Konflik Palestina Vs Israel
Dulu Dukung Pendirian Israel, Kini Inggris Akui Palestina, Netanyahu c.s. Ngedumel
Inggris dan dua negara Persemakmuran, yakni Kanada dan Australia, akhirnya resmi mengakui Palestina pada hari Minggu, (21/9/2025).
TRIBUNNEWS.COM – Inggris dan dua negara Persemakmuran, yakni Kanada dan Australia, akhirnya resmi mengakui Palestina pada hari Minggu, (21/9/2025).
Adapun negara-negara lain seperti Prancis diperkirakan bakal membuat pengumuman resmi serupa sehari kemudian saat konferensi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer berkata keputusan negaranya mengakui Palestina merupakan upaya untuk “membangkitkan kembali perdamaian bagi rakyat Palestina dan Israel”.
Pengakuan itu menjadi momen bersejarah lantaran Inggris meletakkan dasar-dasar pendirian negara Israel.
Beberapa bulan sebelumnya Starmer sudah menyebut Inggris akan mengakui Palestina apabila Israel nekat menolak gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza dan mengizinkan PBB menyalurkan bantuan.
Akan tetapi, keputusan Starmer di atas tidak disukai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Saya tidak sepakat dengan perdana menteri itu dalam hal tersebut,” ujar Trump dikutip dari NPR.
Pemerintah AS menyindir Inggris dan berkata bahwa keputusan Inggris mengakui Palestina itu ibarat memberi Hamas hadiah.
Starmer menegaskan Hamas kelak tidak akan punya peran lagi dalam pemerintahan Palestina. Dia juga meminta Hamas segera membebaskan warga Israel yang disandera kelompok itu.
Adapun saat ini perang di Gaza masih berlangsung. Perang itu meletus setelah Hamas menyerang Israel tanggal 7 Oktober 2023. Israel lalu menginvasi Gaza dan melancarkan serangan-serangan yang kini telah merenggut lebih dari 60.000 warga Palestina.
Inggris dan pendirian negara Israel
Baca juga: Iran Minta Qatar Usir Pasukan AS, Sodorkan Rudal Hipersonik Fattah Buat Balas Serangan Israel
Inggris dan tetangganya, Prancis, terlibat dalam politik di kawasan Asia Barat selama seratus tahun terakhir. Mereka membagi-bagi wilayah di sana setelah Kekaisaran Turki Ottoman ditundukkan pada Perang Dunia I.
Saat itu Inggris menduduki wilayah Palestina. Pada tahun 1917 Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour yang mendukung pendirian “negara orang-orang Yahudi”.
Deklarasi itu juga menyebutkan bahwa “tidak boleh ada tindakan apa pun yang bisa merugikan hak sipil dan keagamaan rakyat Palestina”. Namun, hal tersebut kebanyakan telah diabaikan selama puluhan tahun belakangan.
Kepala Misi Palestina di Inggris Husam Zomlot berkata pengakuan Inggris atas Palestina akan memperbaiki kesalahan pada era kolonial.
“Pengumuman hari ini mengakhiri penyangkalan terhadap keberadaan kami yang dimulai 108 tahun lalu, yakni pada tahun 1917,” ucap Zomlot.
“Saya pikir rakyat Inggris harus merayakan hari ketika sejarah dikoreksi, ketika kesalahan diperbaiki, ketika pengakuan akan kesalahan pada masa silam mulai dikoreksi.”
Inggris selama puluhan tahun memang mendukung solusi dua negara, yakni negara Palestina di samping Israel. Namun, negara monarki itu menegaskan pengakuannya terhadap Palestina harus menjadi bagian dari rencana untuk mewujudkan solusi dua negara.
Inggris sebenarnya makin khawatir bahwa solusi itu makin sulit diwujudkan. Penyebabnya tidak hanya perang Gaza yang sudah berlangsung hampir dua tahun, tetapi juga pemerintah Israel yang terus memperluas pemukiman di Tepi Barat yang direncanakan sebagai tempat pendirian negara Palestina.
Sebagian besar negara di dunia menganggap pendudukan Israel di Tepi Barat adalah tindakan ilegal.
Netanyahu naik pitam
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan kekecewaannya lantaran Inggris mengakui Palestina. Dia mengklaim pengakuan itu sebagai “hadiah absurd untuk terorisme”.
Baca juga: Dalam Sehari, Israel Gempur Gaza dan Buat 60 Warga Tewas Jelang Pengakuan Negara Palestina
“Israel akan menghadapi PBB dan semuanya di front lain dalam melawan propaganda fitnah yang ditujukan kepada kita, dan terhadap seruan pendirian negara Palestina yang akan membahayakan eksistensi kita,” ujar Netanyahu dikutip dari The Guardian.
Adapun Kementerian Luar Negeri Israel berkata pengakuan oleh Inggris itu adalah “hadiah untuk Hamas”.
“Para pemimpin Hamas sendiri secara terbuka mengakui: Pengakuan ini adalah hasil langsung, ‘hasil’ pembantaian 7 Oktober,” kata kementerian itu media sosial X.
Sementara itu, jajak pendapat menunjukkan bahwa ada keinginan kuat dari warga Israel agar perang di Gaza diakhiri.
Di samping itu, dukungan terhadap pemerintahan koalisi Netanyahu makin menurun sejak dia meminta warga Israel menerima bahwa negara mereka makin dikucilkan oleh masyarakat dunia.
Sepekan kemarin ada puluhan ribu warga Israel yang menggelar aksi unjuk rasa agar pemerintah Israel mewujudkan kesepakatan yang bisa memulangkan para sandera.
Sumber: TribunSolo.com
Konflik Palestina Vs Israel
Trump Berencana Jual Senjata Rp106 Triliun ke Israel, Apa Saja Isinya? |
---|
Trump Kembali Beri Karpet Merah ke Israel, Usul Penjualan Senjata Jumbo Rp 106 Triliun |
---|
Diplomasi Indonesia Diminta Lebih Aktif untuk Tekan Israel Hentikan Serangan ke Gaza |
---|
Konser Amal untuk Palestina di Wembley, London Meraup Rp 33,2 Miliar |
---|
Spanyol akan Mundur dari Eurovision 2026 jika Israel Berpartisipasi |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.