Rabu, 3 September 2025

Gempa di Afghanistan

Daftar Gempa Mematikan di Afghanistan Sejak 2015, Gempa Terbaru Menewaskan Setidaknya 800 Orang

Inilah beberapa gempa yang terjadi di Afghanistan dalam satu dekade terakhir. Bencana ini memperparah krisis yang telah terjadi di Afghanistan.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Tangkap layar YouTube Al Jazeera English
GEMPA DI AFGHANISTAN - Tangkap layar YouTube Al Jazeera English, memperlihatkan situasi akibat gempa M 6,0 yang melanda Afghanistan pada Minggu (31/8/2025) tengah malam waktu setempat. Inilah daftar beberapa gempa yang terjadi di Afghanistan dalam satu dekade terakhir. 

TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 800 orang tewas dan lebih dari 2.500 orang terluka setelah gempa bumi dahsyat melanda Provinsi Kunar di Afghanistan timur, pada Minggu (31/8/2025) waktu setempat.

Karena dikelilingi pegunungan, Afghanistan sangat rentan terhadap gempa bumi.

Negara ini terletak di dekat titik pertemuan lempeng tektonik India dan Eurasia, yang merupakan zona seismik sangat aktif.

Mengutip Al Jazeera, berikut daftar gempa bumi paling mematikan yang mengguncang Afghanistan selama dekade terakhir:

1. 26 Oktober 2015

Gempa bermagnitudo 7,5 melanda dekat wilayah Hindu Kush di Afghanistan timur laut.

Menurut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), 117 orang tewas.

IFRC, mengutip Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan, juga melaporkan 272 orang tewas di Pakistan.

Getarannya terasa hingga beberapa negara lain.

PETA AFGHANISTAN - Penampakan wilayah Afghanistan. WorldAtlas.com
PETA AFGHANISTAN - Penampakan wilayah Afghanistan. WorldAtlas.com (WorldAtlas.com)

2. 17 Januari 2022

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa dangkal berkekuatan M 5,3 melanda Distrik Qadis, Provinsi Badghis, Afghanistan barat.

Setidaknya 26 orang tewas.

3. 22 Juni 2022

Gempa berkekuatan M 6,1 mengguncang provinsi Paktika, Paktia, Khost, dan Nangarhar di Afghanistan timur.

Bencana ini menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyebabkan banyak rumah runtuh.

Baca juga: 812 Orang Tewas dan 2.800 Terluka Akibat Gempa, Taliban Afghanistan Minta Bantuan

4. September 2022

Dua gempa bumi berkekuatan M 5,1 dan M 4,6 mengguncang Provinsi Kunar dan Nangarhar di timur laut Afghanistan.

Setidaknya delapan orang tewas.

5. 21 Maret 2023

Gempa bermagnitudo 6,5 mengguncang Provinsi Badakhshan di timur laut Afghanistan, dekat perbatasan dengan Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.

Setidaknya 13 orang tewas.

6. Oktober 2023

Tiga gempa bumi mengguncang Provinsi Herat pada Oktober 2023, menjadikannya salah satu bencana alam paling mematikan di Afghanistan dalam beberapa tahun terakhir.

7 Oktober: Gempa M 6,3 mengguncang Herat.
11 Oktober: Gempa M 6,3 kembali terjadi.
15 Oktober: Gempa M 6,4 tercatat di wilayah yang sama.

Menurut Palang Merah Inggris, sedikitnya 2.445 orang tewas akibat rentetan gempa ini.

7. 31 Agustus 2025

Gempa berkekuatan M 6,0 mengguncang Provinsi Kunar dan Nangarhar di bagian timur Afghanistan sekitar tengah malam pada Minggu (31/8/2025) waktu setempat.

Hingga berita ini ditulis, korban tewas mencapai lebih dari 800 orang dan ribuan lainnya terluka.

