Konflik Palestina Vs Israel
Israel Tutup Kuping Meski Diomeli Trump, Nyatakan AS Bukan Penentu Kebijakan Tel Aviv
Israel abaikan teguran Trump usai gempur Qatar, tegaskan Tel Aviv berdaulat penuh dalam keputusan militernya dan tidak ditentukan oleh kepentingan AS
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Israel menolak tunduk pada teguran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait serangan militer ke ibu kota Qatar yang menewaskan enam orang, termasuk seorang petugas keamanan Qatar pada Rabu (10/9/2025).
Alih-alih mundur, Israel justru menegaskan bahwa kebijakan militernya tidak ditentukan oleh kepentingan Washington.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menekankan bahwa Tel Aviv tetap berdaulat penuh dalam mengambil keputusan, meskipun mengakui adanya koordinasi erat dengan Amerika.
“Kami tidak selalu bertindak demi kepentingan Amerika Serikat. Kami terkoordinasi, mereka memberi dukungan yang luar biasa, kami menghargai itu. Tapi terkadang kami membuat keputusan sendiri, lalu memberitahu Amerika,” ujar Danon dikutip dari Straits Times.
Trump sebelumnya menyatakan tidak setuju dengan serangan Israel di Qatar. Pemimpin tertinggi di AS itu melontarkan teguran keras kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebuah langkah yang jarang terjadi sebelumnya.
Trump juga menambahkan bahwa ia merasa geram karena Israel tidak melakukan koordinasi lebih dulu dengan Washington, terutama mengingat kepentingan strategis AS di Qatar.
Ia bahkan menyebut sudah berusaha memberi peringatan kepada Doha melalui utusannya, namun terlambat.
"Serangan ini bukan keputusan saya. Itu sepenuhnya keputusan Perdana Menteri Netanyahu," kata Trump di media sosial Truth Social, menegaskan bahwa Washington tidak bertanggung jawab atas konsekuensi dari serangan tersebut.
Pengamat menilai pernyataan keras Trump menandakan adanya keretakan sementara dalam hubungan Washington–Tel Aviv. Meski begitu, dukungan politik dan militer AS terhadap Israel diperkirakan tidak akan berkurang secara signifikan.
Alasan Israel Berani Lawan Teguran AS
Baca juga: AS Tegaskan Tak Ikut Campur dalam Serangan Israel di Qatar, Trump: Ini Semua Keputusan Netanyahu
Keberanian Israel untuk tetap menutup kuping dari teguran Trump lantaran Israel memandang Hamas sebagai ancaman eksistensial.
Israel mengklaim serangan tersebut dilakukan untuk melemahkan struktur politik Hamas di luar negeri. Pemerintah Israel menuduh Hamas terus menggunakan Doha sebagai pusat strategi dan diplomasi, termasuk negosiasi pembebasan sandera.
Oleh karenanya serangan ini dipandang bukan sekadar opsi, melainkan langkah vital untuk mencegah serangan lebih lanjut terhadap warga Israel.
Selain itu, serangan ke Doha dinilai sebagai pesan kekuatan, baik untuk Hamas maupun Iran.
Dengan operasi militer lintas batas, Israel ingin menunjukkan bahwa mereka mampu menyerang musuh di mana pun berada, bahkan di wilayah yang menjadi sekutu dekat Amerika Serikat.
Lebih lanjut alasan Israel nekat menutup kuping dari teguran Trump karena negara zionis ini yakin dukungan Amerika Serikat tidak akan goyah.
Selama puluhan tahun, Washington telah menjadi sekutu strategis terdekat Israel di Timur Tengah, dengan bantuan militer bernilai miliaran dolar setiap tahun.
Dukungan itu membuat Tel Aviv percaya bahwa teguran Trump tidak akan berujung pada hilangnya perlindungan politik maupun militer dari AS.
Dengan kombinasi faktor keamanan, dukungan sekutu, pesan militer, politik dalam negeri, hingga kalkulasi diplomatik, Israel merasa cukup kuat untuk menolak tekanan bahkan dari sekutu terdekatnya sendiri.
Sikap ini sekaligus menegaskan bahwa dalam isu Hamas, Tel Aviv hanya mengutamakan kepentingannya sendiri, meski harus berhadapan dengan kemarahan Washington.
PM Qatar Bersumpah Balas Israel
Merespons serangan brutal Israel yang menargetkan ibu kota Doha, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani menegaskan negaranya akan membalas serangan pasukan Netanyahu.
Dalam konferensi pers resmi, Al-Thani menyebut serangan itu sebagai “terorisme negara” dan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Qatar.
“Negara Qatar berkomitmen untuk bertindak tegas terhadap apa pun yang menargetkan wilayahnya dan akan berhak untuk membalas serta mengambil semua tindakan yang diperlukan,” ujar Al-Thani.
Menurut laporan Al Jazeera, 12 rudal yang ditembakkan Israel menghantam sebuah kompleks perumahan di wilayah padat penduduk.
Akibatnya, sejumlah bangunan apartemen mengalami kerusakan parah, kaca-kaca jendela pecah, dan beberapa rumah di sekitar lokasi ikut terdampak gelombang ledakan.
Kementerian Dalam Negeri Qatar, mencatat sedikitnya enam orang tewas, terdiri dari seorang pejabat keamanan Qatar dan lima anggota Hamas.
Termasuk putra dari pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, dan salah satu ajudannya, serta seorang perwira Qatar.
Sementara itu, lebih dari 20 warga sipil dilaporkan luka-luka akibat terkena serpihan bangunan dan ledakan.
Serangan ke Doha mungkin tidak langsung menyentuh fasilitas energi, tetapi efek psikologisnya sudah terasa di pasar.
Pasokan LNG Qatar yang mengalir ke Eropa pasca embargo Rusia dan ke Asia yang haus energi membuat stabilitas negara ini krusial. Gangguan kecil saja di Doha bisa menimbulkan spekulasi besar di bursa energi dunia.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.