.269: Jelang KTT di Alaska, Trump Yakin Putin Mau Akhiri Perang
Zelensky juga mengatakan Trump mendukung gagasan jaminan keamanan dalam penyelesaian pasca-perang, meskipun presiden AS tersebut belum menyebutkannya secara terbuka.
Panggilan pada Rabu tersebut juga meredakan kekhawatiran mereka akan kesepakatan Trump-Putin yang akan memaksa Ukraina memberikan konsesi teritorial dan lainnya.
Sehari sebelum KTT, pihak Kremlin juga telah menawarkan kesepakatan pengendalian senjata nuklir baru untuk menggantikan kesepakatan terakhir yang akan berakhir pada Februari tahun depan.
Putin Sambut Baik Pendekatan AS
Sementara itu dari pihak Rusia, Putin dikabarkan memuji apa yang disebutnya sebagai "upaya tulus" AS untuk mengakhiri perang dengan Ukraina.
Dikutip dari Reuters, sumber dekat dari Kremlin mengatakan bahwa kedua pihak tampaknya telah menemukan titik temu yang tidak dijelaskan sebelumnya.
"Tampaknya beberapa ketentuan akan disepakati besok (Jumat) karena Trump tidak bisa ditolak, dan kami tidak dalam posisi menolak (akibat tekanan sanksi)," ujar sumber Reuters yang berbicara secara anonim karena sensitivitas isu tersebut.
Putin sebelumnya telah menetapkan syarat ketat untuk gencatan senjata penuh, tetapi salah satu kompromi mungkin berupa gencatan senjata bertahap dalam perang udara.
Analis menyatakan Putin mungkin berusaha terlihat memberikan apa yang Trump inginkan sementara tetap bebas memperluas konflik di Ukraina jika diinginkan.
"Jika Rusia mampu mengajukan kesepakatan yang menciptakan gencatan senjata tetapi tetap membuat Rusia mengendalikan dinamika eskalasi, tanpa menciptakan deterren yang nyata di darat maupun udara Ukraina... itu akan menjadi hasil yang sangat baik dari perspektif Putin," kata Sam Greene, Direktur Democratic Resilience di Center for European Policy Analysis.
Zelensky Minta Semua Wilayah Ukraina Dikembalikan
Sementara itu bagi di pihak Ukraina, kecurigaan terus dilayangkan kepada Rusia dalam negosiasi ini.
Zelensky sebelumnya juga secara terang-terangan menuduh Putin menggertak dan membuang waktu untuk menghindari sanksi sekunder AS.
Presiden Ukraina tersebut juga menekankan bahwa pihaknya akan menolak menyerahkan wilayah apa pun kepada Moskow bila tuntutan tersebut diikutsertakan dalam kesepakatan damai.
Penolakan tersebut disampaikan oleh Zelensky setelah Trump mengatakan transfer wilayah antara Rusia dan Ukraina bisa menjadi cara memecahkan kebuntuan.
Hal ini terjadi mengingat Putin dan pasukannya kini telah menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina
Putin pun masih belum menunjukkan sikap jelas terkait kompromi wilayah apa saja yang ingin dikembalikan ke Ukraina.
Pemimpin Kremlin ini telah menjadikan kontrol penuh Rusia atas wilayah industri Donbas di timur Ukraina, yang terdiri dari wilayah Donetsk dan Luhansk sebagai salah satu tujuan perangnya.
Putin juga menginginkan kontrol penuh atas wilayah Kherson dan Zaporizhzhia Ukraina; penghapusan opsi keanggotaan NATO bagi Kyiv; serta pembatasan ukuran angkatan bersenjata Ukraina.
Ukraina menyatakan syarat-syarat ini tidak dapat diterima dan sama dengan meminta mereka menyerah.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.