Operasi penyelamatan masih berlangsung karena gempa bumi menghancurkan sejumlah desa, kata Sharafat Zaman, juru bicara Kementerian Kesehatan.

Dilansir The Guardian, tim penyelamat kesulitan menjangkau daerah-daerah terpencil karena medan pegunungan yang berat dan cuaca buruk.

Kerusakan terparah terjadi di Provinsi Kunar, yang berbatasan langsung dengan Pakistan.

Bencana ini semakin membebani sumber daya pemerintahan Taliban di negara yang sudah dilanda perang, terlebih saat Afghanistan tengah menghadapi penurunan tajam bantuan asing dan deportasi ratusan ribu warganya oleh negara-negara tetangga.

Krisis di Afghanistan

RUSIA DAN AFGHANISTAN - Anggota delegasi Taliban di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg pada tahun 2024. Rusia kini menjadikan Taliban sekutu, menyatakan siap membantu melawan ISIS.
RUSIA DAN AFGHANISTAN - Anggota delegasi Taliban di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg pada tahun 2024. Rusia kini menjadikan Taliban sekutu, menyatakan siap membantu melawan ISIS. (TASS)

Mengutip laporan Human Rights Watch 2025, situasi di Afghanistan semakin memburuk pada 2024 setelah otoritas Taliban meningkatkan tindakan keras terhadap hak asasi manusia, terutama perempuan dan anak perempuan.

Baca juga: 10 Negara Jalin Hubungan Baik dengan Taliban, Terbaru Rusia Bangsa Pertama Akui Pemerintahan

Taliban merupakan gerakan politik dan militer yang berakar pada kelompok Islam garis keras.

Afghanistan masih menjadi satu-satunya negara di dunia yang melarang anak perempuan dan perempuan mengenyam pendidikan menengah dan universitas.

Selain itu, mereka juga menghadapi hambatan signifikan dalam pekerjaan, kebebasan bergerak, berkumpul, dan berbicara.

Taliban juga menahan jurnalis dan kritikus, serta memberlakukan pembatasan ketat terhadap media.

Krisis ekonomi Afghanistan menyebabkan 23 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, dengan perempuan dan anak perempuan terdampak secara tidak proporsional.

Hak-Hak Perempuan dan Anak Perempuan

Dekrit Taliban melanggar hak perempuan dan anak perempuan atas pendidikan, pekerjaan, kebebasan bergerak, dan berekspresi.

Taliban mencabut perlindungan terhadap korban kekerasan berbasis gender, membatasi akses perempuan terhadap layanan kesehatan, serta melarang mereka berolahraga atau mengunjungi taman.

Selain itu, Taliban memberlakukan peraturan jilbab dan mahram (wali laki-laki) yang ketat, sehingga perempuan sulit bepergian, bekerja, atau berobat.

Taliban juga mengeluarkan undang-undang tentang promosi kebajikan dan pencegahan keburukan yang melarang perempuan bepergian atau menggunakan transportasi umum tanpa wali laki-laki.

Perempuan dan anak perempuan diwajibkan menutupi wajah di depan umum, dilarang bernyanyi, dan tidak boleh membiarkan suara mereka terdengar di luar rumah.

Krisis Ekonomi dan Kemanusiaan

Lebih dari setengah penduduk Afghanistan—sekitar 23,7 juta jiwa—membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak pada tahun 2024.

12,4 juta orang menghadapi kerawanan pangan dan 2,9 juta orang berada dalam kondisi darurat kelaparan.

Hingga November 2024, Rencana Kebutuhan dan Respons Kemanusiaan PBB hanya menerima 31 persen dari total dana yang dibutuhkan, menyebabkan banyak program kemanusiaan terpaksa ditutup.

Hilangnya bantuan asing memperburuk kondisi layanan kesehatan Afghanistan dan meningkatkan risiko malnutrisi serta penyakit akibat perawatan medis yang tidak memadai.

Baca juga: Rusia Akui Emirat Islam Afghanistan di Bawah Taliban, Jadi Negara Pertama yang Jalin Hubungan

Pelanggaran HAM: Penangkapan, Penyiksaan, dan Eksekusi

Dalam dua laporan yang mencakup kuartal pertama dan kedua 2024, Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mendokumentasikan 98 kasus penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, 20 kasus penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap mantan pejabat pemerintah dan personel keamanan, dan 9 anggota pasukan keamanan mantan pemerintah tewas.

UNAMA juga menerima laporan bahwa warga Afghanistan yang dipaksa kembali dari Pakistan mengalami penyiksaan, perlakuan buruk, dan kekerasan lainnya.

Taliban juga melakukan hukuman fisik, termasuk cambuk di depan umum terhadap 147 pria, 28 perempuan, dan 4 anak laki-laki.

Kaum LGBT di Afghanistan menghadapi penganiayaan berat dan perlakuan kejam yang dapat dikategorikan sebagai tindakan penyiksaan.

Serangan terhadap Media dan Masyarakat Sipil

Taliban terus membatasi kebebasan berekspresi dan kebebasan pers.

Mereka menahan serta menyiksa jurnalis dan kritikus pemerintah.

Pada September 2024, Taliban melarang siaran langsung program politik, membatasi wawancara hanya kepada individu yang telah disetujui sebelumnya, dan melarang kritik terhadap kelompok mereka.

Pengungsi Afghanistan

Lebih dari 665.000 pengungsi Afghanistan di Pakistan dipaksa kembali ke negaranya setelah Pakistan melancarkan kampanye intimidasi, penangkapan, dan deportasi pada akhir 2023 yang menargetkan "warga negara asing ilegal".

Banyak di antara mereka sudah tinggal di Pakistan selama puluhan tahun atau bahkan lahir di sana.

Setibanya di Afghanistan, mereka menghadapi krisis ekonomi, keterbatasan perumahan, dan minimnya akses pendidikan.

Serangan terhadap Warga Sipil

Negara Islam Provinsi Khorasan (ISKP), afiliasi ISIS, melancarkan serangan terhadap minoritas etnis dan agama, terutama komunitas Hazara.

ISKP juga menargetkan Taliban dan melancarkan aksi yang melukai serta menewaskan warga sipil.

Pada 18 Mei 2025, ISKP mengeluarkan pernyataan ancaman terhadap LSM, media, dan lembaga bantuan asing.

Taliban Meminta Bantuan Internasional

GEMPA DI AFGHANISTAN - Tangkap layar YouTube TRT World memperlihatkan situasi pascagempa M 6,0 di Afghanistan, 1 September 2025. Lebih dari 600 orang dilaporkan meninggal dunia akibat gempa ini.
GEMPA DI AFGHANISTAN - Tangkap layar YouTube TRT World memperlihatkan situasi pascagempa M 6,0 di Afghanistan, 1 September 2025. Lebih dari 600 orang dilaporkan meninggal dunia akibat gempa ini. (Tangkap layar YouTube TRT World)

Atas bencana ini, Taliban meminta bantuan dunia karena pemerintah menghadapi tugas berat menangani bencana besar di tengah pemotongan dana internasional.

“Dukungan dari komunitas internasional dipandang penting,” kata Abdul Rahman Habib, juru bicara Kementerian Perekonomian, mengutip Al Jazeera.

Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, mengatakan gempa bumi telah memperparah tantangan kemanusiaan yang ada di Afghanistan, dan mendesak para donor internasional untuk mendukung upaya bantuan.

“Situasi ini menambah kematian dan kehancuran di antara tantangan lain, termasuk kekeringan dan pemulangan paksa jutaan warga Afghanistan dari negara-negara tetangga,” tulis Grandi di X.

“Semoga, komunitas donor tidak ragu untuk mendukung upaya bantuan.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan